Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Balaan Tumaan Hadirkan Musik Ritual Kalimantan

Balaan Tumaan, ansamble musik satu-satunya dari Pontianak, Kalimantan Barat, baru saja mementaskan sinema bunyi di Galeri Indonesia Kaya

18 Maret 2019 | 20.06 WIB

Balaan Tumaan Ensemble Hadirkan Sinema Bunyi dalam 'HNNOH (Image Dynamics)
Perbesar
Balaan Tumaan Ensemble Hadirkan Sinema Bunyi dalam 'HNNOH (Image Dynamics)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Balaan Tumaan, ansamble musik satu-satunya dari Pontianak, Kalimantan Barat, baru saja mementaskan sinema bunyi di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta, pada Sabtu, 16 Maret 2019. Karya berjudul Hnnoh ini menyuguhkan musik ansamble, visual, dan audio surround untuk memperkuat atmosfer “kehadiran” audiens dalam ruang ritual yang ada di Kalimantan Barat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Karya Hnnoh dirumuskan dari ide dan tema musik vokal berbasis arsip audio visual tradisi ritual masyarakat Dayak dan Melayu di Kalimantan Barat. Alat musik khas Kalimantan seperti Dau, Kaldi’i, dan Sape’, digunakan Balaan Tumaan dalam merangkai bunyi-bunyi semarak perayaan ritual dengan balutan olah vokal khas Kalimantan dalam bahasa Dayak dan Melayu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

“Teks yang digunakan dalam vokal terdiri dari bahasa ritual Dayung Kiaan untuk perayaan panen padi, dan bahasa ritual Basuayak yang digunakan dalam peringatan tujuh hari pasca kematian di Kalimantan Barat,” ujar Nursalim Yadi Anugerah, selaku pengarah artistik, komposer, dan direktur Balaan Tumaan.

Nursalim Yadi Anugerah juga mengaku tak sepenuhnya paham dengan arti bahasa yang digunakan. Ia memandang bahasa bukan sesuatu yang harus diterjemahkan.

“Ada kekuatan bunyi di dalam bahasa itu. Kami coba menyelami kedalaman-kedalaman tersebut lewat visual, ensemble, dan audio surround. Makna teks itu justru hadir ketika fenomena bunyi di bahasa itu mampu membangun imajinasi” ujar Nursalim Yadi Anugerah kepada Tempo.co.

Secara musikal, ia mengatakan karya ini memiliki bunyi yang sangat banyak. “Kami menyimbolkan itu sebagai sebuah perayaaan ritual yang kadang, ketika ritual dilaksanakan, banyak sekali kelompok musik yang bermain sampai tidak punya fokus mana yang mau didengarkan. Dalam karya ini, kami fokus pada perayaannya,” lanjutnya.

Garin Nugroho, sutradara ternama Indonesia yang didapuk sebagai mentor Balaan Tumaan, menambahkan kebudayaan Dayak memiliki kesederhanaan dengan imajinasi yang tinggi. Tak hanya dengan musik, Hnnoh menghadirkan kesederhanaan itu lewat elemen visual dan koreografi yang digunakan.

“Visual dan koreografinya harus kembali kepada akar kebudayaan Dayak. Musik yang diciptakan kan juga sederhana, cenderung monoton. Tapi dalam kesederhanaan itu, kekuatan perjalanan ke wilayah Dayak akan dirasakan dengan cara menggugat, mencintai, dan melakukan perjalanan kontemporer bersama grup ini,” ujar Garin Nugroho.

Garin juga mengatakan, Balaan Tumaan telah mampu mengelola sumber kebudayaan langka yang jarang diambil oleh orang lain, yaitu kebudayaan Dayak. “Mereka (Balaan Tumaan) tumbuh dalam sebuah kota yang tidak memberi ruang pada karya seni. Ini adalah suatu pencapaian yang luar biasa dan sebuah keajaiban tersendiri bagi sebuah grup musik,” ujarnya.

Baca: Andien Bikin Lagu Terinspirasi Adik Bersepeda Belanda - Indonesia

Balaan Tumaan menjadi salah satu dari 14 kelompok terpilih program Ruang Kreatif yang diinisiasi Indonesia Kaya. Kelompok lain yang turut mementaskan karyanya di Galeri Indonesia Kaya antara lain adalah Teater Pintu, Indonesia Art Movement (IAM), Wayang Suket Indonesia, dan Bathara Dance Project.

HALIDA BUNGA FISANDRA

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus