Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teroka

Asal Usul Kajon, Alat Musik Pukul Pengganti Drum Buatan Budak Afrika di Peru

Kajon adalah alat musik pukul yang berasal dari Peru. Alat musik pengganti drum ini adalah warisan budaya nasional Peru

7 September 2023 | 18.20 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Dalam sebuah pertunjukkan musik, drum menjadi elemen penting. Namun dalam pertunjukan akustik yang simpel, kerap digunakan kajon sebagai pengganti drum. Bagaimanakah asal usul alat musik pukul tersebut?

Dilansir dari id.yamaha.com, kajon adalah alat musik pukul yang berasal dari Peru. Alat musik berbentuk kotak dan terbuat dari lembaran kayu tipis atau triplek. Saat ini, Cajon masih digunakan sebagai instrumen musik di berbagai penjuru dunia terutama di pesisir Peru, Amerika dan Spanyol. 

Menilik sejarahnya, Kajon tercipta secara tidak sengaja pada abad ke 18. Dilansir dari repository.uir.ac.id, Kajon berawal dari aksi protes budak Afrika yang dilarang bermain musik oleh penjajah kolonial Spanyol. Kala itu, budak Afrika membuat musik sendiri dengan cara memukul-mukul peti bekas pengiriman dari Spanyol. Setelah itu mereka menciptakan kotak atau kajon untuk mengiringi mereka bernyanyi. Agar tidak diketahui kolonial Spanyol mereka pun bermain dengan posisi duduk dan memukul bagian depan peti tersebut. 

Kajon terbuat dari lembaran kayu dengan ketebalan 13-19 milimeter. Adapun kayu tersebut berupa maple, karet, pinus, oak, makkah, mahoni, spruce, dan rosewood. Tak jarang juga kajon dibuat dari bahan akrilik. Bagian depan cajon biasanya disebut sebagai tapa. Sedangkan bagian belakangnya diberi lubang berfungsi menghasilkan suara. 

Seiring waktu, alat musik ini mencapai puncak popularitasnya pada 1850-an. Penggunannya yang simpel namun menghasilkan suara yang baik membuat kajon semakin populer. Di Spanyol, kajon kerap dimainkan untuk mengiringi musik flamenco. Paco de Lucía disebut-sebut jadi orang yang mengenalkan kajon saat pertunjukan di Kedutaan Besar Spanyol di Lima pada 1977. Saat itu, Paco de Lucía naik ke panggung ditemani oleh musisi Afrika-Amerika yang memainkan kajon.

Disebutkan juga kajon mengalami perubahan pada akhir abad ke-19. Para pemain kajon mendesainnya dengan menjungkitkan papan di tubuh Kajon. Hal ini bertujuan untuk mengubah pola instrumen dari getaran suara. 

Tak hanya itu, Kajon dilengkapi dengan kawat pada bagian atasnya. Desain ini dibuat agar suara menyerupai snare drum dan senar gitar. Kajon lalu dilengkapi lonceng kecil di pergelangan kaki sebagai penambah aksesoris.

Pada 2001, Kajon dinyatakan sebagai Warisan Budaya Nasional oleh Institut Kebudayaan Nasional Peru. Pada 2014, Organisasi Negara-negara Amerika juga menyatakan kajon sebagai "Instrumen Musik Peru untuk Amerika".

Dalam perkembangannya, Kajon tersebar lebih luas dalam gaya musik pesisir Peru. Seperti tondero, zamacueca dan Peru waltz, flamenco modern Spanyol dan gaya tertentu dari rumba Kuba modern. Selain itu, Kajon digunakan untuk mengiringi gitar akustik atau piano. Serta dimasukkan ke dalam musik bergenre blues, pop, rock, punk, musik dunia, jazz dan musik lainnya.

Untuk memainkannya, sisi-sisi kajon ditepuk dengan tangan, jari, atau berbagai alat lain seperti stik maupun sikat yang berfungsi sebagai pengganti drum. Suara instrumen kajon menghasilkan nada singkat. Namun bisa rendah atau tinggi,  bergantung pada kekuatan pukulan musisi.

Meskipun digunakan sebagai pengganti drum, kajon memiliki kekhasan baik dari suara dan cara bermainnya. Ditambah lagi memukul menggunakan alat tambahan seperti stik drum, sapu atau Mallet.

Pilihan Editor: Ryan Menangguk Berkah dari Bisnis Alat Musik Kajon

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus