Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

sains

Wabah Mpox dari Turunan Virus Berbeda, Lebih Berbahaya daripada 2022

Berasal dari kota tambang kecil di Republik Demokratik Kongo, berikut segala yang perlu diketahui dari wabah mpox terkini.

20 Agustus 2024 | 12.12 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah mengumumkan wabah terkini mpox, dulu dikenal sebagai cacar monyet, sebagai darurat kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia global. Wabah menyebar di Afrika Tengah dan Barat, dan pada 15 Agustus lalu terkonfirmasi satu kasusnya di Swedia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Status darurat kesehatan saat ini mengulangi 2022 lalu. Kala itu wabah penyakit yang disebarkan oleh virus dari keluarga yang sama dengan virus penyebab cacar air ini sempat menyebar luas di luar Afrika, termasuk sampai ke Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Apa Itu Mpox

Virus mpox normalnya menyebar di antara jenis hewan seperti hewan pengerat dan monyet di Afrika Barat dan Tengah. Tapi, terkadang ditemukan melompat pula ke manusia, menyebabkan wabah kecil setempat.

Ada dua turunan utama dari virus penyebab mpox yang disebut clade I dan clade II. Clade I biasanya yang menyebabkan gejala lebih parah dan risiko kematian lebih tinggi. Dan, subtipe dari clade I inilah, clade Ib, yang saat ini dicemaskan sedang mendorong wabah menjadi lebih besar. 

Sebagai catatan, wabah global mpox pada 2022 juga 2023 lalu dipicu virus subtipe clade II. "Sejauh ini tidak ada bukti yang membawa ke dugaan kalau clade Ib lebih berbahaya lagi dibandingkan asal turunannya, clade I," kata peneliti mikrobiologi Jonas Albarnaz dari The Pirbright Institute, Inggris.

Riset pos-doktoral Albarnaz di University of Cambridge adalah meneliti antagonisme dari pertahanan virus vaccinia, vaksin cacar air, dan model DNA virus. 

Jumlah Kasus Sepanjang Tahun Ini

Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Afrika melaporkan per 13 Agustus lalu bahwa sudah ada lebih dari 17 ribu kasus dugaan mpox di Afrika. Jumlah sebenarnya diyakini jauh lebih besar daripada itu karena lemahnya pemantauan, uji laboratorium, dan pelacakan kontak oleh otoritas kesehatan di negara-negara di benua tersebut.

Mengutip data WHO, di Republik Demokratik Kongo saja telah dilaporkan 15.664 kasus dan 537 kematian. Jumlah itu sudah melampaui total kasus tahun lalu di negara yang sama.

Sudah Sejauh Mana Wabahnya di Afrika Saat Ini

Wabah yang sedang merebak saat ini berasal dari sebuah kota tambang kecil di Republik Demokratik Kongo bernama Kamituga. Penyebarannya kini sudah sampai ke sedikitnya 11 negara Afrika lainnya, termasuk empat yang belum pernah melaporkan infeksi virus penyakit ini sebelumnya. Keempatnya adalah Kenya, Rwanda, Burundi, dan Uganda.

“Ini jelas yang paling berbahaya dari antara seluruh varian virus mpox yang ada saat ini dari cara bagaimana dia bisa menular, menyebar, dan juga gejalanya," John Claude Udahemuka dari University of Rwanda.

Baca halaman selanjutnya: dari survival rate lebih rendah sampai pertanyaan atas efektivitas vaksin

Survival Rate 

Sementara lebih dari 99,9 persen mereka yang jatuh sakit karena infeksi clade II bisa sembuh kembali, sebanyak 10 persen dari mereka yang memiliki gejala infeksi clade I tak terselamatkan. Anak-anak, ibu hamil, dan mereka yang kekebalan tubuhnya sedang terganggu menjadi bagian dari populasi yang paling rentan. 

Tapi dalam wabah yang terkini, orang dewasa dan anak-anak yang paling banyak terinfeksi. Bahkan di beberapa provinsi di Republik Demokratik Kongo, anak di bawah usia 15 tahun bisa menyumbang sampai 69 persen kasus.

Gejala Mpox

Gejala pertama dari infeksi virusnya ini biasanya berupa ruam di kulit, yang memunculkan bintil berisi cairan dan terasa sangat gatal atau sakit. Ruam cenderung bermula dari wajah sebelum menyebar ke badan dan meluas lagi ke tangan dan kaki. Pnderitanya juga bisa mengalami lesi mulut atau di anus atau alat kelamin.

Bisa ditemani demam, sakit kepala, pegal-pegal, sakit punggung, rasa lelah, dan pembesaran kelenjar getah bening, gejala mpox mungkin bertahan sampai 2-4 minggu. Ada pula beberapa kasus di mana orang yang terinfeksi tak menunjukkan gejala-gejala di atas.  

Penularan

Mpox menyebar lewat kontak erat dengan orang yang terinfeksi. Biasanya lewat kontak kulit seperti hubungan seks, berciuman, atau sekadar bersentuhan. Virusnya juga bisa menular menumpang droplet dari saluran pernapasan. Atau bisa lewat penggunaan selimut dan pakaian yang sama.

Ilustrasi MPOX. Shutterstock

Pengobatannya

Beberapa antivirus yang sudah dikembangkan untuk cacar air digunakan untuk mengobati mpox. Namun, hasil eksperimen dari penggunaan salah jenis obat itu, tecovirimat, dalam wabah yang lalu menunjukkan tidak efektif kalau melawan virus clade I.

Orang-orang yang terinfeksi mpox harus mengisolasi diri dan mengenakan masker. Mereka juga harus menghindari menggaruk dan mencegah bintil2 pecah yang bisa memperlambat penyembuhan karena menyebar di bagian tubuh yang lain.

Vaksin

Ada vaksin mpox yang menyediakan proteksi lebih baik, tapi belum diketahui apakah sama efektifnya jika harus dihadapkan dengan virus subtipe clade Ib saat ini. Namun, tetap, orang-orang yang berisiko tinggi tertular disarankan untuk mendapatkan vaksin ini.  

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus