Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Tipu-tipu di Google Maps

Tak semua usaha yang ada di Google Maps asli.

2 Mei 2017 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
12_iltek_ilustrasipencariangooglemaps

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Google Maps sepertinya tahu segalanya. Namun jangan mudah percaya informasi tentang tempat makan, retail, toko pakaian, dan banyak lagi yang lainnya. Sebab, tak semua deretan usaha yang ada di peta itu benar-benar asli. Tim Google sendirilah bersama ilmuwan komputer dari University of California, San Diego, Amerika Serikat, yang menemukan fakta tersebut.

Dalam jurnal Proceedings of the 22nd International Conference on World Wide Web (WWW) yang terbit April lalu, tim mengungkapkan terdapat puluhan ribu daftar usaha baru palsu yang ditambahkan di Google Maps setiap bulan. Tim melihat tren itu terjadi di 10 negara yang pemakaian aplikasi Maps-nya tinggi. Sepuluh negara tersebut adalah Amerika, India, Prancis, Britania Raya, Brasil, Kanada, Jerman, Polandia, Hungaria, dan Turki. Tidak ada Indonesia memang. Namun setidaknya para pengguna harus tetap waspada.

"Usaha-usaha palsu yang kami temukan semua mengarah pada modus penipuan," demikian menurut tim yang dipimpin Danny Yuxing Huang, mahasiswa doktoral di UC San Diego, dan Kurt Thomas, ilmuwan Google yang berfokus pada bidang keamanan jaringan dan penyalahgunaan program. Temuan ini dipresentasikan dalam pertemuan tahunan World Wide Web (WWW) Conference yang digelar di Perth, Australia, bulan lalu.

Setidaknya ada 10 kategori jasa dan perdagangan yang dijadikan topeng penipuan, antara lain kontraktor, restoran, jasa penginapan, butik, pengacara, transportasi, bengkel, fotografer, dan ekspedisi logistik.

Menurut tim, sangat mudah menjadi penipu melalui Google Maps. Anda hanya mendaftarkan lokasi yang diinginkan untuk menjadi "tempat usaha". Lalu ganti ikon tempat, beri foto, alamat, nomor telepon, deskripsi usaha, dan daftar harga barang atau jasa. Voila! Anda sudah jadi "pengusaha".

Untuk mengungkap penyalahgunaan Google Maps ini, tim melihat lebih dari 100 ribu daftar usaha asli yang telah diidentifikasi sebelumnya. Data tersebut direkam sepanjang Juni 2014 hingga September 2015.

Hasil analisis menunjukkan fakta mengejutkan. Jumlah pengusaha asli jauh lebih sedikit ketimbang usaha palsu. Di West Harrison, New York, misalnya, sebanyak 80 persen tukang kunci yang terdaftar adalah palsu. Amerika menjadi rumah bagi setengah dari daftar penipuan dengan total 56,5 persen, diikuti India di urutan berikutnya dengan 17,5 persen.

Ilmuwan Google dan UC San Diego mengungkapkan banyak kasus penipuan yang sudah terjadi di negara-negara yang diteliti. Biasanya, calon pelanggan diminta membayar di muka terlebih dulu sebelum barang atau jasa dikirimkan. "Kerap dengan ancaman," demikian menurut tim.

Para penipu, menurut Michael Levi, profesor kejahatan cyber dari Cardiff University, Inggris, memanfaatkan psikologis calon korban. "Orang yang membutuhkan bantuan jasa atau ingin membeli barang kerap tak berpikir panjang ketika bisa mendapatkannya dengan cara yang mudah. Dalam kasus ini melalui Google Maps," ujar dia, yang tak tergabung dalam penelitian, seperti dikutip dari laman New Scientist.

Untuk mencegah penipuan kembali merajalela, Google pun mengirimkan permintaan verifikasi ke lokasi yang diklaim sebagai tempat usaha tersebut. Para pengusaha harus memasukkan kode unik yang hanya dimiliki oleh pemilik usaha resmi. Kalau gagal, tempat-tempat palsu tersebut akan dinetralkan oleh Google. Meski tidak terungkap berapa total kasus penyalahgunaan Google Maps, ada 85 persen tempat usaha palsu ditutup Google.

Cara ini tak sepenuhnya aman. Maklum, orang jahat punya trik lebih hebat lagi. Banyak celah yang dipakai para penipu untuk menyiasati hal tersebut. Misalnya, menghubungi tempat usaha yang sebenarnya dan mengelabui karyawan yang lengah untuk memberi kode verifikasi tersebut. Atau, memindahkannya ke alamat lain yang baru. Proceedings Of The 22nd International Conference Of World Wide Web | New Scientist | Amri Mahbub

Sejarah Singkat Google Maps

8 Februari 2005
Google Maps dirilis.

April 2005
Maps sudah tersedia pada ponsel pintar di Amerika Serikat.

Mei 2005
Google Earth dirilis dan menjadi aplikasi pertama yang menampilkan informasi gambar berbasis satelit. Memberikan pengalaman baru bagi para pengguna di seluruh dunia.

Mei 2007
Penampilan perdana mode "street view" dalam Google Maps.

Juni 2008
Google Map Maker diluncurkan. Mode ini memungkinkan pengguna memperbarui informasi geografis di Google Maps dan Google Earth.

Oktober 2009
Navigasi Turn-by-Turn dirilis untuk ponsel pintar.

September 2010
Gambar semua benua sudah tersedia di "street view".

September 2011
Google mengakuisisi aplikasi Zagat untuk membantu pengguna menemukan tempat terbaik di sekitarnya.

Juni 2012
The Trekker, mobil dengan kamera 360, mulai disebar di seluruh penjuru dunia. Ini adalah program Google untuk mendapatkan gambar detail setiap jalan dan tempat.

Desember 2012
Aplikasi ponsel pintar Google Maps dapat diakses melalui sistem operasi Apple, iOS.

Juni 2013
Google mengakuisisi Waze untuk memberi informasi lalu lintas secara real time kepada pengguna.

Agustus 2014
Google mengakuisisi Skybox Imaging. Dari Berbagai Sumber

Penipuan Melalui Google Maps (%)

Negara
Amerika Serikat56,5
India17,5
Prancis5
Britania Raya3,1
Brasil2
Kanada1,5
Jerman1,4
Polandia1
Hungaria0,8
Turki0,7
Lainnya10,3

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus