Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Agenda akhir tahun Ridwan Kamil dipadati oleh persiapan peresmian Masjid Al Jabbar. Gubernur Jawa Barat itu ingin semua hal berjalan lancar saat masjid raya yang dibangun sejak akhir 2017—sempat terhenti selama masa pandemi Covid-19—tersebut dibuka untuk publik mulai Jumat, 30 Desember 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tempo ikut dalam rombongan Gubernur Ridwan Kamil saat memeriksa masjid itu sebelum diresmikan pada Senin, 26 Desember 2022. Hal pertama yang dirasakan pengunjung di dalam ruangan berukuran 99 x 99 meter itu adalah lapang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tidak seperti masjid lain, Al Jabbar berdiri tanpa tiang penyangga. "Makanya bentuknya sangat megah. Kita menjadi kecil di sini," ujar Ridwan Kamil, yang ikut mendesain Al Jabbar, yang berlokasi di Gedebage, sisi tenggara Kota Bandung.
Ketiadaan tiang penyangga seperti menjadi ciri khas masjid rancangan Ridwan Kamil itu. Lihat saja Al Irsyad di Kota Baru Parahyangan dan Al Azhar di Summarecon Bekasi. Pengaturan tersebut terinspirasi oleh masjid karya maestro arsitektur Achmad Noe'man. Noe'man, yang meninggal di usia 89 tahun pada 2016, menganggap tiang memutus barisan salat—Islam mengajarkan jangan ada jarak di antara orang yang salat berjemaah. Dimulai dari Masjid Salman ITB, hampir semua dari 99 masjid rancangannya tak memiliki kolom penopang
Ridwan Kamil, arsitek dari Institut Teknologi Bandung, mengatakan bahwa ide merancang masjid tanpa kolom tersebut berasal dari aljabar karya Muḥammad bin Musa al-Khwarizmi. Rumus matematika tersebut diterjemahkan dalam bentuk deretan lengkungan kurva yang saling bertumpuk.
“Di bawah ada 10 kurva, di atasnya dibagi dua menjadi 5, di atasnya lagi 4, lalu menjadi 2, dan 1. Itu adalah rumus matematika yang menjadi inspirasi Al Jabbar,” kata Ridwan Kamil. Selain mirip-mirip Jawa Barat, Al Jabbar merupakan satu dari 99 sifat Allah atau asmaul husna, yang berarti Yang Maha Memaksa.
Dia mengatakan, mewujudkan ide tersebut tidak segampang mencoretnya di kertas. “Imajinasi saya agak rumit," ujar Ridwan Kamil. Bentuk lengkung masjid tanpa kolom tersebut, misalnya, membutuhkan teknik membangun yang tidak biasa.
Mihrab Masjid Al Jabbar di Gede Bage, Bandung, Jawa Barat, 26 Desember 2022. TEMPO/Prima mulia
Desain awal dari Ridwan Kamil, yang saat itu masih menjabat Wali Kota Bandung, tersebut dikembangkan biro arsitek Urbane Indonesia. “Dari coretan tangan, kami modelling dengan komputer, dengan parametrik, sehingga setiap titik itu bisa ketemu. Ada rumusnya," kata Reza Achmed Nurtjahja, pemimpin Urbane. Dia mengolah rancangan itu bersama Bayu Wahyudin, rekannya yang sudah berpulang.
Manajer Produksi Proyek Pembangunan Masjid Al Jabbar, Affy Primadhian, mengakui bahwa kesulitan terbesar saat membangun masjid senilai Rp 1 triliun itu adalah konstruksi bangunan utama yang tidak memiliki kolom penunjang. “Desain yang diberikan Pak Ridwan Kamil sangat unik," kata dia. "Kami harus benar-benar berpikir bagaimana cara mewujudkan bentuk yang diharapkan itu.”
Hasil kerja panjang mereka bisa dinikmati oleh publik mulai pekan lalu. Ruangan utama yang jembar itu terasa semakin luas dengan atap melengkung tinggi. Lafaz Allah terpampang di langit-langit di ketinggian 58 meter, titik tertinggi di bangunan utama. Celah-celah kecil berbentuk setengah lingkaran berjajar mengisi seluruh lengkungan atap. Dari sana, cahaya matahari masuk menembus kaca patri warna-warni.
Menurut Ridwan Kamil, teknik pencahayaan tersebut untuk menghemat energi. “Sehingga siang hari tidak perlu banyak listrik,” kata dia.
Atap melengkung tinggi memang dibangun tanpa kolom. Tapi di ruang salat, terdapat pilar-pilar besar yang berdiri menjulang 8 meter. Barisan pilar tersebut merupakan tempat keluarnya udara dingin dari sistem penyejuk udara. Menurut Ridwan Kamil, penyejuk udara bisa saja ditempatkan di langit-langit seperti bangunan pada umumnya, tapi jadi mubazir karena jauh dari pengunjung. "Cukup setinggi manusia berdiri," kata dia. Di bagian bawah tiang, terpasang rak penyimpanan Al Quran.
Hal lain yang mencuri perhatian pengunjung adalah pintu. Al Jabbar memiliki 27 pintu dengan corak batik. Ridwan Kamil mengatakan ornamen tersebut melambangkan 27 kabupaten/kota di Jawa Barat.
Deddy Wahjudi dari biro arsitek Labo, yang mendesain interior, mengatakan bahwa mereka melibatkan perajin dari berbagai lokasi. "Pak Gubernur ingin ada sentuhan tangan dalam penyelesaian masjid ini,” kata dia. Sentuhan tangan itu diharapkan membuat pengunjung terkesima saat memasuki ruang salat.
Ruang utama masjid Al Jabbar bisa digunakan 9.822 orang untuk salat berjemaah. Sedangkan bagian mezzanine berkapasitas 3.188 orang. Total masjid tersebut bisa menampung 33 ribu orang jika menambahkan area selasar dan plaza.
Area basement dipersiapkan untuk memiliki banyak fungsi. Selain tempat wudu dan toilet, sebagian besar lokasi dipersiapkan sebagai lahan museum.
Ridwan Kamil mengklaim museum tersebut akan menjadi yang paling canggih dan besar di Indonesia. Mengandalkan teknologi digital, museum menggambarkan riwayat Nabi Muhammad, tarikh Islam di Nusantara, serta sejarah masuknya Islam di Jawa Barat.
Kompleks Masjid Al Jabbar berada di atas lahan seluas hampir 26 hektare. Di dalamnya terdapat bangunan masjid dengan luas tapak menembus 2,9 hektare. Masjid tersebut dikelilingi kolam retensi seluas hampir 7 hektare. Area yang paling besar adalah plaza, lahan parkir, dan taman yang mengelilingi danau tersebut, yang mencapai 11 hektare.
Dari luar, Al Jabbar terlihat sangat menonjol, dengan dikelilingi hamparan sawah dan dilatari barisan gunung, di antaranya Gunung Manglayang di timur. Di empat sudutnya, berdiri menjulang menara 99 meter. Ridwan Kamil mengatakan puncak kecantikan masjid itu muncul menjelang malam. Saat magrib, keindahan cahayanya sungguh mempesona," kata dia.
Masjid Al Jabbar Viral, Lalu Banyak Sampah dan Karpet Rusak
Warga menghadiri peresmian Masjid Raya Al Jabbar di Gede Bage, Bandung, Jawa Barat, 30 Desember 2022. TEMPO/Prima Mulia
Awalnya, sebagai warga Jawa Barat, Heri Wahyudianto merasa bangga karena provinsinya, pada akhirnya, memiliki masjid raya. Bentuknya pun indah nian. Namun, di sisi lain, dia merasa miris. “Sudah ada yang rusak-rusak,” kata Heri, 40 tahun, di lokasi, Selasa, 3 Januari 2023. Warga Garut itu mencontohkan robohnya tiang pendek di area parkir, dekat pintu masuk.
Heri juga mendapati kesan kotor di masjid anyar tersebut. "Banyak sampah bekas makanan," ujarnya. Dari pengamatan Tempo, banyak pengunjung datang secara berombongan, duduk-duduk, dan makan di plaza masjid.
Kepadatan pengunjung juga membuat lantai marmer di area itu tak lagi kinclong seperti saat sebelum peresmian. Di beberapa sudut terlihat lapisan lumpur yang mengering. Kolam dangkal yang berada di plaza kini digenangi air keruh. “Mungkin karena dibuka terlalu bebas, jadi seperti ini,” kata Heri.
Tempat sampah yang dipasang di banyak titik penuh oleh sampah kemasan makanan. Petugas kebersihan hilir mudik mengosongkannya dan memasang plastik sampah yang baru, tapi kembali penuh dalam waktu singkat.
Hari itu merupakan awal pembatasan kunjungan untuk masuk ke area dalam. Senin lalu, di media sosial, beredar foto karpet Masjid Al Jabbar, yang didatangkan dari Turki, terondol. Petugas masjid mengatakan masjid hanya dibuka satu jam di sekitar waktu azan. Selama tutup, petugas memperbaiki karpet. Menurut petugas, karpet rusak karena hanya digelar menjelang peresmian. Padahal, supaya kuat, karpet impor itu harus ditempel secara permanen di lantai.
Kepala Dinas Bina Marga dan Perumahan Rakyat (DBMPR) Jawa Barat Bambang Tirtoyuliono mengatakan, pembatasan waktu masuk Masjid Al Jabbar berlaku hingga Sabtu, 7 Desember 2023. "Kami mohon maaf atas kondisi ini,” ujar Bambang.
Soal sampah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Jawa Barat Prima Mayaningtias mengatakan telah menempatkan tempat sampah di 30 titik di kompleks masjid tersebut. Dalam tiga hari saja sejak diresmikan, tercatat 1,9 ton sampah diangkut dari Al Jabbar.
AHMAD FIKRI (BANDUNG)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo