Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

"Kalau Saya Ngejek Saya,..."

Wawancara Tempo dengan pelukis Rga Sukirno. Ia mengaku menjadikan lukisan sebagai catatan pribadi. Karena itu ia tak pernah melukis untuk dijual. (sr)

20 Maret 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INILAH wawancara pelukis R.G.A Sukirno dengan wartawa TEMPO Syarief Hidayat: Tanya: Kok hampir setiap lukisan ada gambar Pak Kirno ? Jawab: Ya, daripada melukis wajah orang kan lebih baik wajah sendiri. T: Tapi kenapa selah-olah Pak Kirno ini ingin mengejek diri sendiri? J: Kalau ngejek orang lain nanti marah. Tapi kalau saya ngejek saya, siapa yang mau marah. T: Jadi apa tujuan Pak Kirno melukis? J: Untuk kepuasan batin. T: Hanya itu? J: Ya. Soalnya begini, bagi saya melukis adalah membuat catatan pribadi dan sekelilingnya. Dan saya tidak pernah melukis untuk dijual. T: Kalau begitu, bagaimana untuk membiayai keluarga? J: Jual obat. Kalau saudara sakit boleh datang ke rumah saya, nanti saya obati. Pasti sembuh. T: Terima kasih, pak. Tapi bagaimana cara menjual obatnya? J: Barangkali saudara perlu tahu bagaimana saya hidup. Saya ini pelukis yang tidak pernah menjual lukisan. Tapi juga belum pernah berhenti melukis. Isteri saya 3. Tinggal dalam 3 rumah yang berdekatan. Isteri saya yang pertama menerima jahitan dan anaknya cuma satu, karena yang satu meninggal. Isteri ke-2, membantu saya membuat obat. Dan ini yang paling banyak anaknya, jumlahnya 9. Sedangkan yang ketiga membantu jualan obat. Isteri yang bungsu tidak punya anak. T: Jadi lukisan 3 perempuan telanjang ditelan oleh pak Kirno itu apa artinya? J: Oh, itu artinya tiga isteri saya ikut membantu memberi makan saya. Tapi lihat dalam lukisan itu, masih separo yang belum tertelan, sedangkan mata saya kelihatan layu, Artinya, saya tidak sampai hati memberi beban pada isteri saya. T: Nah, yang ini apa pak? Kok seperti gambar iklan saja. Ada roti ada bir, perempuan telanjang dan wajah pak Kirno, asyik memegang pipa yang asapnya mengeluarkan not balok. J: Lukisan ini saya beri judul "Karya dan Upah". Dan artinya setiap karya akan menghasilkan upah. Dan upah itu berarti makan, minum dan perempuan. Not balok itu, untuk menggambarkan orang yang bekerja dengan gembira akan mudah mendapat upah. T: Nah, gambar pak Kirno bertanduk dengan wajah yang kejam seperti raja jin ini apa artinya pak? J: Wah itu kenangan lama. Dulu saya pernah dijanjikan akan menjadi penguasa di Irian Barat. Tapi kemudian tidak jadi karena situasi politik yang berbeda. Itulah sebabnya lukisan itu saya beri judul Wakil Ratu Irian Barat. T: Aliran apa yang pak Kirno ikuti? J: Saya tidak ikut aliran mana pun. Tapi coba lihat. Saya kira garis-garis itu banyak condong pada surealisme bukan?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus