ADA yang menarik dari peringatan ulang tahun ke-45 proklamasi kemerdekaan tahun ini: munculnya perhatian khusus terhadap masalah perbukuan. Tahun ini Departemen P dan K menyelenggarakan pemilihan pustakawan teladan, perpustakaan umum terbaik, dan lomba minat baca tingkat nasional. Piagam penghargaan disampaikan Kamis lalu di Pusat Pembinaan Perpustakaan Departemen P dan K, di Jakarta. Para pustakawan teladan itu: Tarsisius Sukardi (IKIP Yogyakarta), Gusmar Bahar (IKIP Padang), Kastam A. Basri (perpustakaan wilayah di Surabaya). Para juara lomba minat baca: Ny. Usman Hadi (Dharma Wanita Kanwil Departemen Pertanian Irian Jaya), Sri Hartono (DKI Jakarta), Elis Listyawati (Jawa Barat). Adapun perpustakaan Dharma Wanita PT Pupuk Sriwijaya (Pusri) Palembang sebagai perpustakaan umum terbaik. Menarik, perpustakaan yang dikelola Dharma Wanita di suatu daerah tingkat II berhasil menjadi perpustakaan umum terbaik. Menurut Mudjito, M.A., Kepala Bidang Perpustakaan Wilayah dan Perpustakaan Umum Departemen P dan K, tim penilai juga melakukan pengecekan keperpustakaan tersebut. "Koleksinya cukup banyak, termasuk film, slide, video, TV, komputer. Pelayanannya dari pagi sampai sore," katanya kepada Andy Reza Rohadian dari TEMPO. Perpustakaan yang terletak di Jalan Mahoni dalam kompleks perumahan PT Pusri Palembang ini menempati ruangan berukuran 41 X 10 meter. Sejarahnya dimulai pada 1980, ketika Seksi Pendidikan Dharma Wanita Pusri berinisiatif menyelenggarakan perpustakaan keliling dengan koleksi 250 buah, terdiri dari novel, bacaan anak-anak, dan majalah. Koleksi sumbangan para ibu itu ditempatkan dalam sebuah kotak besar, dikirim ke blok-blok di kompleks perumahan. Setiap blok berhak meminjam koleksi selama sebulan. Koleksi perpustakaan ini setiap bulan selalu bertambah. Selain menerima sumbangan buku, sering pula perpustakaan ini membeli buku. Dananya dari kas Dharma Wanita dan hasil sewa buku yang tarifnya cukup murah: Rp 25 per buku perhari. Dua tahun kemudian, pengelolaan perpustakaan diserahkan kepada seksi penerangan dan menetap di sebuah garasi rumah seorang anggota. "Semula kami bermaksud melayani anggota dua kali seminggu. Tapi ternyata ada saja yang datang membaca atau meminjam setiap hari," ujar Ny. Trimurti Suhadi, Ketua Dharma Wanita Sub-Unit PT Pusri, kepada Aina Rumiyati A. dari TEMPO. Setahun kemudian, 1983, perpustakaan itu pindah lagi ke sebuah ruangan bersebelahan dengan koperasi wanita keluarga Pusri. Karena letaknya tak jauh dari pabrik, peminatnya pun bertambah. Pada 1984, perpustakaan ini pindah lagi ke Jalan Gandaria 1, masih dalam kompleks perumahan Pusri, sementara pengelolaannya mendapat bimbingan Perpustakaan Wilayah Sumatera Selatan. Pada 1985, perpustakaan pindah lagi ke Jalan Mahoni, hingga sekarang. Jumlah koleksinya ketika itu: 7.500 buku dan 100 majalah, dengan jumlah anggota 1.200 orang. Dua tahun kemudian, 1987, koleksi perpustakaan ini tidak hanya berupa buku dan majalah saja, melainkan juga meliputi alat peraga biologi, matematika, geografi, audio visual, batu-batuan. Dan jumlah anggotanya pun bertambah menjadi 3.125 orang. Secara bertahap, ruangannya diperluas jadi 41 X 10 meter, terdiri dari kantor pengelola, ruang pengolahan, ruang peraga, ruang baca dewasa, dan ruang baca anak-anak. Koleksinya bertambah: buku hampir 19.000, majalah 572 jenis, dilengkapi 7 macam koran, berbagai buletin dan leaflet. Setiap hari perpustakaan yang dibuka sejak pukul 7.00 hingga 15.00. Pengunjungnya rata-rata 120 orang, kebanyakan para ibu dan pelajar. Tapi pembaca kecil, anak-anak, memang lebih banyak, sekitar 60%. Selain ada lima karyawati dan seorang petugas kebersihan yang digaji oleh PR4T Pusri, masih ada 15 ibu-ibu yang setiap hari, secara sukarela, bergantian menjaga perpustakaan kebanggaan ini. Ruangannya nyaman dan sejuk karena dipasangi alat pendingin. Seluruh lantai perpustakaan dilapis karpet. Terdapat sejumlah meja dan kursi, dan para pengunjung juga bisa santai membaca sambil tiduran. Peralatan perpustakaan ini cukup canggih pula. Selain ada dua mesin fotokopi, adapula komputer dan televisi dengan antena parabola. Upaya pengelolaan lebih profesional dimulai sejak 1988, ketika empat anggota pengurus mengikuti kursus perpustakaan di ITB, Bandung, selama sebulan, sementara para karyawati ditugasi magang tiga bulan diperpustakaan wilayah Sumatera Selatan. Dan seperti layaknya perpustakaan yang baik, perpustakaan ini juga memajang informasi mengenai penerbitan baru. Perpustakaan ini sedikit banyak sudah mampu membiayai perawatan sendiri. Menurut Ny. Sidik Prawiranegara, Wakil Ketua IV Dharma Wanita Pusri, biaya itu 70% dari hasil penyewaan buku dan hasil fotokopi, sisanya dibantu perusahaan -- di luar gaji enam karyawati dan seorang petugas kebersihan yang juga ditamggung PT Pusri. Uang yang masuk dari fotokopi saja setiap bulan mencapai Rp 600.000. Tiga kali menjadi juara umum lomba minat baca se-Sumatera Selatan sejak 1986, perpustakaan ini antara lain memang memprogramkan peningkatan minat baca dikalangan anak-anak. "Dua minggu sekali kami menyelenggarakan acara baca cerita untuk anak-anak, bekerja sama dengan Yayasan Sosial Pendidikan Pusri," ujar Ny. Widodo, mewakili Ny. Aida Ahmad Umar, ketua perpustakaan, yang ke Jakarta menerima piagam penghargaan. Buku apa yang paling diminati? Novel. Mungkin karena perpustakaan ini dikelola ibu-ibu? Budiman S. Hartoyo
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini