MUSIK pop pribumi 1978 membawa banyak harapan. Tahun lalu, arus
jazz, musik rakyat, musik tradisionil, telah menanam modal.
Bibit-bibit telah tumbuh. Beberapa anak muda membongkar dan
menyingkap kehidupan penciptaan lagu nampak dengan lebih serius.
Sementara industri kaset membuka kesempatan luas, menjanjikan
tempat menumpahkan jerih payah dengan imbangan yang kadangkala
fantastis.
Kemajuan perfilman nasional lebih menggertak lagi. Muncul banyak
kesempatan bagi anak muda menulis lagu untuk film. Ditopang oleh
TV dan layar perak, lagu pun lebih besar jangkauannya, merata ke
seluruh penduduk. Demikian bola sudah dimainkan. Kini, kalau
musik pop tidak mencuat terus, para pendengar yang sudah mau
membuka telinga dan kocek boleh marah-marah.
Merpati Putih
Selain Titiek Puspa, Guruh, Franky, leo Kristi, Farid, dapat
disebut juga kini Eros Djarot sebagai figur musik pop yang bisa
diandalkan. Meskipun grup musiknya yang bernama Barong tidak
pernah kedengaran lagi, bakatnya sebagai penulis musik tetap
berkembang. Garapan musiknya dalam kaset yang berjudul 'Badai
Pasti Berlalu' merupakan kaset pop yang berhasil dan pantas
diberi punten.
Tak kurang dari 13 lagu dalam kaset itu. Lagu-lagu cinta yang
ringan, lincah dan manis. Di bawah pimpinan Eros, yang juga
menulis syair, Christian dan Yockie bergabung membuat aransemen.
Bas dan gitar di tangan Christian, dram pada Fariz, keyboard
pada Yockie, dan vokal diserahkan pada Berlian Hutauruk dan
Christian. Semua rata-rata segar, dikerjakan dengan serius dan
rapi. Suara piano yang sejak adanya Elton John menjadi bagian
musik pop masuk dalam kaset ini dan membedakannya dari rekaman
pop pribumi yang lain.
Di samping kaya variasi, rekaman ini juga menunjukkan usaha
menggunakan bahasa yang baik. Lagu Merpati Putih bahkan
kedengaran sangt puitis. Coba dengar:Mengering sudah bunga di
pelukan/Merpati putih berarak pulang/ Terbang menerjang
badai/Tinggi di awan/Menghilang di langit yang hitam. Dan
seerusnya. Syair ini masuk ke daiam lagu yang diaransir degan
romantis teapi tidak cengeng. Pukulan piano dalam intro
mengingatkan kita pada lagu klasik.
Sudah jelas sekarang bahwa para musisi muda main perhitungan.
Mula-mula berusaha memperkaya latar belakang. Kekayaan tersebut
tentu saja hasil pergaulan dengan musik pop mancanegara.
Kemudian bagaimana menempatkan kekayaan tersebut sampai pada
gaya. Gaya merupakan soal amat penting. Misalnya terdengar pada
lagu Matahari yang dibawakan dengan suara melengking oleh
Berlian. Eros tentu sudah mehitung kenapa ia pakai Berlian
untuk lagu yang gemerisik ini. Kalau perhitungan semacam ini
terus merupakan bagian penting dari rekaman anak muda --jadi
tidak hanya soal menepati kontrak dan merenggut duit--musik pop
akan tambah berdarah.
Vokal pria dalam rekaman ini kadang terasa cemeng. Dengan vokal
yang lebih berat pasti semua lagu bisa diangkat sehingga tidak
hanya segar tetapi juga mantap. Tapi dunia pop memang aneh:
kadang kekurangan justru menggertak lagu lebih ke depan. Seperti
kita dengar, rekaman ini isambut baik oleh kaum muda. Warna
suara yang cemeng bisa dilupakan karena semua lagu dinyanyikan
dengan lincah dan amat cekatan.
Badai ini tidak berlalu begitu saja. Ia merupakan permulaan yang
baik. Kehidupan musik 1978 sudah beralih dari panggung ke ruang
rekaman. Dari segi showbiz memang menyepi, tapi dari sudut
musik sendiri keadaannya bertambah sehat. Di pasaran kaset harga
sudah mencapai Rp 800 untuk sebuah album baru. Sudah waktunya
pembeli diberi imbalan yang baik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini