Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Cerita (yang Berbeda) tentang Para Polisi

Ini kisah para polisi yang korup di Amerika. Apakah kita merasa akrab dengan cerita film ini?

12 Juli 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Brooklyn's Finest
Sutradara: Antoine Fuqua
Skenario: Michael C. Martin
Pemain: Richard Gere, Don Cheadle, Ethan Hawke, Wesley Snipes, Lili Taylor, Ellen Barkin

Di hari ketujuh sebelum pensiun dari kepolisian, Edward Dugan (Richard Gere) meraih botol wiski; menenggaknya, lalu meletakkan pistol ke dalam mulutnya. Dia tahu, sebagai polisi yang sudah berusia senja, atasannya menganggap dia berprestasi sedang-sedang saja; tak istimewa dan tak juga punya bakat kepemimpinan. Karena itu, "latihan bunuh diri" adalah sebuah sarapan pagi, ditemani botol wiski. Masih ada tujuh hari lagi, gumam Edward.

Tango (Don Cheadle) ada di sarang mafia narkoba yang dipimpin Caz ( Wesley Snipes). Nama asli Tango adalah detektif Clarence Butler. Tapi dia sendiri sering lupa apakah dia bagian dari geng yang berumah dan bermobil mewah atau dia seorang detektif. Itulah sebabnya dia ngotot agar Letnan Bill Hobarts (Will Patton) segera melepas dia dari tugas penyamaran. Tapi Letnan Bill dan bos Smith (Ellen Barkin) masih memberinya satu tugas terakhir sebelum Tango dinaikkan pangkatnya: mencari bukti konkret agar bisa menangkap Caz, yang kini sudah seperti abang baginya.

Seorang polisi di departemen narkotik bernama detektif Salvatore Procida (Ethan Hawke) adalah seorang ayah dari tujuh anak dan istri yang masih hamil, dan sepanjang film selalu saja batuk-batuk karena menderita asma. Sal, seorang ayah dan suami yang sangat protektif, kemudian mencari duit dengan menggaruk uang kotor yang disita dari para mafia narkoba.

Kisah tiga polisi Brooklyn-bagian dari New York-ini langsung saja dilempar ke layar, tanpa pretensi, tanpa banyak basa-basi. Ketiganya tak saling mengenal dan mempunyai problem masing-masing. Sutradara Antoine Fuqua-yang berhasil menggi ring Denzel Washington ke panggung Academy Oscar untuk perannya dalam film Training Day-kali ini bercerita tentang para polisi yang bersih, polisi yang kotor, dan polisi yang berada di kawasan kelabu.

Adegan cepat berlangsung, dari satu polisi ke polisi lain; dari satu penjahat ke penjahat yang lain hingga ketiga problem itu saling menerobos begitu saja. Tapi kita bisa merasakan ketegangan yang absolut setiap kali ketiga polisi itu mulai mengucapkan justifi kasi untuk melanggar hukum.

Richard Gere, sebagai polisi yang sudah mencapai usia pensiun dan merasa hidup adalah beban yang begitu banal, kini tampil sangat berbeda dengan polisi jahat yang dia sajikan dalam film Internal Affairs (Mike Figgis, 1990). Ia adalah sosok yang lelah dan merasa tak ada satu makhluk pun yang menghargai hidupnya yang jujur. Bahkan istrinya pun meninggalkannya. Akhir masa kerjanya dihabiskan untuk me ngunjungi pelacur-satu-satunya yang memperlakukannya sebagai seorang manusia.

Ethan Hawke, yang tampil sebagai polisi baru dalam film Training Day beberapa tahun silam, kini justru berhasil menjadi detektif kotor yang sama sekali tak merasa bersalah terkait dengan korupsi karena kebutuhannya membeli rumah.

Dibanding film Antoine Fuqua sebelumnya, Training Day, yang sangat tajam, fokus, dan menegangkan, film ini terlalu penuh dengan ambisi subplot yang bertebaran. Penuh dengan bintang ternama, tokoh baik, tokoh jahat, serta plot dan subplot yang berseliweran, yang mencapai titik jenuh. Akhir film ini masih memberikan daya kejut, tapi sutradara memiliki problem pada penggarapan di tengah film. Terkadang, jika kita mengurangi tokoh dan sub plot, malah semakin baik.

Namun intensitas Fuqua di setiap karyanya selalu menjadi keistimewa annya. Ini adalah kisah para polisi yang sangat realistis, yang terjadi di negara yang nun jauh di sana. Kisah tentang polisi yang korup dan brutal sajian Fuqua ini terasa akrab bagi siapa pun. Juga bagi kita, di Indonesia.

Leila S. Chudori

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum