Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Gorillaz Si Trendsetter

30 April 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seberapa jauh tren desain dari Inggris mempengaruhi kalangan anak muda kita? Menurut Firman Ichsan, meski kini tengah marak tren busana dari Italia atau Jepang, gaya fashion Inggris telah tertangkap oleh para desainer kita sejak 1970. Itu zaman tatkala Ghea Panggabean dan Chossy Latu pulang dari sekolah di London.

Bukan tidak mungkin gaya fashion Inggris itu akan kembali ngetren. ”Sejak 9 tahun silam di Rancaekek, Jawa Barat, ada perusahaan Dewhirst yang telah memproduksi lebih dari 6 juta potong pakaian untuk Marks & Spencer,” ujar Yudhi Soerjoatmodjo. Menurut informasi yang dia dapat dari United Kingdom Trade & Investment di Kedutaan Inggris, Jakarta, saat ini fashion retailer Inggris yang hadir di Indonesia cukup banyak. Di antaranya Marks & Spencer, Debenhams, Top Shop, Miss Selfridges, Thad Baker, Next, Jimmy Choo, Dunhill, dan French Connection UK (FCUK).

Selain fashion, dunia musik Inggris bisa disebut mempengaruhi perkembangan musik rock dan pop kita. The Beatles, Led Zeppelin, Pink Floyd, dan Genesis sangat mewarnai selera musisi kita pada 1970-an. Dan kini animasi videoklip. Di pameran Senayan City itu ditayangkan klip grup Gorillaz karya Jamie Hewlett, seniman lulusan sekolah tinggi seni Worthing pada 1988, dan Damon Albarn, personel grup Blur. Gorillaz adalah grup band virtual ciptaan mereka. Mereka menciptakan musisi maya Russel, Noodle, 2D, dan Murdoc.

Penampilan Gorillaz cepat membetot perhatian publik pencinta musik. Album pertama Gorillaz langsung terjual sebanyak 6 juta keping. Pada 2001, mereka mendapat predikat the most successful virtual band dalam Guinness Book of Records.

Di Tanah Air, setidaknya ada tiga band yang videoklipnya mendapat inspirasi Gorillaz. Padi dengan videoklip lagu Bayangkanlah, Wayang dengan videoklip lagu Jangan Kau Pergi, dan Jamrud dengan Ulang Tahun. Wahyu Aditya, kreator videoklip Padi, tak membantah adanya kemiripan antara karakter animasinya dan Gorillaz. Ia memang menggunakan teknik gambar yang sama, banyak menggunakan blok warna dan outline yang tebal. ”Tapi saya sama sekali tidak menjiplak Gorillaz. Animasi seperti ini memang tengah menjadi budaya pop yang ngetren,” katanya.

Dari pengamatannya, karakter yang sama terjadi pada videoklip Wayang. Hanya, videoklip ini dibuat dengan garis tangan terlebih dulu, lantas diolah dengan komputer. Itu berbeda dengan videoklip Jamrud, yang pembuatan karakternya total menggunakan perangkat tiga dimensi komputer. ”Model animasi seperti ini sebenarnya sudah terjadi pada karakter film kartun Power-puff Girls,” katanya. Toh, tiga videoklip dalam negeri ini tetap mengacu pada Gorillaz.

Andi Dewanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus