Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PULUHAN unit penyaring udara yang sudah rusak tergeletak di belakang bangunan utama Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Merah Mata di Dusun Borang, Desa Merah Mata, Banyuasin, Sumatera Selatan, Rabu dua pekan lalu. Kerak yang melekat di penyaring itu adalah kotoran dari asap kebakaran hutan di Sumatera.
Pembangkit milik PT Wijaya Karya (Persero) dan PT Navigat Energy yang menggunakan turbin jenis Boeing 747 tersebut hari itu mesinnya tidak dioperasikan karena penyaring udara sedang dibersihkan. "Kami bersihkan dari debu dan kotoran untuk menghindari kerusakan mesin," kata Manajer PLTG Merah Mata, Bagus Sugiharjo.
Sejak Agustus lalu, bersamaan dengan menyebarnya kabut asap kebakaran hutan di Sumatera, petugas harus lebih kerap membersihkan penyaring udara agar pembangkit bisa bekerja optimal. Namun asap kebakaran itu tetap memaksa PLTG Merah Mata 1 dan 2, dua turbin yang memproduksi listrik 60 megawatt (MW), menurunkan dayanya hingga masing-masing 8 MW.
Asap pekat tampak memenuhi atmosfer di atas kompleks pembangkit. Udara kotor itulah yang mengganggu kerja pembangkit. Pembangkit ini sebenarnya punya beberapa lapis penyaring, dari penyaring untuk burung atau benda berukuran besar hingga penyaring debu buat benda berukuran kecil. Namun partikel-partikel udara kotor itu rata-rata berukuran 0,01 mikron, lebih besar daripada pori-pori penyaring terkecil yang berukuran 0,02 mikron, sehingga menyumbat pori-pori.
Udara segar dibutuhkan PLTG untuk membakar gas alam di ruang bakar setelah melalui kompresor. Pembakaran gas dan udara itu menghasilkan energi panas dengan suhu dan tekanan tinggi. Energi inilah yang dimanfaatkan untuk memutar turbin, yang kemudian memutar generator buat menghasilkan listrik.
Setiap turbin memiliki 152 penyaring berbentuk silinder (canister). Penyaring itu, menurut Bagus, merupakan bagian penting untuk menjaga "kesehatan" turbin. "Penyaring cepat tersumbat ketika kabut asap pekat," ujarnya. Anak buahnya dalam beberapa bulan ini harus bekerja lebih keras menjaga kebersihan penyaring. Caranya dengan membuatnya vakum hingga mencuci setiap bagian penyaring.
Saat udara bersih tanpa kabut asap, umur penyaring rata-rata 75 hari. Tapi, saat kabut asap mendera, umurnya hanya 3 hari. Selain pembangkit kehilangan arus listrik, biaya perawatan dan penggantian penyaring membengkak. Harga seperangkat penyaring produksi Donaldson, Amerika Serikat, itu Rp 2,8 juta per set.
Setiap unit turbin gas jenis LM6000PC buatan General Electric memakai 152 set penyaring. PLTG Borang, yang beroperasi sejak 2012, menggunakan dua unit LM6000PC. Dalam keadaan normal, turbin ini bisa dipakai 25 tahun lebih. Menurut Bagus, turbin LM6000PC membutuhkan aliran udara dalam jumlah besar, yakni 230 ribu kaki kubik persegi per menit (scfm). "Jelas sekali betapa pentingnya peran penyaring udara," kata Bagus.
Pembangkit bisa saja dipaksa bekerja walau ruang pembakaran diserbu partikel kotor. Tapi, menurut Iwa Garniwa, ahli pembangkit listrik di Departemen Teknik Elektro Universitas Indonesia, hal itu akan memendekkan umur pakai mesin. "Sementara rata-rata mesin pembangkit didesain bisa digunakan 20 tahun dengan pemeliharaan yang baik, mungkin saja berkurang 5 tahun," ucapnya.
Yang dibutuhkan dalam pembakaran gas di ruang bakar yang vakum itu adalah oksigen. "Tanpa oksigen, gas di ruang vakum tidak bisa terbakar," kata Iwa. Untuk mencapai pembakaran tinggi di ruang bakar, dibutuhkan gas, oksigen, dan pemantik api seperti peran busi dalam kendaraan bermotor. Komposisi gas dan oksigen juga harus tepat untuk menghasilkan pemanasan pada suhu 400-600 derajat Celsius. "Ketika oksigen berkurang, performa mesin akan menurun. Yang pasti mesinnya batuk-batuk."
Menurut Iwa, partikel kotor itu juga akan menghambat pendinginan pada motor-motor listrik dan sistem yang bekerja di dalam sistem pembangkit. Mirip dengan mesin pembakaran kendaraan bermotor, mesin pembangkit juga perlu pendinginan, yang ditiupkan oleh udara bergerak.
Menurut Bagus, karena partikel asap menyumbat penyaring, mesin pembangkit jadi harus sering dimatikan untuk perawatan dan penggantian penyaring. Akibatnya, pasokan listrik tersendat dan pemadaman jadi lebih sering terjadi di Sumatera Selatan selama kebakaran hutan merajalela.
Menurut Abdul Chotib, Manajer Unit Pengatur Beban PLN Sumatera Bagian Selatan, selama ada kabut asap, perusahaan listrik pelat merah itu sempat mengalami defisit daya hingga 160 MW di seluruh daerah Sumatera bagian selatan. "Penyebabnya, selain penyaring turbin tertutup partikel asap, terjadi penurunan debit air di pembangkit listrik tenaga air," tutur Chotib.
Pengaruh asap bisa dilihat pada sejumlah PLTG yang tidak optimal menghasilkan listrik. Menurut Chotib, penurunan daya serupa terjadi pada sejumlah pembangkit di Sumatera Selatan. PLTG Keramasan 2 di Indralaya kehilangan daya 37 MW dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap AGP Borang kehilangan 26 MW. Setelah terpapar asap, kemampuan pembangkit rata-rata tinggal 50-70 persen, dibandingkan dengan keadaan normal yang mencapai 90-100 persen.
Pemadaman listik secara bergilir telah dilakukan, tapi intensitasnya makin berkurang. "Kini defisit daya tinggal 40 MW di malam hari dan 15 MW di siang hari," ujar Chotib. Bila asap sudah hilang dan musim hujan tiba, pasokan daya diharapkan kewmbali normal.
Ahmad Nurhasim, Parliza Hendrawan (Palembang)
Penyaring udara pada Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap
Penyaring udara pada pembangkit listik tenaga gas berfungsi menyaring polutan yang berpotensi "meracuni" kompresor turbin. Partikel-partikel pengotor itu disaring melalui beberapa lapisan sebelum masuk ke kompresor.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo