Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kebanyakan hewan ternak terkena infeksi penyakit kulit benjolan atau Lumpy Skin Disease atau LSD di Kabupaten Sragen dan sekitarnya, Bupati Sragen, dr. Kusdinar Untung Yuni Sukowati dalam laman resminya mengimbau kepada masyarakat untuk mengisolasi ternak LSD dari ternak lain yang masih sehat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
LSD menyebabkan hewan ternak kekurangan nutrisi protein, menurut Bupati Yuni, artinya dagingnya mengalami lack of nutrient protein asam amino. Sehingga, daging ternak yang terinfeksi tidak layak konsumsi atau tidak memenuhi standar kesehatan yang ditetapkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sementara, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan (DKP3) Sragen, Eka Rini Mumpuni Titi Lestari juga menyatakan pemerintah akan memberikan paket obat, dalam upaya penanganan LSD dan 2 kali subsidi pengobatan senilai Rp300.000 per sapi yang terkena LSD.
LSD disebarkan oleh gigitan serangga penghisap darah, seperti nyamuk tertentu, spesies lalat, dan kutu, yang membawa virus ke dalam tubuh hewan ternak. Hewan yang terinfeksi penyakit ini mengalami demam, bintil-bintil pada kulit, dan juga menyebabkan kematian, terutama pada hewan yang belum pernah terpapar virus sebelumnya.
LSD di Eropa Tenggara
Penyakit ini hadir pada banyak negara Afrika, yang kemudian tahun 2012 menjalar dari Timur Tengah ke Eropa Tenggara, memengaruhi Yunani dan Bulgaria, dan beberapa negara lain di Balkan. Semenjak itu, pilihan pengendalian seperti vaksinasi dan pemusnahan hewan yang terinfeksi menghentikan epidemi dahulu.
Pada tahun 2017, Pakar European Food Safety Authority (EFSA) menyimpulkan, vaksinasi massal sapi yang diterapkan di Eropa Tenggara berhasil menahan wabah LSD di wilayah tersebut tahun 2015-2016. Sebuah laporan baru menyimpulkan, wabah penyakit kulit benjolan di Balkan turun drastis sebesar 95% dari 7483 pada tahun 2016 menjadi 385 tahun 2017. Hasil itu mengkonfirmasi, vaksinasi sapi – yang direkomendasikan oleh EFSA menjadi cara paling efektif untuk menahan penyakit.
EFSA menilai strategi paling efektif untuk menghilangkan LSD, termasuk durasi program vaksinasi yang ideal untuk menghilangkan penyakit dan kemungkinan lainnya. EFSA menerbitkan laporan ketiganya saat 2019 tentang status LSD di Eropa Tenggara. Laporan tersebut menunjukkan, tidak ada wabah di wilayah itu tahun 2018, terbukti program vaksinasi dan tindakan pengendalian lainnya berhasil menghentikan epidemi tersebut.
Lebih lanjut, EFSA menyarankan LSD termasuk penyakit hewan lintas batas – penyakit yang sangat menular dan menyebar dengan cepat melintasi batas negara. Penyakit kulit benjolan ini juga mengakibatkan kerugian ekonomi yang signifikan terhadap masyarakat.
Laporan terakhir tahun 2020 tentang LSD di Eropa Tenggara, mempublikasikan tidak ada wabah baru di wilayah tersebut tahun 2019. Kampanye vaksinasi massal yang didukung oleh negara-negara setempat berlanjut sepanjang tahun sampai mencakup lebih dari 1,8 juta sapi.
BALQIS PRIMASARI
Baca juga: Begini Cara Lindungi Hewan Ternak dari Infeksi LSD, Virus Penyakit Kulit yang Cepat Menyebar
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.