Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

"Malala Tidak Berubah"

9 November 2015 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada 9 Oktober 2012, Malala Yousafzai, gadis Pakistan yang sedang naik bus menuju sekolahnya, ditembak seorang tentara Taliban di kawasan Swat. Malala sempat kritis selama beberapa hari sebelum akhirnya pulih setelah dirawat di Rumah Sakit Queen Elizabeth di Inggris.

Januari tahun berikutnya, Malala meminta Christina Lamb, wartawan Inggris, untuk menulis memoarnya, dan lahirlah I Am Malala: The Girl Who Stood up for Education and was Shot by the Taliban pada Oktober 2013. Malala mendapat Hadiah Nobel Perdamaian pada 2014.

Christina Lamb, yang selama tiga dekade meliput Pakistan dan Afganistan, mengisahkan kembali sosok Malala di hadapan para peserta Ubud Writers and Readers Festival di Ubud, Bali, pekan lalu. Dia punya kenangan menarik atas Indonesia dan mengaku senang dapat datang lagi. "Tentu saya lebih senang karena bisa bertemu dengan pembaca karya-karya saya." Kontributor Tempo, Rofiqi Hasan, mewawancarai Lamb pada Ahad pekan lalu di Museum Lukisan Neka, Ubud.

* * * *

Mengapa Anda tertarik menulis I Am Malala?

Saya dihubungi untuk menulis buku ini oleh Malala dan agennya. Mereka ingin ada penulis yang sudah mengerti latar belakang situasi di sana (Pakistan) dan saya memang jurnalis yang sudah lama meliput di sana. Mereka juga berharap penulisnya seorang perempuan, yang mungkin akan lebih mudah bagi Malala. Kalau tujuan Malala menulis buku ini, saya kira karena setelah semua yang terjadi padanya, dia ingin menyebarkan gagasan dan harapannya kepada banyak orang.

Sebenarnya apa yang spesial pada diri Malala?

Tidak ada yang sangat spesial, karena banyak gadis seperti dia di Pakistan, Afghanistan, dan mungkin di Indonesia juga. Mereka juga ingin pergi ke sekolah. Tapi apa yang terjadi padanya mungkin bisa menginspirasi banyak orang bahwa ada situasi yang harus diubah dan harus ada yang menyelamatkan orang-orang dari keadaan ini.

Apa kesan Anda ketika pertama kali bertemu dengan dia?

Saya pertama kali bertemu setelah dia keluar dari rumah sakit (setelah penembakan). Saya melihat dia sebagai gadis yang murni dengan tujuan yang kuat dan jelas. Dia juga bisa menerima kenyataan atas apa yang terjadi pada dirinya.

Berapa lama Anda menulis buku ini?

Saya mewawancarainya selama sembilan bulan dan terus berinteraksi dengan keluarganya. Kemudian saya mewawancarai berbagai sumber lain seperti keluarga di Pakistan, guru-guru, dan mengunjungi sekolah di kampungnya.

James Tooley menulis di Spectator bahwa ada salah persepsi di media mengenai model pendidikan yang diinginkan Malala. Sebenarnya Malala ingin pendidikan swasta, bukan sekolah negeri.

Saya kira yang diinginkan Malala hanyalah pendidikan bagi semua anak, tanpa berpikir apakah akan disiapkan oleh pemerintah atau oleh siapa. Malala peduli terhadap pendidikan untuk semua sebagai hak dasar yang universal, khususnya untuk perempuan. Jadi, masalah itu bukan hal yang terlalu penting bagi dia.

Sekarang banyak sekali orang di sekitar Malala, seolah dia artis. Apakah ini mempengaruhi Malala?

Saya lihat tidak. Dia masih seperti Malala yang dulu, yang penuh semangat dan tidak membatasi dirinya untuk bertemu dengan banyak orang. Tentu saja dia lebih terkenal dan lebih sibuk daripada sebelumnya. Dia ingin menyumbangkan semuanya bagi orang lain, dan keluarganya memberinya kebebasan. Saya kira dia masih sadar dan berada di bumi.

Mengapa dia sampai harus menyewa Edelman sebagai humas?

Saya kira lebih karena prioritasnya. Harus ada orang yang mengatur acaranya. Jangan sampai dia tak bisa melakukan apa-apa karena orang ingin terus berhubungan dengannya. Di sini saja semua orang bertanya bagaimana menghubungi Malala.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus