STADION Utama Senayan yang balu saja selesai dan akan
dipergunakan buat pesta olahraga Asian Games, ternyata sudah
menunjukkan retak-retak pada pilar beton penyangga atap. Teknisi
Rusia yang mengerjakan bangunan mahal itu segera memperbaikinya
lagi. Tapi insinyur Sukarno (presiden RI waktu itu) belum puas
dan segera menunjuk insinyur Sutami untuk mengadakan penelitian
ulangan. Hasilnya, lulusan Sekolah Tinggi Teknik Bandung
(sekarang ITB) tahun 1956 itu, bukan saja berhasil menyimpulkan
cara perhitungan beton Rusia itu terlalu berani (safety factor
terlalu kecil) -- kemudian dibandingkannya dengan cara
perhitungan beton Amerika yang terlalu boros (safety factor
terlalu besar) -- tapi juga berhasil menemukan teori perbetonan
yang lebih baik dari kedua teori yang sudah ada. "Hasil
penyusunan saudara mengenai teori ultimate strength design itu,
pada waktu ini banyak digunakan oleh kalangan perguruan tinggi
maupun masyarakat teknisi", ucap Prof. Dr. Sukadji Ranuwihardjo,
Rektor Universitas Gajah Mada dalam pidato penganugerahan
derajat Doctor Honoris Causa dalam Ilmu Teknik kepada ir.
Sutami.
Dalam pidato pertanggungan jawab atas tindakan senat memberikan
gelar itu, Sukadji masih memberikan tumpukan bukti
prestasi-prestasi Sutami. Antara lain disebutkan bahwa insinyur
yang sudah berumur 48 tahun itu menjadi pelopor dalam penggunaan
konstruksi beton (prestresed concrete) lewat pembikinan
jembatan Semanggi. Belum lagi proyek gedung MPR/ DPR (dulu
disebut proyek Conefo) dan proyek jembatan Musi di Palembang.
Bahkan proyek di ibukota Sumatera Selatan itu, biaya
pembangunannya berhasil diturunkan sampai 30 prosen, tanpa
mengurangi kekuatan konstruksinya. Dan semua yang dibilang
Sukadji itu, masih dilengkapi dengan prestasi-prestasinya selama
hampir 11 tahun menjabat Menteri PlJTL. Misalnya proyek Riam
Kanan, Karangkates, Selorejo, Lahor, Wlingi, Batang Agam dan
Sempor.
Tak Pernah Mimpi
Sukses Sutami di bidang teknik, tentu saja antara lain karena
kegemarannya terhadap bidang itu, sudah dipupuk sejak di bangku
sekolah. Kemampuannya yang menonjol dalam mata-mata pelajaran
Ilmu Pasti dan Mekanika di bangku SMP, menyebabkan anak
kelahiran Surakarta itu menjadi murid kesayangan gurunya,
Soehakso (Profesor dan insinyur), sekarang guru besar pada
Fakultas Ilmu Pasti dan Alam Universitas Gajah Mada. Di bangku
SMA, bapak dari lima orang anak itu sudah gemar pada pelajaran
Mekanika Teknik dan Konstruksi Beton. Walaupun mata pelajaran
itu termasuk yang paling sulit untuk dapat lulus. "Dari sini
dapat dilihat salah satu sifat saudara yang suka terhadap
hal-hal yang bersifat tantangan itu cukup berat", ucap Sukadji
lagi. Dan rektor Gama itu sempat juga menyebutkan jumlah
karangan ilmiah Sutami sebanyak 17 buah, yang dianggap merupakan
karya asli. Dan Sutami yang menerima pujian bertubi-tubi itu,
nampak berkeringat karena hawa panas di ruang Balai Senat
Universitas Gajah Mada. Dalam pidato sambutannya, Sutami nampak
cukup terharu. "Terus terang saya merasa tidak pernah mampu
untuk mendapatkan gelar setinggi itu dalam sqarah hidup saya
sebagai insinyur Indonesia", katanya, "apalagi penganugerahan
tersebut terjadi tepat pada hari perkawinan saya yang ke-18
tanggal 3 Maret 1976".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini