Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Crown Baru tapi Tidak Misterius

The Thomas Crown Affair—film baru yang pernah dibuat lebih dari 30 tahun lalu—diproduksi ulang. Tapi versi 1999 ini dibuat terlalu manis dan lurus sehingga tidak memikat.

24 Oktober 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

THE THOMAS CROWN AFFAIR
Sutradara:John McTiernan
Naskah:Leslie Dixon, Kurt Wimmer
Pemain:Pierce Brosnan, Rene Russo, Micheal McCann
Penulis cerita asli:Alan R. Trustman
Produksi:Irish DreamTime Inc.
APA yang dicari seorang laki-laki yang sudah memiliki semuanya—kekayaan, ketenaran, jabatan, perempuan, dan harkat? Jawabnya adalah ketegangan.

Maka, Thomas Crown (Pierce Brosnan), bujangan kaya-raya dan pimpinan markas besar Lucent Technology di New York, menemukan ketegangan dengan cara yang ganjil. Pencinta lukisan impresionis itu mengutil lukisan Monet kegemarannya dari sebuah museum terkenal di jantung Kota New York, Metropolitan Museum of Art.

Maka, warga Kota The Big Apple itu pun gempar. Dengan sistem keamanan yang berlapis, rasanya sulit bahkan hanya untuk menggeser letak sang Monet. Pelacakan yang dilakukan polisi hampir menemui jalan buntu, sampai datang Chaterine Banning (Rene Russo), investigator dari sebuah perusahaan asuransi.

Banning tahu betul bahwa hilangnya Monet bukan proyek sembarangan. Crown adalah tersangka utama karena ialah satu-satunya kemungkinan pelaku yang mencuri untuk alasan kegembiraan. Lalu, seperti sudah bisa ditebak dari judul film ini, Banning malah terjerumus dalam pesona cinta Crown. Ia tak berkutik. Bahkan, dengan rasa terharu, si cantik Banning menerima hasil "jarahan" Crown lainnya dari museum yang sama sebagai tanda cinta.

Lalu? Lalu-lintas gaya Hollywood! Ya, sudah. The Thomas Crown Affair memang tidak menyediakan variasi cerita yang berbelit. Adegan suspense, yang menjadi andalan film ini, bolehlah disetarakan dengan film sejenis seperti Entrapment atau serial James Bond. Ada teknik-teknik ala detektif yang tak terduga, pengelabuan yang canggih, dan polisi yang selalu jadi pecundang.

Secara umum, perkawinan antara cerita suspense dan roman mengalir dalam sebuah alur cerita yang terlalu lurus, dan karenanya gagal. Sutradara John McTiernan dan duo penulis naskah Leslie Dixon dan Kurt Wimmer tidak berhasil (atau tidak mau?) menyimpan "misteri" cinta keduanya dalam permainan yang seru antara seorang pemburu pencuri dan sang pencuri.

Setelah Banning jatuh ke pelukan Crown, selesailah sudah misteri itu. Tak ada suspense yang tersisa, tak ada tanda tanya. Banning sudah menghapus tanda tanya itu di pelukan Crown.

Maka, dibandingkan dengan Entrapment atau Out of Sight (yang sama-sama bertema investigator yang mengejar pencuri), misalnya, Thomas Crown menjadi monoton. Entrapment mampu menyajikan adegan suspense dan roman yang menarik. Yang satu tidak menjadi bumbu yang lain. Betulkah keduanya jatuh cinta? Atau, tidakkah cinta itu hanya kamuflase untuk bisa saling menjegal? Thomas Crown tidak berhasil menampilkan ketegangan itu.

Sesungguhnya, The Thomas Crown Affair bukan film yang baru. Ia adalah produksi ulang atas film serupa yang dibuat pada 1968 dengan pemain Steve McQueen dan Faye Dunaway. "Aslinya, The Thomas Crown Affair adalah film yang melonjak-lonjak," tutur sutradara John McTiernan. Artinya, McTiernan—yang pernah berhasil menggarap The Hunt for Red October dengan apik—membuat Thomas Crown versi baru lebih kalem.

Crown, yang misterius asal-usulnya dalam film versi 1968, kini dibuat sangat kasatmata dan dengan terang-benderang: seorang eksekutif papan atas, wangi, dan selalu menggenggam tas Echolac ke mana-mana. Crown adalah wakil kapitalisme New York yang kelimis dan tampan.

Beberapa adegan cerita juga kemudian tampak jadi manis, meski sesungguhnya Crown adalah sosok kriminal terkemuka. Terkesan dimanis-maniskan. Thomas Crown versi 1968 mati secara mengenaskan, sementara dalam versi 1999 ini, layar ditutup dengan adegan ciuman yang brutal di kabin pesawat terbang.

Meskipun demikian, Thomas Crown versi baru 1999 ini, toh, punya unggulan yang tak kalah dibandingkan dengan pendahulunya. Pierce "James Bond" Brosnan dan Rene Russo tampil dinamis. Russo, yang sebelumnya bermain dalam Lethal Weapon, Ransom, dan In the Line of Fire, mampu menyajikan dirinya sebagai wanita setengah baya yang cerdik, liat, tapi tetap manis dan sedikit manja.

Brosnan, yang bagi publik Indonesia dikenal sebagai detektif Remington Steel dan James Bond, juga menyajikan akting yang bersinar. Selebihnya, tentu saja, adalah resep khas Holywood yang sudah kita kenal: renyah, ringan, dan karena itu, tampaknya film ini akan laku bak kacang goreng.

Arif Zulkifli

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus