Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Cinta yang Tak Terkalahkan

Menggarap drama cinta sungguh sulit untuk tak terjebak pada kubangan klise. Mampukah sutradara Nick Cassavetes mengangkat novel Nicholas Sparks?

8 November 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

THE NOTEBOOK Sutradara: Nick Cassavetes Skenario: Jeremy Leven dan Jan Sardi Berdasarkan novel karya Nicholas Sparks Pemain: James Garner, Gena Rowlands, Rachel McAdams, Ryan Gosling Produksi: New Line Cinema

Seorang perempuan tua, dengan sisa garis kecantikan di matanya, bertanya padanya, "Siapa kamu?"

Sang lelaki, dengan kesabaran yang tak berkesudahan, mengambil sebuah buku bersampul merah dengan tulisan tangan yang rapi dan tetap. Kisah cinta Noah Calhoun dan Allie Hamilton.

"Akan kuingatkan siapa diriku dan akan kuingatkan siapa dirimu... akan kuceritakan sebuah kisah cinta," kata lelaki tua itu sembari mulai bertutur dan membuka halaman buku harian berwarna merah tua. Halaman_halaman dengan tulisan tangan itu diharapkan akan mengikis alzheimer yang telah merenggut daya ingat sang wanita tua.

Kisah cinta adalah tema yang dipilih novelis Nicholas Sparks yang berhasil memompa jutaan gentong air mata perempuan di dunia. Message in a Bottle (dengan peran utama Kevin Costner), yang dibuat berdasarkan novel Nicholas Sparks, adalah film menarik dengan catatan melodrama, yang memang menjadi modal Sparks untuk mengundang penonton perempuan yang menyukai romantika.

Karena itu Sparks tak memiliki pretensi untuk menjadi ruwet. Seorang gadis kaya raya di selatan dari keluarga kelas atas, Allie Hamilton (Rachel McAdams) jatuh cinta pada pemuda desa yang simpatik dan gemar membaca, Noah Calhoun (Ryan Gosling). Pemuda dengan cita-cita besar, spirit bebas, dan sepenuhnya memberikan seluruh jiwanya kepada Allie. Dan Allie? Dengan ibu yang begitu dominan dan menekan, ayah yang sudah menata masa depannya dengan rapi ("kau akan sekolah ke New York dan menemukan pemuda kaya yang menikahimu"), Allie menemukan kedamaian dan ketulusan di dalam keluarga Noah. Ayah Noah (diperankan dengan penuh sinar oleh Sam Sheppard), yang begitu hidup dan mengajarkan semangat kebersamaan, serta Noah, seorang petani yang memiliki sinar mata tulus itu, sungguh merenggut hati sang gadis kota. Selebihnya mudah ditebak. Keluarga kaya merenggut romansa cinta remaja. Allie dipindahkan ke New York, dia bertemu lelaki muda tampan kaya-raya (dan, oh, baik hati) yang melamarnya. Pada saat persiapan pernikahannya (gaun pengantin, cincin berlian, dan seterusnya), Allie melihat foto Noah dengan rumah impiannya di tepi sungai ("yang ingin kubangun untuk hidup bersamamu") yang dimuat di sebuah harian lokal. Tiba-tiba saja dia tergeletak. Dia melesat ke desa itu, menemui Noah dan mereka bercinta. Pertanyaan berikutnya—yang kemudian membuat jantung penonton berdegup—siapakah yang akan dipilih Allie: kedua pria begitu baik, begitu mencintainya, begitu....

Drama cinta yang sudah terlalu usang seperti ini ternyata masih punya pembaca dan penonton. Problemnya bukan pada pilihan tema, tetapi pada pilihan penyajian, penggarapan, dan gaya. Sutradara Nick Cassavetes, putra John Cassavetes dan Gena Rowland, memilih gaya konvensional kilas balik, cerita berbingkai cerita; sebuah gaya klasik yang belum kehilangan pesona. Seperti ayahnya, Nick memilih kekuatan pemain. Dengan teliti, untuk setiap adegan dipastikan agar para pemainnya menampilkan cahaya, dialog yang meyakinkan (betapapun bunyinya terdengar cengeng dan gombal).

Dalam hal ini, Nick berhasil. Gena Rowland dan James Garner tampil sebagai pasangan yang sungguh mengharukan. Di masa muda, Ryan Gosling dan Rachel McAdams bagai titisan Romeo-Juliet yang sebetulnya sudah usang. Namun Nick tak kunjung bosan menggosok-gosok keusangan itu bak barang antik yang sungguh berharga.

Problem terbesar film ini, dia lahir di abad yang sudah sakit, sinis, dan tak percaya pada cinta. Problem kedua, Nick Cassavetes sekaligus novelis Nicholas Sparks tak ingin mencari jalan lain bahwa drama cinta bisa diungkapkan dengan cara yang berbeda, dengan gaya yang lebih orisinal dan tak perlu memuntahkan rangkaian dialog yang memabukkan. Ada garis tipis antara kesederhanaan bertutur dan keusangan berekspresi. Ada perbedaan samar antara klasik dan klise. Di usia yang sudah begini lanjut, penonton sudah tak sabar memilah perbedaan keduanya.

Leila S. Chudori

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus