SETELAH sistem komunisme ambruk di Eropa Timur dan Uni Soviet, tinggal empat negara komunis yang tersisa di dunia ini. Di antaranya tiga di Asia: RRC, Korea Utara, dan Vietnam. Dan partai-partai komunis di negara-negara ini telah berusaha mengadakan "penyesuaian" agar bisa bertahan. Buku ini merupakan sebuah studi mengenai perkembangan Partai Komunis Vietnam (PKV) sejak 1987 sampai 1991, di bawah pimpinan seorang reformis, Nguyen Van Linh. Penulisnya adalah Lewis M. Stern, direktur untuk Indocina, Thailand, dan Myanmar di kantor pembantu menteri pertahanan Amerika Serikat. Diawali dengan munculnya Nguyen Van Linh sebagai Sekretaris Jenderal PKV pada tahun 1987, dengan rinci Stern menceritakan bagaimana Linh berusaha mengadakan reformasi dalam partai, sehingga partainya itu memperoleh nyawa baru. Reformasinya itu termasuk memberikan hak kepada organisasi setempat sehingga dapat lebih bertanggung jawab, sejalan dengan otonomi ekonomi yang mulai diterapkan secara berangsur-angsur. Stern berpendapat bahwa Linh menaruh perhatian kepada keluhan rakyat dan membuat partainya lebih responsif kepada rakyat. Stern juga berpendapat bahwa Linh telah mengandalkan pelbagai organisasi, terutama panitia partai di tingkat lokal dan provinsi. Ia berusaha memperbaiki kualitas anggota partai dan mencoba membersihkan unsur-unsur yang korup. Reformasi ekonomi yang dilancarkan Linh itu akhirnya menimbulkan masalah-masalah sekuriti, sosial dan politik. Pada tahun 1989 Linh menghadapi tantangan dari kelompok yang konservatif. Kelompok ini mencoba memperlambat program reformasinya, dan menolak "pluralisme" dalam badan partai komunis. Munculnya kembali orang yang konservatif terlihat pada kebijaksanaan politik luar negeri Vietnam yang ortodoks. Sebetulnya Nguyen Co Thach mencoba berbaik-baik dengan Amerika Serikat, tapi kelompok konsevatif menentangnya. Thach yang menteri luar negeri itu akhirnya dikeluarkan dari Politbiro dan dicopot dari jabatannya. Dalam buku ini, Stern menceritakan bahwa pada 1990 Thach, yang berada di Washington, mengatakan bahwa ia bisa membujuk militer Vietnam agar bekerja sama dengan Amerika dalam masalah tentara Amerika yang hilang di Vietnam. Ini karena Thach mengira bahwa Jenderal Le Duc Ahn, menteri pertahanan Vietnam, yang dulunya dipenjara satu sel dengannya, akan mendukungnya. Thach tak menyangka bahwa Ahn inilah yang paling gigih menentang kebijaksanaannya, yang akhirnya mendepak Thach. Kedudukan Linh mulai guncang. Dalam kongres partai tahun 1991, Linh akhirnya diganti oleh Do Muoi, seorang komunis kawakan yang diyakini akan meneruskan reformasi ekonomi Linh. Namun Stern mengatakan bahwa Do Muoi tak begitu menyokong kebijaksanaan reformasi, namun kemudian ia menjadi suara penting untuk mendukung transformasi ekonomi Vietnam. Biarpun begitu, Stern mengakui bahwa PKV pasca-Linh masih tetap dikuasai oleh Politbiro. Dengan kata lain, proses domokratisasi di Vietnam masih belum berlangsung. Buku Stern ini cukup rinci dalam hal-hal program PKV dan perubahan-perubahan yang diajukan dalam sidang-sidang pleno partai sejak tahun 1987 sampai 1991, namun ia tak membahas banyak tentang sistem politik Vietnam yang merupakan sistem partai hegemonik ini. Pluralisme yang disebutnya itu sebetulnya bukan pluralisme dalam arti sistem banyak partai, tapi pluralisme dalam badan satu partai. PKV tak mengizinkan timbulnya partai lain. Walaupun demikian, PKV terpaksa meneruskan reformasi ekonomi agar terus berkuasa. Banyak pengamat berpendapat bahwa mencuatnya kelas menengah di Vietnam pada masa depan akan mengubah sistem politik Vietnam. Sebetulnya, sejarah politik Vietnam merupakan persaingan antara kelompok yang ortodoks dan reformis. Akan tetapi sebelum Linh, umumnya ortodoks yang menang. Untuk tetap bertahan, PKV terpaksa melakukan reformasi. Sayang, Stern tak menempatkan ceritanya itu dalam perspektif sejarah. Buku ini tanpa background. Ia langsung membahas keadaan tahun 1987, tanpa banyak penjelasan. Buku Stern, yang memusatkan perhatiannya pada sidang-sidang PKV sejak tahun 1987 hingga 1991, kurang memberikan perhatian kepada orang-orang partai. Stern hanya menyebut nama mereka, yang tak banyak artinya, dan tak memberikan informasi yang diperlukan. Bahkan tokoh terpenting dalam bukunya itu, yaitu Linh sendiri, juga tak ada biografinya. Sumber yang dipakai dalam buku ini sangat terbatas. Penulisnya bergatung pada FBIS (Foreign Broadcast Information Service) berbahasa Inggris. Saya sedikit heran, kok ahli Indocina Amerika ini menghasilkan buku yang tak mendalam.Leo Suryadinata
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini