Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Swasembada Beras Lagi
Di luar perkiraan, BPS meramalkan produksi padi pada tahun ini mencapai 54,34 juta ton gabah kering giling. Jika itu benar, artinya melampaui target produksi padi 53 juta ton. Direktur Jenderal Bina Produksi Tanaman Pangan Departemen Pertanian M. Djafar Hafzah mengatakan, pemerintah menargetkan produksi padi 53 juta ton gabah kering giling untuk memenuhi kebutuhan beras dalam negeri 30-31 juta ton. Dengan proyeksi demikian, saat ini Indonesia tidak perlu beras impor. "Indonesia sudah mencapai swasembada beras tahun ini," kata Djafar kepada pers, Senin lalu.
Kenaikan produksi padi ini, menurut Djafar, disebabkan peningkatan luas panen pada tahun ini menjadi 11,97 juta hektare. Padahal, tahun lalu luas panen 11,49 juta hektare (naik 4,2 persen). Perluasan lahan terutama terjadi di Jawa dan Sumatera. Secara nasional, produktivitas padi tahun ini juga meningkat 45,4 kuintal gabah kering giling per hektare atau naik 0,04 persen ketimbang tahun lalu. Pendorongnya ialah produksi di luar Jawa. Di sana, produktivitas padi diperkirakan naik dari 39,2 kuintal per hektare menjadi 39,5 kuintal per hektare pada tahun ini atau naik 0,76 persen.
Inflasi Masih Aman
Menjelang hari raya, harga kebutuhan barang dan jasa mulai merangkak naik. Imbasnya, apa lagi kalau bukan angka inflasi yang juga naik. Badan Pusat Statistik (BPS), Senin pekan lalu, mengumumkan, inflasi pada Oktober tahun ini mencapai 0,56 persen. Secara keseluruhan, inflasi selama 10 bulan pertama tahun ini sudah mencapai 4,38 persen. Sedangkan inflasi year on year (Oktober 2004, dibandingkan Oktober 2003) mencapai 6,22 persen. Angka tersebut memang masih di bawah target pemerintah sebesar 7 persen.
Kepala BPS Choirul Maksum mengatakan, inflasi memang disebabkan kenaikan harga seluruh komoditas barang dan jasa akibat peningkatan konsumsi pada bulan puasa ini. BPS mencatat harga seluruh komoditas mulai dari bahan makanan, makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, listrik, gas dan bahan bakar, komoditas sandang, pelayanan kesehatan, sampai biaya pendidikan naik. "Menjelang Lebaran, inflasi akan naik lagi," katanya. Diperkirakan, inflasi pada November ini akan berkisar 1 persen. Kendati naik, Deputi Gubernur Bank Indonesia Aslim Tadjuddin menyatakan bahwa target inflasi sebesar 7 persen bakal tercapai.
Jerman Tukar Utang Indonesia
Pemerintah Jerman kembali bersedia menukar piutangnya kepada pemerintah Indonesia 23 juta euro atau Rp 265,9 miliar dengan pengadaan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di Indonesia bagian timur. Menurut Deputi Menko Perekonomian Bidang Kerja Sama Luar Negeri, Jannes Hutagalung, kesepakatan pertukaran utang ini akan ditandatangani Senin pekan depan. Dalam proyek pengadaan sekolah menengah tingkat pertama itu, pemerintah diwajibkan menyediakan dana US$ 44,62 juta. "Dalam proyek ini, Jerman bertindak sebagai pengawas pelaksanaannya. Jerman memang yang paling kooperatif dibanding negara lain," kata Jannes.
Pola untuk pertukaran utang Indonesia kali ini, kata dia, sama dengan pola pertukaran utang tahun lalu, sebesar DM 50 juta dengan program lingkungan hidup (debt swap for nature). Dengan pola ini, pemerintah hanya diwajibkan menyediakan separuh dana dari jumlah utang yang ditukar itu. Pertukaran utang ini difasilitasi oleh Kreditanstalt für Wiederaufbau atau Lembaga Kredit untuk Pembangunan. Negara lain seperti Inggris, Italia, Norwegia, dan Amerika Serikat juga sudah menyatakan kesediaannya menukar utang dengan program pemerintah. Dengan Inggris, misalnya, hingga saat ini negosiasi masih dilakukan untuk program penukaran utang sebesar US$ 388 juta (Rp 3,5 triliun).
Pemerintah Pertahankan AAF
Tekad pemerintahan baru mempertahankan pabrik pupuk PT ASEAN Aceh Fertilizer (AAF) rupanya sudah bulat. Tekad itu ditunjukkan Menteri Perindustrian Andung A. Nitimihardja dengan menyiapkan dua opsi untuk menyelamatkan pabrik ini. Opsi pertama adalah melakukan penjadwalan kembali ekspor gas alam cair dari lapangan gas Arun dan Bontang. "Itu kita lakukan sambil menunggu gas baru yang ada," ujar Andung. Opsi kedua adalah menukar atau mengalihkan sejumlah pasokan gas untuk PT Pupuk Kaltim (PKT) ke AAF. Dengan opsi ini pasokan untuk PKT akan dikurangi, tapi dampaknya, salah satu dari lima pabrik PKT harus ditutup.
Menurut Andung, kedua usulan ini sudah dibicarakan dengan Kepala Badan Pengelola Migas dan direksi seluruh industri pupuk dalam negeri. "BP Migas sudah menyatakan komitmennya membantu menghidupkan kembali AAF," kata Andung. Namun, karena terkait dengan banyak pihak, kedua opsi itu akan dikaji sekali lagi. Kajian ini menyangkut dampak ekonomi bagi negara, pemerintah daerah, dan perusahaan. "Secara politis, pemerintah commit menyelamatkan AAF. Kasihan teman-teman di Aceh," ujar Andung.
Soal harga jual, pemerintah juga masih akan menghitung harga yang pantas. Menurut Direktur Utama AAF, Rauf Purnama, pihaknya sanggup membeli gas dengan harga US$ 2,32 per juta kaki kubik. "Harga ini sama dengan harga gas yang dibeli India dari Qatar," ujarnya. Harga itu masih lebih rendah dibandingkan harga jual gas untuk PLN yang berkisar US$ 2,7 per juta kaki kubik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo