Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DAYA tarik novel Dear Jane karya Pratiwi Juliani ini terletak pada percakapan kritis dengan alur cerita yang tak terduga. Ya, tak terduga karena penulis menyajikan gagasan ceritanya seperti sebuah kado yang dibungkus berlapis-lapis hingga membuat pembacanya nyaris putus asa untuk menemukan isi kado. Lapisan-lapisan itu disajikan dalam tumpukan percakapan yang menantang persepsi kita tentang nilai-nilai hidup, mati, dan cinta.
Novel dari penulis yang tahun lalu terpilih sebagai penulis pendatang baru dalam Ubud Writers & Readers Festival ini mengajak pembaca bersiap diri untuk tidak menghakimi serta menyandingkan segala hal yang bertentangan dengan apa adanya. Dear Jane tanpa keraguan-raguan menghadirkan nilai-nilai ekstrem yang bertabrakan sehingga membacanya seperti dikejutkan terus-menerus.
Jane, si tokoh aku, adalah perempuan dengan karakter yang kuat, ketus, dingin, tega, ambisius, dan manja. Ia dikelilingi tokoh laki-laki yang semuanya berurusan dengan rasa suka, rasa ingin memiliki, rasa cinta, dan permintaan untuk menikahi Jane berulang kali. Relasi-relasi ini terkesan diciptakan terlalu mudah, tak ada konflik yang berarti dan para laki-laki kerap jatuh cinta secara tiba-tiba kepada Jane tanpa ada alasan yang melatari.
Pratiwi Juliani
Semua laki-laki Jane digambarkan sebagai pria tampan, mapan, dan kaya raya, seperti dalam cerita-cerita opera sabun. Namun ada satu laki-laki yang tidak digambarkan ideal dalam banyak khayalan perempuan umumnya. Lelaki yang dikisahkan menderita di masa kecilnya itu bernama Andri, yang dua puluh tahun lebih tua daripada Jane, sudah beristri, dan memiliki dua anak.
Novel ini menggambarkan kompleksitas hubungan ketika sang perempuan lebih meminati laki-laki yang matang secara usia, laki-laki yang sudah beristri. Jane mengalami suatu konflik diri yang dalam psikologi perempuan disebut Cinderella complex, yakni kondisi psikologis berupa ketergantungan pada orang lain, ingin diasuh dan diurus orang lain. Dalam kondisi ini, perempuan sangat membutuhkan seorang laki-laki untuk melindunginya. Laki-laki itu biasanya yang seperti sosok ayah.
Akibatnya, Jane terperangkap dalam hubungan yang membuatnya menderita. Rasa cemburu yang terus-menerus membuat Jane menjadi sosok yang kejam. Jane sebenarnya bisa keluar dari hubungan rumit itu, saat ia sadar bahwa laki-laki beristri yang selingkuh adalah pembohong. Namun penulis membawa Jane pada keputusan ambisius: membunuh istri Andri melalui ilmu hitam.
Andri mengendus cara-cara klenik yang dilakukan Jane tersebut. Walhasil, Andri mengamuk, memorak-porandakan seluruh upayanya untuk memiliki Jane serta berbalik memandang Jane begitu rendah. Reaksi Andri ini menunjukkan bahwa seberapa pun cintanya kepada Jane, ia tetap merasa bersalah kepada istri dan anak-anaknya.
Jane kemudian diceritakan menarik pelatuk senjata api yang diarahkan ke rahangnya sendiri dan sampai di sini cerita diputus. Cerita berpindah ke lapisan lain yang menjadikan Andri tokoh sentral. Andri lantas mengetahui Jane tak pernah melaksanakan niatnya berkat nasihat dari Thomas, cucu si dukun. Andri, yang menyesal luar biasa, menjalani hidupnya yang hancur sambil mengasuh Issabel, anaknya dan Jane.
Pratiwi, yang sebelumnya menelurkan kumpulan cerita pendek Atraksi Lumba-lumba (2018), berhasil mengecoh pembaca karena semua cerita tentang Jane yang berakhir bunuh diri itu ternyata karangan yang ditulis Jane dalam buku catatannya. Karangan itu dibuat Jane setelah menikahi Alexander, pemuda yang ditemuinya di bandar udara. Issabel pun rupanya buah hubungan Jane dengan Alexander saat Andri sering pulang ke istrinya.
Betapa pun Jane hidup bersama Alexander, cerita ini tak berakhir bahagia karena Jane masih memikirkan Andri sampai akhir novel. Memang, para laki-laki pembela Jane di novel ini bak kumpulan pangeran yang berebut menjemput sang putri bermodal sepatu kaca. Jane, sang Putri Cinderella, sebetulnya tidak menunjukkan jati diri yang sebenarnya.
MARIANA AMIRUDDIN, MAGISTER HUMANIORA PASCASARJANA PROGRAM STUDI KAJIAN GENDER UNIVERSITAS INDONESIA.
DEAR JANE
Penulis: Pratiwi Juliani
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia, Maret 2019 
Tebal: 289 halaman
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo