Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Desain yang Menjangkau ke Depan

Di Senayan City digelar pameran contoh desain produk terbaru dari Inggris. Desain makin menjadi ujung tombak dunia industri dalam membaca dan menciptakan selera masyarakat.

30 April 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Alat pengasah pisau itu berbentuk seperti gayung. Di tengah bundarannya, orang bisa menyelipkan pisau biasa ataupun pisau bergerigi untuk ditajamkan. Karya desain Sam Hect dan Kin Colin dari studio desain Industrial Facility itu dianggap cukup inovatif untuk perabot dapur di Inggris. Kesan urban memang kuat. Semangat "ultramodern" yang sama bisa kita lihat pada model-model desain terbaru sofa dan kap lampu studio-studio desain lain.

Ya, pameran Love and Money di Senayan City menampilkan 20 sampel desain terbaik di berbagai produk industri. Beberapa memang hanya berupa foto, tapi pameran ini berhasil menyajikan informasi perkembangan desain terbaru di Inggris. Bagaimana di sana inovasi-inovasi desain dari alat dapur sampai perabot rumah tangga berjalan senapas dengan perkembangan terbaru dunia fashion, videoklip, perhiasan logam mulia, dan arsitektur.

"Ini penting, membuka mata para desainer kita," kata Firman Ichsan, kurator seni rupa dan foto. Ia menunjukkan bahwa dunia desain adalah lokomotif bagi industri sekarang ini. Kemampuan visioner para desainer membaca selera masyarakat di masa depan makin menjadikannya ujung tombak dari produk apa pun. Pameran ini juga hendak menyampaikan bahwa desainer-desainer di London telah memiliki daya negosiasi dengan perusahaan raksasa yang memiliki produk massal. Nama desainer tidak sekadar menempel pada materi produk.

Suatu kemampuan yang tak terjadi di sini. Para desainer kita di berbagai bidang masih berjalan sendiri-sendiri dan rata-rata tidak punya posisi tawar dengan klien. Antara desainer bidang satu dan lainnya tidak saling mengikuti perkembangan. Gagasan-gagasan terbaru di Bali Fashion Week, misalnya, tidak ditangkap atau diikuti oleh pekerja desain di bidang lain.

Sesungguhnya gairah masyarakat kita untuk pameran-pameran produk desain seperti kerajinan cukup besar. Pengunjung ekspo dan pameran kera-jinan di Jakarta selalu membeludak. Tapi, seperti pernah dikemukakan Hardiman Radjab, dosen kriya Institut Kesenian Jakarta, dunia desain kita untuk industri kerajinan berjalan di tempat-dalam 20 tahun terakhir masih berkutat pada bentuk-bentuk etnis. Padahal Filipina saja, misalnya, sudah mengeksplorasi bentuk-bentuk minimalis. Apalagi Inggris, yang dipamerkan di Senayan City.

"Pemerintah Inggris sadar akan kekuatan dunia desain," kata Yudhi Soerjoatmodjo, Team Leader Learning & Creativity British Council Indonesia. Sejak 10 tahun lalu, pemerintah Inggris, menurut dia, membuat regulasi yang mempermudah unit usaha menengah seniman desain. Termasuk dalam mendapatkan modal dan akses lain. Pemerintah menciptakan kluster-kluster yang menampung seniman desain.

"Bangunan-bangunan yang tidak berfungsi di Inggris disewakan murah sekali menjadi tempat berkumpulnya desainer," katanya. Itu, menurut Yudhi, membuat seniman desain antarbidang bisa bertukar pikiran, saling merespons.

Akibatnya, craft, misalnya, tak bisa lagi dianggap kelas dua. Bahkan dari dunia yang satu itu bisa muncul ide-ide avant-garde. Tom Dixon, pemilik studio Dixon di London, misalnya, dikenal karena memiliki kreasi-kreasi furnitur dengan selera geometrik yang canggih. Untuk pameran Milan Design Week, seperti dapat kita tengok di website-nya, ia mengkreasi sofa-sofa, meja, dan lampu-lampu yang digambarkannya "menciptakan dengan sensibilitas geometrik baru".

Memang, luas dan terpisah-pisahnya wilayah Indonesia ikut membuat inovasi desain berbagai bidang tak bersinggungan. Firman Ichsan juga menyebut faktor teknologi. "Di sana kreativitas estetis para desainer itu berjalan berbanding lurus dengan perkembangan teknologi komputer," katanya.

Masih ingat pameran bertajuk Tribe Art di Museum Nasional yang menampilkan karya Julia Opie, perupa generasi baru Inggris yang selalu tertarik menampilkan unsur kecepatan pada karya-karyanya? Perupa Bali, Made Wianta, waktu itu misalnya menyesal sekali tak bisa melihat pameran tersebut. Opie menampilkan karya wallpaper (kertas dinding) berjudul Imagine You are Driving Fast. Di situ, ada wajah-wajah anggota tim pembalap F1 Lucky Strike Bar Honda: Takuma Sato, Jacques Villeneuve, Oliver Panis, Ryo Fukuda, dan Jenson Button, kemudian ditambah wajahnya sendiri. Digambar dengan gaya pop, berukuran panjang 67 meter dan lebar 4,5 meter.

Ruang pameran dilengkapi efek suara deru mobil Formula yang melintas secepat kilat di sirkuit. Pameran ini adalah bagian program jangka panjang Lucky Strike, yang melibatkan perupa-perupa kontemporer Inggris untuk ikut mempopulerkan Formula 1 secara provokatif. Dapat dilihat di sini bagaimana bagi perupa seperti Opie masuk ke dunia gaya hidup itu bukan masuk "daerah yang kotor", melainkan justru sebuah tantangan baru.

Demikianlah, cita rasa estetika baru di abad ini-sebagaimana ditunjukkan pameran ini-bisa bertolak dari dapur, wastafel, ruang makan, arena balap mobil.

Seno Joko Suyono, Andi Dewanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus