Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Penyemprotan cairan disinfektan marak dilakukan untuk mencegah penyebaran virus corona COVID-19. Penggunaannya bahkan bukan cuma disemprotkan ke lokasi atau tempat umum yang sering dikunjungi masyarakat, tapi juga dibuatkan bilik khusus untuk semacam pemindai tubuh yang biasa ada di bandara-bandara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Guru Besar Biologi Molekuler di Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur, Chaerul Anwar Nidom, memberi tips untuk penggunaan disinfektan ini. Menurutnya, penggunaan satu macam disinfektan tidak cukup melawan keluarga virus corona.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Karena sifat virus ini gampang mutasi, maka disinfektan harus sering diganti-ganti jenisnya,” katanya melalui pesan di aplikasi percakapan di telepon genggam WhatsApp, Selasa 24 Maret 2020.
Menurut Nidom yang juga Ketua Tim Riset Corona dan Formulasi Vaksin di Profesor Nidom Foundation (PNF) itu memberikan beberapa golongan disinfektan, yang semuanya bisa jadi bahan penyemprotan secara bergantian.
Golongan tersebut diantaranya Aldehid (contohnya formalin) dengan konsentrasi 0,5 persen; Alkohol (etanol, isopropanol) konsentrasi 70-90 persen; Pengoksidasi (kalium permanganat) konsentrasi 0,02 persen; Halogen (iodium, hipoklorit) konsentrasi 1,0-5,0 persen; Fenol (fenol, kresol) konsentrasi 0,1-5,0 persen; dan Ammonium Quarterner (BKC atau BenzalKonium Chlorida) konsentrasi 0,1-5,0 persen.
Peneliti yang sedang menguji formula curcumin dalam empon-empon melawan virus dan patogen ini juga memperkenalkan istilah disinfektan spektrum luas dan kecil. “Artinya spektrum kecil bahannya harus spesifik. Untuk antisipasi mutasi virus, bahan-bahan itu harus (digunakan) bergantian,” kata dia.
Karena cairan disinfektan sering digunakan banyak orang, Nidom menyarankan kepada ibu-ibu agar tidak membuang air bilasan pertama dari cucian pakaian ke got atau pembuangan air. Tapi disiramkan ke halaman atau jalan. Menurutnya, "Virus bisa mati dengan detergen.”