Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di atas pentas, lagu Perkutut mengalir perlahan dengan iringan gitar. Lagu pada 1970-an yang dibawakan duet Benyamin Suaeb-Ida Royani itu hadir dalam irama berbeda.
Tak ada irama gambang kromong modern yang rancak dan adonan humor spontan yang segar khas Benyamin. Perkutut, yang dibawakan biduanita Brinets Sudjana dalam perhelatan Java Jazz Festival 2012, Ahad malam dua pekan lalu, hanya diiringi gitar elektrik dan bas bernuansa jazz. Warna vokal Brinets, salah satu alumnus Indonesian Idol, yang bercengkok etnis Jawa membuat tembang itu justru terdengar lebih liris. Ada perasaan haru dan sedih di dalamnya.
Perkutut merupakan satu di antara 12 lagu Benyamin yang dibawakan dalam irama jazz pada konser bertajuk "Benyamin on Jazz, Tribute to the Legend" di Java Jazz Festival 2012. Boleh dibilang inilah satu sesi menarik dan unik yang disuguhkan musikus Indonesia dalam perhelatan jazz tahunan terbesar di Asia Tenggara, yang digelar di Jakarta International Expo, Kemayoran, itu. Dalam konser malam itu, lagu-lagu Benyamin diaransemen ulang serta dibawakan oleh beberapa penyanyi dan musikus. Selain Perkutut, lagu sang legenda yang dibawakan antara lain Nonton Bioskop, Superman, Badminton, Sang Bango, Keluarga Gila, Janda Kembang, dan Nangke Lande.
Satu nomor menarik dalam konser Benyamin on Jazz yang dibuka dengan lagu Superman itu adalah Nangke Lande. Lagu bertempo cepat dengan syair kocak itu dibawakan basis jazz ternama, Indro Hardjodikoro, secara instrumental. Betotan bas Indro yang lincah dengan melodi-melodinya yang eksotik menyuguhkan komposisi jazz yang menarik.
Lagu lain yang menarik adalah Badminton. Nomor yang versi aslinya dibawakan Benyamin dengan iringan gambang kromong serta dibubuhi musik tradisional Sunda itu diinterpretasikan oleh Krishna Balagita Trio ke dalam jazz standar. Alunan piano Krishna, salah satu pendiri grup musik Ada Band, yang berdialog dengan permainan biola Didiet Violin, menyuguhkan nomor jazz yang kaya improvisasi.
Benyamin dikenal kreatif memasukkan unsur musik lain—dari blues, soul, funk, rock, rap, hingga keroncong—ke dalam lagu-lagu gambang kromong versi dia tanpa kehilangan jati dirinya. Materi dasar lagu-lagu Benyamin sendiri, menurut Indra Aryadi, produser dan music director proyek Benyamin on Jazz, sangat luwes dan lentur. Ini memberikan ruang leluasa bagi musikus untuk bebas menginterpretasikan lagu-lagu Benyamin ke pelbagai jenis musik. "Ia bisa dibawakan dalam irama jazz, pop, rock, blues, rap, atau hip-hop," Indra, yang juga gitaris dan arranger, menjelaskan.
Bagi Benyamin, jazz boleh dibilang bukan barang baru. Sepanjang karier musiknya, seniman serba bisa yang lahir di Kampung Utan Panjang, Kemayoran, 5 Maret 1939, itu juga pernah bermain musik jazz. Pada 1950-an, saat bergabung dengan grup musik Melody Boys, yang kemudian berganti nama menjadi Melodi Ria, dia sempat bermain bareng tokoh jazz Indonesia, Jack Lesmana (ayah musikus Indra Lesmana dan sineas Mira Lesmana), dan Bill Saragih. Kala itu mereka tampil di Hotel Des Indes—yang kemudian berubah menjadi pertokoan Duta Merlin, Harmoni, Jakarta Pusat.
Benyamin on Jazz awalnya adalah sebuah proyek album. Menurut Indra, idenya sudah bergulir sejak setahun lalu. Indra kemudian menggandeng sejumlah musikus, antara lain Krishna Balagita, Indro Hardjodikoro, Sigit Arditya Kurniawan alias Didiet Violin, dan Yessi Kristianto. "Semua aransemen lagu saya serahkan kepada para musikus masing-masing untuk menginterpretasikan dan menafsirkannya," kata Indra, yang mengaransemen dan membawakan lagu Perkutut bersama Brinets.
Indra menyatakan penampilan mereka dalam konser bertajuk Benyamin on Jazz di Java Jazz Festival 2012, yang berbarengan dengan peluncuran album berjudul sama, merupakan bentuk penghargaan mereka terhadap legenda musik Betawi yang wafat pada 5 September 1995 itu. "Kebetulan lokasi konser, Kemayoran, adalah tempat lahir Benyamin," ujarnya.
Nurdin Kalim
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo