Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Akhir dari Saga Vampir Itu

Episode terakhir dari kisah cinta vampir dan manusia yang tetap saja menjadi buruan gadis dan ibu rumah tangga sedunia.

25 November 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Breaking Dawn-Part 2 Twilight Saga
Sutradara: Bill Condon
Skenario: Melissa Rosenberg, dari novel karya Stephenie Meyer
Pemain: Kristen Stewart, Robert Pattinson, Taylor Lautner

Tahun 2012 adalah tahun terbaik bagi kita semua. Pada tahun ini, Twilight Saga sudah ber­akhir. Stephenie Meyer konon berjanji tak melanjutkan serial kisah cinta segitiga vampir-manusia-serigala jadi-jadian ini.

Nama Bella Swan (Kristen Stewart), Edward Cullen (Robert Pattinson), dan Jacob Black akan kita tutup rapat dan kita simpan untuk selama-lamanya dan kita bisa beranjak pada buku dan film yang digarap dengan baik dengan jalan cerita yang tidak membuat kita menjadi penonton pandir.

Tapi, untuk seri penutup, mari kita tengok. Siapa tahu sutradara Bill Condon masih mencoba mengais harkatnya dari sutradara kesayangan kritikus film untuk Gods and Monsters, Chicago, Kensey, dan Dream Girls menjadi sutradara kesayangan studio Hollywood yang mengisi pundi-pundi duit mereka.

Yang saya bayangkan, Bill Condon kira-kira berkata begini kepada timnya: Supaya remaja puber dan hot mama itu puas dan berteriak-teriak sampai lemas, kita harus: Satu, Bella dan Edward bermesraan dengan latar belakang padang kembang ungu. Tata artistik, kau harus keluarkan kesaktian Bandung Bondowoso-mu. Enggak mau tahu, besok di padang gersang itu harus dadakan tumbuh kembang ungu cantik tempat pasangan kita berguling-guling mesra. Dua, harus ada adegan Bella dan Edward bercinta ala vampir, tapi sedemikian rupa sehingga anak remaja boleh menonton. Kalau perlu kita bikin mereka berpelukan telanjang di balik layar sehingga hanya terlihat siluet doang. Atau cukup dengan dialog Bella, "Ah, kamu selama ini menahan diri, ya. Sepertinya untukku tidak pernah cukup, deh." Untuk remaja cilik, itu sudah cukup menggambarkan percintaan hebat. Tiga, jangan lupa, serigala jadi-jadian kesayangan kita, Jacob Black, harus buka baju beberapa kali, close-up otot dan dada. Yeah.

Briefing Om Bill itu ternyata berhasil, dengan plot begini: Bella Swan sudah menjadi vampir. Itu artinya Kristen Stewart dije­jali setumpuk make-up, garis merah darah di atas selajur wajah putih bak salju. Alis mencotot, mata seperti gundu merah, dan wajah cemberut melulu. Itu interpretasi Stewart sebagai vampir yang keren dan gagah.­ Dengan mengenakan gaun cocktail biru, dia menerkam harimau, meloncat ke sana-kemari, berlari secepat rambatan api yang disiram bensin. Dia sudah bisa menghajar Jacob Black yang kok ya berani-berani imprint Renesmee, bayi hasil cinta Bella dengan suaminya, Edward, yang sepanjang film kerjanya berdiri dengan beberapa pose seperti model di kalender fashion musim semi. Imprint itu, Saudara-saudara, menurut wiki-twi­hard-pedia, adalah ketika seorang (atau se­ekor?) serigala jadi-jadian bertemu dengan teman­ sejiwanya yang membuat dia (si Jacob itu) akan berbuat apa saja demi perempuan yang dia beri imprint. Menurut Black, imprint yang terjadi pada Renesmee itu akibat: "I cannot help it". Tentu saja dia dihajar habis-habisan oleh Bella, sementara keluarga Cullen menikmati pemandangan Bella yang baru; Bella "maskulin" dan bisa mengalahkan otot Emmet (Kellan Lutz) pada adu panco.

Karena kisah cinta segitiga sudah pupus, Stephenie Meyer harus bikin perkara. Apa ya, apa ya, apa ya? Ah, anak buah cinta Edward dan Bella, si Renesmee itu, kini jadi persoalan. Sejak Renesmee bayi, Om Bill memutuskan wajahnya dibuat dengan teknik CGI (computer generated imagery) sehingga dia kelihatan seperti buah cinta antara Bella dan ET. Renesmee tumbuh melesat dalam waktu singkat. Pokoknya tiba-tiba dia sudah sebesar gadis sekolah dasar. Cantik, lucu, dan tentu saja memiliki keajaiban. Dan membahayakan. Karena Volturi, para aristokrat vampir yang dipimpin Aro (Michael Sheen), yang teaterikal dan asyik ditonton itu, menyangka Renesmee adalah anak yang imortal. (Nah ini harus buka wiki-twihard-pedia lagi). Pendeknya, Bu Stephenie Meyer membuat peraturan dalam dunianya yang pandir itu bahwa anak hasil buatan vampir akan imortal dan harus dibakar.

Akan halnya Renesmee, dia sebetulnya produk "birasial": vampir dan manusia (Edward yang vampir dan Bella saat menjadi manusia). Sst, mulai ngantuk? Jangan khawatir. Om Bill menyiapkan adegan rekrutmen vampir dari segala penjuru dunia, yang bisa memanipulasi empat elemen alam, hingga yang tubuhnya terdiri atas aliran listrik atau yang bisa membuat mata orang buta. Asyiklah pokoknya. Hampir saya mengira ini akan terjadi perang ala Harry Potter dan Voldemort, atau kalau mau keren sedikit: Baratayuda.

Ternyata saya terlalu banyak memberi kredit pada Bu Meyer dan Om Bill. Ade­gan peperangan memang keren. Untuk pertama kali, kita tidak jengkel melihat Kristen Stewart di layar karena dia bisa menghantam kiri, menendang kanan. Banyak yang mati, banyak yang terluka, seperti halnya karakter dari setiap kisah peperangan, kita terkejut dan terluka melihat tokoh baik tercederai. Banyak adegan cabut-mencabut kepala—karena demikianlah cara membunuh vampir di dunia Stephenie Meyer—hingga setiap detik kita seperti menyaksikan kepala manekin bergelindingan. Tata artistik yang buruk nian.

Namun, sayang disayang, ternyata akhir dari seluruh peperangan itu kemudian berbelok pada suatu plot yang paling konyol dan paling pandir yang pernah saya temui dalam sejarah perfilman jagat ini. Mungkin akhir cerita yang menipu seperti ini akan melegakan para Twi-hards, tapi bagi penonton yang masih juga mengharapkan logika cerita seperti saya, rasanya kepingin mencabut kepala saya sendiri dari leher.

Kepada Bill Condon dan Stephenie Meyer, good bye. Good luck in life. Kristen Stewart, kembalilah kepada film semacam On the Road yang bagus itu, dan Robert Pattinson, silakan melamar ke agen model di New York. Taylor Lautner, silakan buka tempat latihan gym.

Leila S. Chudori

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus