Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Cina menjadi negara pertama di dunia yang menggunakan vaksin Covid-19 bukan lewat suntikan, melainkan dihirup atau diisap (inhale). Otoritas produk medis di negara itu telah memberikan izin penggunaan darurat vaksin itu yang dibuat oleh CanSino Biologics, perusahaan farmasi berbasis di Tianjin, pada Minggu 4 September 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Convidecia Air, vaksin yang baru disetujui itu, menggunakan teknologi platform yang sama dengan Convidecia, vaksin Covid-19 versi injeksi produksi perusahaan yang sama. Pada Convidecia, CanSino menggunakan adenovirus yang tidak berbahaya sebagai vektor yang disisipi material genetis SARS-CoV-2, virus corona penyebab Covid-19, sehingga tubuh bisa berlatih melawannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Vaksin Covid-19 rekombinan itu telah digunakan di Cina dan beberapa negara lain. Berdasarkan publikasi hasil uji klinis finalnya (fase 3), vaksin versi sekali suntik CanSino 57,5 persen efektif mencegah gejala Covid-19, dan 91,7 persen efektif mencegah sakit parah setelah empat minggu atau lebih jaraknya dari pemberian dosis pertama.
Pertama di dunia dan jumlah dosis lebih rendah
Vaksin Convidecia Air menggunakan sebuah nebulizer untuk mengubah cairan ke dalam bentuk aerosol untuk dihirup lewat mulut. Pemerintah Cina menyetujuinya digunakan sebagai dosis penguat alias booster, dan pemberian dosisnya bisa dilakukan sendiri oleh setiap orang.
Menurut data WHO, vaksin tanpa jarum ini adalah yang pertama digunakan secara massal dan komersil dari antara 100 lebih vaksin Covid-19 oral ataupun nasal yang sedang dikembangkan di dunia. Adapun para ilmuwan berharap pemberian vaksin lewat mulut atau hidung dapat menyiapkan sel-sel imun dari membran lendir tipis di dalam organ itu, menjadikan mencegah menyebarnya kasus Covid-19 yang ringan sekalipun.
Hal itu karena vaksin diperhitungkan akan membunuh virus tepat saat mencoba memasuki tubuh. "Dosisnya dapat secara efektif memicu proteksi imun yang komprehensif dalam merespons SARS-CoV-2 hanya dalam sekali napas," ujar perwakilan dari Cansino dalam pernyataannya.
Hasil uji klinis finalnya dipublikasi dalam jurnal The Lancet, 26 Juli lalu. Di sana ditunjukkan level imunitas yang dibangkitkan dari dua kali hirup vaksin Convidecia Air yang berjarak 28 hari satu sama lain mencapai level yang didapat dari sekali pemberian dosis vaksin suntik.
Jenis Vaksin Covid-19 ini mengingatkan kepada pemberian vaksin flu yang lewat hidung, seperti vaksin FluMist. Selain dinilai lebih efektif menghentikan penyebaran infeksi, vaksin hirup dinilai butuh jumlah dosis yang lebih rendah.
Ilustrasi Flumist. immunizationinfo.com
Sebagai contoh, dalam sebuah studi vaksin Convidecia Air yang hasil-hasilnya dimuat di server preprint (belum mendapat tinjauan dari ahli lain), dua dosis vaksin Sinovac yang diikuti satu dosis lebih rendah dari vaksin hirup menghasilkan antibodi penetralisir Omicron di 92,5 persen kasus. Sedangkan, jika dosis yang digunakan lebih tinggi, antibodi muncul dalam 88,9 persen kasus.
Jumlah kasus dengan bangkitan antibodi untuk kedua kelompok drop menjadi sekitar 70 persen enam bulan kemudian.
LIVESCIENCE, PIPELINE REVIEW, CANSINOTECH