Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Aloha yang kedua, setelah '75

Terbentuknya kelompok the orchid hawaiian, eks hawaiian seniors, 1 1/2 bulan setelah the hawaiian seniors dilarang muncul di tv. (ms)

13 September 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SETELAH dilarang main di TVRI Jakarta, kelompok The Hawaiian Seniors (THS) seolah berganti nama. Atau tidak, melainkan memecah diri? Akhir Agustus di Hotel Orchid, Tomang, Jakarta, ada acara Aloha Night -- dimeriahkan dengan lilin-lilin yang ditaruh pada kulit kelapa (dengan sabutnya), dan para tamu berkalung rangkaian bunga. Minuman dihidangkan dalam potongan bambu yang dihias sekuntum anggrek. Dan di pinggir kolam renang, sekelompok orang menyanyikan lagu-lagu Hawaiian itu. Bukan orang asing. Ada Willy Pesik, Henk Muskita, Uce Ratumusa, Ade Kolendam, Limansyah, juga Bram 'Aceh' Titaley -- yang sebelumnya dikenal sebagai anggota inti THS. Mereka ini tampil dengan nama The Orchid Hawaiian (TOH). Hoegeng Kaget "Kami keluar dari Hawaiian Seniors bukan karena kelompok itu dilarang main di TV," kata Henk Muskita. Aha, jadi ini grup baru. Menurut Henk, TOH baru berusia 1 1/2 bulan -- dan muncul kira-kira 1 1/2 bulan setelah THS mendapat surat larangan main itu. Pertama kali mereka nongol di Arena Pasar Seni Taman Impian Jaya Ancol, akhir Juli. Kemudian dalam satu perjamuan di gedung pertemuan DKI dan di gedung pertemuan Departemen Luar Negeri. Anehnya, pasal mereka keluar dari THS disebut sebagai tak ada hubungannya dengan soal TVRI. Melainkan, secara langsung dikatakan Henk "Karena masuknya kembali seorang pemain lama." Konon, pemain itu dulu dikeluarkan karena dianggap merusak nama baik kelompok. Dan ternyata setelah diterima kembali, menurut Henk pula, tetap berulah seperti dulu. Hoegeng Iman Santoso, pimpinan THS, kaget. Ia memang menerima kembali orang yang disebut-sebut Henk, karena orang itu telah minta ampun. "Lagi pula saya menerim orang itu atas desakan mereka yang kini keluar itu." tambah pensiunan Kapolri ini. Memang. Secara tersirat, keluarnya Henk dan beberapa kawannya mempunyai harapan lain -- yang rupanya tak terpenuhi di THS. Mereka kepingin bermain di luar negeri. Dua tahun lalu THS ditawari ke Negeri Belanda. Tapi menolak. "Waktu itu Pak Hoegeng lebih memprioritaskan TVRI," tutur Henk. Juga, nah, inilah soalnya, rupanya mereka juga ingin tampil kembali di TV. "Kalau toh kami diizinkan tampil di TV lagi, kami hanya akan menyuguhkan lagu Indonesia atau daerah," ujar Henk meyakinkan." Lagu Hawaii asli hanya sebagai pelengkap." Acara Aloha Night itu sendiri memang mereka isi hampir seluruhnya dengan lagu hiburan Indonesia dan lagu daerah Maluku. Tapi alasan memang bisa bermacam-macam. Dari catatan Hoegeng sendiri, ketika THS mengadakan beberapa kali pertemuan sehubungan dengan dilarangnya mereka main di TVRI, memang ada yang mengusulkan THS bubar. Orang itu tak lain Bram Titaley, yang kini memimpin TOH. Dan dalam pertemuan akhir Juni, 3 orang anggota minta cuti (antara lain Bram juga). Sedang seorang, Uce, terus terang mengundurkan diri -- satu sikap yang dipuji Hoegeng. Keempat mereka itu kini ada dalam TOH. Memang tak ada kata terus terang -- mengenai TV itu. Hanya memang diketahui, seperti dikatakan Hoegeng sendiri, siaran di TVRI berarti juga promosi (TEMPO, 7 Juni). Toh dalam sejarah THS yang bermula dengan nama Elshinta Hawaiian Seniors, ini merupakan perpecahan kedua kali. Yang pertama 1975, yang melahirkan THS ini. Mengenai hadirnya TOH sendiri, sebenarnya Hoegeng tak melarang anggotanya bermain di luar atau membentuk grup sendiri. Yang menyakitkannya, "mengapa mereka tak berterus terang saja." Dan satu lagi dalam publikasinya TOH memberi embel-embel namanya dengan 'eks Hawaiia Seniors'. Ini 'kan bisa diartikan Hawaiian Seniors sudah mati," kata Hoegeng. Padahal, THS telah bermain beberapa kali sejak dilarang muncul di TV di Hotel Borobudur, di gedung pertemuan DKI dan di sebuah pesta perkawinan. Tetapi dengan keluarnya 6 anggotanya, THS yang memiliki 16 pemain senior tetap akan melanjutkan hidupnya. Hanya saja pensiunan Kapolri ini agaknya paham. "Dalam keadaan yang sulit kita baru tahu siapa sahabat sejati," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus