Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Universitas Leiden merupakan universitas negeri di Belanda yang berlokasi di Leiden dan didirikan pada 1575 oleh Pangeran Willem van Oranje. Dengan begitu, universitas negeri ini adalah universitas tertua di Belanda. Universitas Leiden dikenal dengan sejarah panjangnya, keunggulan di ilmu sosial, asosiasi pelajarnya, dan perpustakaan terlengkapnya.
Universitas Leiden mulai dikenal sejak masa keemasan Belanda, ketika akademisi dari seluruh Eropa terpikat dengan Belanda karena memiliki sikap toleransi yang tinggi terhadap cendekiawan dan reputasi internasional Leiden. Kala itu, Leiden menjadi rumah untuk para cendekiawan Eropa, seperti René Descartes, Hugo Grotius, Baruch Spinoza, dan Baron d'Holbach. Selain itu, universitas ini juga memiliki hubungan yang erat dengan keluarga kerajaan Belanda,yaitu Ratu Juliana, Ratu Beatrix, dan Raja Willem-Alexander sebagai alumni.
Baca: Koleksi Arsip Kuno Indonesia di Leiden Bisa 12 Km
Perpustakaan Universitas Leiden dan Manuskrip Kuno Indonesia
Universitas Leiden memiliki kampus utama yang historis dan tersebar di penjuru kota Leiden dianggap sebagai salah satu kampus terindah di Eropa. Selain kampus utamanya, gedung Perpustakaan Universitas Leiden juga sangat indah.
Jika dilihat dari luar, Perpustakaan Universitas Leiden akan terlihat layaknya bangunan kuno. Namun, hal ini wajar saja terjadi karena di Belanda seluruh bentuk bangunan bersejarah sangat dijaga dan dirawat termasuk Perpustakaan Universitas Leiden yang dibangun sejak 31 Oktober 1587 silam dan dibuka untuk publik ketika itu juga, seperti dilansir universiteitleiden.nl.
Meskipun bentuk bangunanya terkesan kuno dan klasik, tetapi sangat berbeda ketika sudah memasuki ke dalam Perpustakaan Universitas Leiden. Saat sudah ruangan Perpustakaan Universitas Leiden ini, akan langsung dimanjakan dengan fasilitas gedung perpustakaan yang sangat mewah, canggih, dan pelayanan sangat ramah dari para Pustakawan di sana.
Perpustakaan Universitas Leiden hadir karena pendirinya, Pangeran Willem van Oranje menyadari pentingnya buku sebagai jendela dunia. Plantin Polyglot alias Bibel Raja yang dicetak Christopher Plantin dihadiahkan Willem van Orange kepada perpustakaan itu pada tahun pertama pembangunan perpustakaan.
Sementara itu, katalog pertama perpustakaan lahir pada 1595 dan semakin lama semakin bertambah. Sampai sekarang, perpustakaan Universitas Leiden memiliki lebih dari 5,2 juta buku, 44,000 jurnal elektronik, dan lebih dari sejuta buku elektronik. Selain itu, terdapat pula 60.000 manuskrip kuno, 500.000 surat, 100.000 peta, 12.000 gambar, dan 300.000 foto, seperti dilansir dalam laman libraries.leiden.edu.
Perpustakaan yang hari ini genap berusia 435 tahun menyimpan berbagai koleksi tentang Indonesia. Menurut Kepala Perpustakaan Nasional RI, Sri Sulasih, 26.000 manuskrip kuno tentang Indonesia ada di Universitas Leiden. Padahal, Perpustakaan Nasional sendiri hanya mengoleksi 10,3 ribu manuskrip kuno berarti tidak sampai separuh dari yang dimiliki Perpustakaan Leiden. Perpustakaan Leiden pun memiliki bagian yang menyimpan koleksi khusus tentang Asia Tenggara. Selain itu, perpustakaan kampus ini juga mengoleksi tentang ilmu-ilmu sains, hukum, dan sosial, semuanya ada di sini.
Koleksi-koleksi jendela pengetahuan mengenai Indonesia di Belanda sebenarnya wajar saja ada. Pasalnya, tidak ada yang menyangkal Indonesia adalah mantan koloni Kerajaan Belanda. Sebagai imperialis modern pasca-renaissance, Belanda termasuk bangsa modern yang terbilang rapi dalam mengarsip lembaran-lembaran tertulisnya mengenai Indonesia ketika era kolonial.
Bahkan, tulisan dan benda-benda kuno Indonesia pun sampai ke sana dan masih dirawat. Dengan demikian, perpustakaan Universitas Leiden adalah museum kenangan dan ingatan sang mantan tanah koloni.
RACHEL FARAHDIBA R
Baca juga: Hari Ini 447 Tahun Universitas Leden Rati Beatrix Alumnus Universitas Ini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini