ORANG PENTING
Karya: Nikolai Gogol
Sutradara: Aldisar Sjafar
Produksi: Teater Remaja Jakarta
NASKAH Orang Penting karya Gogol, yang kocak ini, mulanya kita
kenal dengan nama Inspektur Jenderal. Teater Populer pernah
membawakannya beberapa tahun lalu. Bahkan dalam kegiatan
mendatang Teater Lembaga (LPKJ ) juga berniat mementaskannya.
Agaknya sedang laku.
Kisahnya menyindir pedas seorang walikota dengan seluruh
staf-resminya. Dalam rangka menyambut kedatangan seorang
inspektur jenderal, mereka telah keliru menganggap seorang
petualang sebagai tamu. Mereka pun mencoba menyuap, ambil muka,
memberi servis sedemikian rupa -- sehingga Hlestakov, petualang
itu, benar-benar geli. Ia bahkan sempat pacaran dengan isteri
dan puteri Walikota.
Klise
Dalam sebuah surat kepada kawannya, Hlestakov menuliskan
bagaimana ia sudah menyikat semua orang resmi di situ. Nah.
Pegawai kantor pos yang memiliki kebiasaan membuka semua
surat,sempat membuka surat tersebut. Lalu semua orang akhirnya
mengerti bahwa mereka telah tertipu--sementara Hlestakov sudah
keburu pergi. Sedang inspektur jenderal yang sebenarnya telah
menunggu para penjabat kota--persis di hotel dan kamar yang
sudah dipakai sang penipu.
Untuk memainkan cerita yang kocak ini, Teater Remaja Jakarta
memilih Teater Arena -- 31 Maret s/d 2 April. Mereka menurunkan
Deddy Mizwar sebagai Hlestakov dan Prijo S. Winardi sebagai
Walikota. Kedua tokoh yang dianggap pemain grup mereka yang
paling kuat mi, tak menampilkan seloroh Gogol yang seharusnya
dimainkan dengan tempo tinggi.
Prijo bermain terlampau santai: letupan-letupan yang disediakan
pengarang jadi loyo. Sementara Deddy terlalu mengandalkan
emosinya, sehingga ia hanya sampai pada ledakan-ledakan. Kita
tidak melihat Hlestakov. Caranya menghidupkan emosi adalah cara
memainkan karakter melodrama. Padahal tokoh-tokoh Gogol akan
luput kalau digenggam hanya dengan mengandalkan hal-hal klise.
Permainan yang dapat dinikmati datang dari tokoh Osip, orangnya
Hlestakov. Ia dimainkan dengan sederhana,terkontrol dan hampir
saja indah oleh Suprantyo Djarot. Aktor ini mendekati perannya
tidak hanya pakai emosi, tapi juga otak. Ia berada dalam
karakter-bukan dalam kulitnya. Pendekatannya cermat, sebagaimana
juga pendekatan Slamet Raharjo--yang ternyata kakaknya sendiri.
Tidak seperti Deddy yang memaksa-maksa orang untuk melihatnya,
Suprantyo menghidupkan tokoh Osip sebagai manusia. Penguasaan
tubuhnya, kendati sedikit mengingatkan gerak-gerik Slamet,
menunjukkan bakat.
Deddy dan Prijo bukannya tidak berbakat. Tapi Sutradara Aldisar
tidak dapat menggertak mereka untuk beranjak dari barang
sablonan. Aldisar hanya berhasil menyuguhkan sebuah pertunjukan
yang mengalir meski bukan dengan tempo komedi Gogol. Di antara
grup-grup teater yang jadi senior lewat Festival Teater Remaja,
grup Teater Remaja Jakarta ini boleh dianggap paling mantap.
Kehidupan grup jalan, pemain-pemainnya tergarap, sedang
sutradaranya kelihatan tetap serius meski tidak dalam pusaran
kompetisi.
Kalau saja Teater Remaja Jakarta tidak selalu dihantui mimpi
untuk menjadi duplikat Teater Populer, hasil pertunjukan malam
itu pasti berbeda. Mereka kelihatan begitu kagum pada grup Teguh
Karya itu dan tidak bisa berbuat lain kecuali mencoba meniru.
Apa mereka sudah merasa cukup puas dengan hanya unggul di antara
grup keluaran Festival.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini