Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Ventilator alternatif ini menggunakan komponen yang mudah didapat di pasar.
Dirancang semirip mungkin dengan ventilator yang digunakan di rumah sakit.
Dibuat dengan dana patungan dan akan dibagikan gratis untuk rumah sakit yang memerlukan setelah mendapatkan izin edar.
Tim perekayasa Institut Teknologi Bandung mengembangkan alat bantu bernapas atau ventilator portabel dengan menggunakan komponen modifikasi. Alat yang dinamai Ventilator Portabel Indonesia (Vent-I) itu dirancang untuk membantu kekurangan ventilator di rumah sakit karena jumlah pasien yang dirawat akibat terjangkit wabah yang dipicu virus corona terus meningkat.
Ketua tim pembuat Vent-I, Syarif Hidayat, mengatakan alat penyokong napas ini sebenarnya banyak tersedia di seluruh dunia. Namun jumlahnya saat ini sudah tidak mencukupi akibat pandemi Covid-19 berlangsung secara global. “Termasuk di Indonesia dan harganya mahal,” ujar Syarif pada Kamis, 2 April lalu.
Syarif membuat rancangan mesin Vent-I pada akhir Maret lalu. Dosen Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB tersebut menggandeng Yayasan Pembina Masjid Salman ITB dan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Tim juga meminta bantuan para dokter dari Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, sehingga alat itu cocok dalam standar medis. Vent-I digunakan untuk membantu pernapasan pasien dengan kegawatan menengah. Alat ini tidak diperuntukkan bagi pasien yang dalam perawatan intensif.
Vent-I memiliki fungsi continuous positive airway pressure yang terus mengalirkan oksigen ke paru-paru pasien. Fungsi ini sangat vital dalam membantu pernapasan pasien sehingga dapat mengurangi jumlah orang yang dikirim ke unit perawatan intensif. Alat ini juga memiliki sistem pengendali tekanan udara yang berkelanjutan dan tersinkronisasi.
Penyokong Napas Alternatif Portabel/Tempo
Kondisi pandemi Covid-19 mengganggu pasokan alat-alat kesehatan. Menurut Syarif, Vent-I dibuat dengan komponen yang sudah tersedia di pasar tanpa harus memesan khusus ke penjual peralatan kesehatan. Komponen reservoir udara, misalnya, diganti dengan kantong plastik. Adapun pipa fleksibel ditukar dengan slang buangan mesin cuci.
Purwarupa ventilator dibuat menggunakan dana awal dari Yayasan Pembina Masjid Salman dan dilanjutkan dengan urun dana (crowdfunding). Para perekayasa juga tidak menggunakan dana dari pemerintah dan ITB atau dari pembiayaan penelitian. Sejauh ini dana yang dihabiskan mencapai Rp 100 juta. “Kami bekerja sama dengan semua pihak yang peduli kemanusiaan,” kata Syarif.
Menurut Syarif, Vent-I dirancang semirip mungkin dengan ventilator yang biasa digunakan di rumah sakit. Alat ini diuji oleh Badan Pengujian Fasilitas Kesehatan Kementerian Kesehatan. Sesudah uji fungsi dan kalibrasi, Vent-I menjalani uji keselamatan dan baru didaftarkan untuk bisa diedarkan. Syarif menargetkan pekan ini izin edar bisa diperoleh.
Dengan bobot kurang dari lima kilogram, menurut Syarif, alat ini mudah dipasang oleh tenaga medis tanpa bantuan operator khusus dan dapat dioperasikan di mana saja. Setelah perizinan selesai, dia merencanakan untuk membuat sebanyak 100 unit. "Nomor satu diproduksi dulu, soal paten bisa dikejar atau enggak itu hal sekunder. Yang penting bisa dipakai dulu," ujar Syarif.
Tim pembuat Vent-I menggunakan laboratorium dadakan di sekitar Masjid Salman ITB karena kampus ditutup untuk pencegahan penyebaran penyakit. Menurut Syarif, Kementerian Kesehatan juga membantu pembuatan Vent-I dalam hal perizinan. Alat itu nantinya akan diberikan gratis ke rumah sakit yang membutuhkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo