DULU tak pernah dapat dibayangkan pesawat radio bisa dimasukkan ke saku dan dibawa berjalan ke mana-mana. Dengan transistor, hal itu jadi mungkin. Bagaimana dengan TV saku? Itulah yang sedang diusahakan beberapa perusahaan, antara lain Casio, Sinclair, dan Sony. Kendati itu masih dalam taraf penyempurnaan, kalangan bisnis memperkirakan TV saku akan menciptakan omset penjualan besar. Gagasan menciptakan TV saku memang bukan baru. TV kecil hitam putih dengan layar 12,5 cm sudah lama diproduksi. Tetapi, beratnya masih lebih kurang 5 kg, dan memerlukan aki mobil untuk menghidupkannya agar dapat dibawa ke tepi pantai. Sedangkan yang diidamkan orang adalah TV warna dengan gambar-gambar jelas dan dapat masuk saku. Untuk mencapai semua persyaratan itu tidak mudah. Banyak rintangan teknis yang harus diatasi. Pada pesawat TV biasa, tabung gambar (tabung katoda = cathode-ray tube/CRT) berbentuk botol hampa udara dari gelas berdinding tebal, agar kuat. Karena itu, menjadi berat. Menghidupkannya dengan baterai agak sukar, karena tenaga yang dibutuhkan besar sekali. Tenaga itu diperlukan untuk memanaskan katoda guna "mendidihkan" elektron, dan menjalankan elektromagnet untuk dapat menghalau elektron hilir mudik. Selain itu, CRT perlu berbentuk seperti kotak sepatu untuk dapat menampung tabung dengan leher panjang yang mengandung bedil elektron, alat pemfokus, dan alat pembelokan simar. Alternatif lain ialah liquid crystal displays (LCD), yang kecil sekali dan ringan. Sayangnya, LCD tidak memancarkan sinar, hanya memantulkan. Karena itu, TV yang mengunakan LCD hanya memperlihatkan gambar di luar rumah pada siang hari. Lagi pula, LCD tidak menghasilkan kontras, dan bereaksi sangat lambat terhadap sinyal-sinyal yang datang. Dengan terus berusaha mengatasi berbagai kesulitan itu, TV dengan CRT dan LCD mulai muncul di pasar. Satu yang paling populer ialah Watchman, TV saku Sony dengan harga US$ 200 (di Indonesia baru dikenal Walkman). Watchman dapat beroperasi hanya beberapa jam, karena itu sangat tepat dipakai mengikuti pertandingan olah raga. Bila beroperasi lebih lama, ia memerlukan baterai luar, yang bisa disimpan di kantung atau dilekatkan di ikat pinggang. TV-saku buatan Sinclair lebih "padat": ukurannya 13,75 cm x 8,75 cm x 3 cm, dan dapat menerima siaran AS dan Eropa. Dengan baterai Lithium Pola Pulse, TV ini dapat menyala 15 jam. Harganya sekitar US$ 100. Casio menghasilkan TV-saku dengan layar 6,8 cm, tetapi sebagai keseluruhan lebih kecil dari TV-saku Sinclair dan Sony. Harga Casio US$ 300. Miniaturisasi yang hebat terjadi pada TV-arloji Seiko dengan layar 3 cm. Bagian yang berupa jam tangan itu hanya memuat LCD-nya saja. Baterai terletak di kantung pada ikat pinggang, dan terdapat seutas kabel kecil menuju set mikrofon di kepala untuk mendengarkan suaranya. TV-saku ini harus ditonton di tempat teduh. Di bawah sinar langsung matahari, gambarnya menjadi tidak jelas. Memang, pada saat ini kemampuannya masih sangat terbatas. Tetapi, versi yang lebih baik akan muncul dalam waktu tidak terlalu lama lagi. TV-saku dengan LCD, biar bagaimanapun, tidak akan memberikan gambar yang cemerlang. Resolusinya tidak sebagus CRT. Namun, ukurannya yang kecil membutuhkan sedikit energi, dan dapat dibawa ke mana-mana. Inilah yang membuat dia bisa menjadi aset menarik. M.T. Zen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini