Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Berguru kepada Para Maestro

Ratusan siswa sekolah menengah atas mengikuti program Belajar Bersama Maestro. Terlibat langsung dalam keseharian para seniman.

21 Juli 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Berguru kepada Para Maestro

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LIMA belas remaja terlihat khusyuk menggambar wajah Djoko Pekik di kediaman pelukis itu di Desa Bangunjiwo, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada Sabtu tiga pekan lalu. Beberapa kali Djoko memberi arahan. Pria 81 tahun itu dibantu dua pelukis Yogyakarta, Bambang Heras dan Yuswantoro Adi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bambang Heras, misalnya, memberi contoh tentang cara menggoreskan pensil di atas kertas supaya dapat membentuk gambar telinga sesuai dengan arahan Djoko Pekik. "Ibarat bayi, mereka baru belajar bicara. Diajari berulang-ulang juga masih salah," kata Djoko.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tak hanya melukis, para pelajar juga diizinkan tinggal di kediaman Djoko Pekik. Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian program Belajar Bersama Maestro yang digelar Direktorat Kesenian Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. "Dalam program ini, seniman bisa mentransfer ilmu mereka kepada para pelajar," ujar Direktur Kesenian Direktorat Jenderal Kebudayaan Restu Gunawan.

Total 300 peserta mengikuti program Belajar Bersama Maestro tahun ini. Selama dua pekan mereka disebar-masing-masing 15 orang-untuk mengikuti kegiatan 20 maestro di bidang seni rupa, seni pertunjukan, seni tari, seni media, dan seni musik. Selain Djoko Pekik, para maestro itu antara lain Hanafi (seni rupa/Jakarta), Ki Manteb Soedharsono (seni pertunjukan/Surakarta), Iswadi Pratama (seni pertunjukan/Lampung), Didik Nini Thowok (seni tari/Yogyakarta), Ni Nyoman Tjandri (seni tari/Bali), Angki Purbandono (seni media/Yogyakarta), Arief Yudhi (seni media/Majalengka), Djaduk Ferianto (seni musik/Yogyakarta), dan Gilang Ramadhan (seni musik/Jakarta).

Di pelataran rumah Djoko Pekik, para peserta memulai program itu dengan belajar menggambar dasar menggunakan pensil. Kemudian mereka diajari memakai tinta cina dan pastel. Setelah itu, mereka dilatih melukis menggunakan cat dan kanvas. Para pelajar juga diajak Djoko menggambar di Candi Borobudur dan Pantai Parangtritis.

Adapun di pendapa Sanggar Bima, Desa Doplang, Karanganyar, Jawa Tengah, sebanyak 15 pelajar dari Aceh, Bengkulu, dan Blitar mempelajari hal-ihwal mengenai pedalangan, teater (ketoprak dan ludruk), puisi, serta tari bersama dalang wayang kulit kenamaan Indonesia, Ki Manteb Soedharsono. Ki Manteb juga mengajak mereka berkunjung ke Institut Seni Indonesia, kampus tempat ia menjadi dosen tamu untuk Jurusan Pedalangan. Di sana, para pelajar itu menonton pentas tugas akhir mahasiswa. "Saya minta mereka mencatat hal-hal yang tidak mereka ketahui untuk kemudian ditanyakan kepada saya di sanggar," kata Ki Manteb.

Sebagai tanda berakhirnya kegiatan, para pelajar menggelar kolaborasi pertunjukan wayang kulit dan teater pada Sabtu malam dua pekan lalu. Dua seni pertunjukan itu mengusung lakon yang sama: Sengkuni. Pertunjukan wayang kulit dan teater yang dipentaskan secara berselang-seling itu berdurasi sekitar dua jam. Ki Manteb mengatakan ide kolaborasi itu berasal dari para pelajar. Ide tersebut muncul ketika mereka mendiskusikan puisi Ki Manteb: "Jaman Edan". Puisi berbahasa Jawa itu berisi kritik terhadap maraknya korupsi. "Ada yang bertanya: kalau dalam wayang, orang seperti itu mirip tokoh siapa? Saya jawab Sengkuni," ucap Ki Manteb. Kendati yang ditampilkan masih jauh dari sempurna, Ki Manteb menyatakan pertunjukan kolaborasi itu terhitung sudah bisa dinikmati.

Salah seorang peserta, Fajar Fitra Pradana, mengaku banyak memperoleh ilmu selama dua pekan belajar di pendapa Sanggar Bima. "Setelah program ini selesai, saya berencana datang ke sini lagi setiap liburan sekolah," ujar siswa kelas XI SMA Negeri 1 Talun, Blitar, Jawa Timur, itu. Laura Agnesia Romatua Tambung, siswa asal Nusa Tenggara Timur, yang belajar bersama Djoko Pekik, mengatakan: "Saya merasa seperti bermimpi mengikuti kegiatan ini."

M. Syaifullah (yogyakarta), Dinda Leo Listy (karanganyar), Prihandoko (jakarta)

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus