Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Duka Kembar Buncing

Sutradara Kamila Andini menangkap duka kematian dari sudut pandang anak-anak. Disajikan dengan artistik.

29 Oktober 2017 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Duka Kembar Buncing

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI bangsal rumah sakit, Tantri tiba-tiba muncul dengan kostum ayam. Bocah perempuan itu mengecat seluruh wajahnya dengan cat merah, putih, dan kuning. Di kepalanya bertengger jengger dan di pinggangnya terlilit ekor-ekoran dari daun kelapa. Tantri lalu menari. Geraknya tegas dan tajam seperti jago sedang bertarung. Itu sedikit yang bisa ia lakukan untuk menghibur saudaranya, Tantra, yang terbaring tak bergerak di atas ranjang.

Tantra (Ida Bagus Putu Radithya Mahijasena) dan Tantri (Ni Kadek Thaly Titi Kasih) adalah kembar buncing istilah Bali untuk anak kembar beda jenis kelamin. Mereka tentu sangat dekat, selalu bermain bersama, dan terbiasa berbagi satu telur mata sapi berdua. Tantri makan bagian putih telurnya, Tantra suka kuningnya. Saat Tantra dibawa ke rumah sakit karena tumor otak yang membuat seluruh tubuhnya lumpuh, Tantri dihadapkan pada kesadaran bahwa separuh dirinya dapat direnggut sewaktu-waktu.

The Seen and Unseen yang ditulis dan disutradarai oleh Kamila Andini menangkap konflik emosional gadis cilik yang berusaha memahami betapa kematian begitu dekat. Pilihan Kamila menggali bagaimana seorang anak menghadapi trauma dan kedukaan adalah tema yang jarang diangkat sineas Indonesia dan karena itu jadi sangat menarik. Diceritakan seluruhnya dari sudut pandang Tantri, film ini menerjemahkan emosi-emosi Tantri ke dalam berbagai simbol visual dan supernatural yang didominasi warna redup, penuh kesuraman, tapi sekaligus juga indah.

Batas antara apa yang nyata dilihat Tantri dan apa yang merupakan representasi dari emosinya pun mengabur. Setiap malam saat menemani Tantra di rumah sakit, Tantri akan tenggelam dalam mimpi-mimpi ketika Tantra masih sehat dan sangat sadar- menceritakan kisah wayang kepada Tantri atau menari dengan kostum ayam bersamanya. Ada juga mimpi-mimpi gelap, penuh hantu dan lara, ketika Tantri makin dekat dengan pemahaman tentang kehilangan dan kematian.

Simbolisme yang muncul berkali-kali antara lain telur, burung, dan monyet. Tantri meremas hingga hancur sebuah telur saat menyaksikan dari kejauhan Tantra yang dibawa terburu-buru ke bangsal rumah sakit. Saat kondisi Tantra makin kritis, Tantri memakan sebuah telur rebus yang ternyata tak ada bagian kuningnya. Adapun burung dan monyet muncul dalam gerak tari-tarian Tantri.

Nyaris tak ada jalan cerita dalam film ini. Alur tak kronologis. Adegan melompat-lompat dari bangsal rumah sakit ke rumah kedua bocah sebelum penyakit menyerang Tantra, lalu ke mimpi-mimpi Tantri.

Ada beberapa bagian yang sengaja dibiarkan bolong dan membuat bertanya-tanya hingga film selesai seperti bagaimana mulanya Tantra jatuh sakit. Namun barangkali penjelasan itu memang tak perlu. Bolehlah ia dibilang serangkaian tarian yang dinarasikan atau kolase dari pertunjukan artistik yang mengedepankan kesenian dan keindahan alam Bali. Tarian, wayang, hingga permainan alat musik tradisional yang ditampilkan di tengah ladang ilalang di bawah sinar purnama.

Namun upaya menampilkan segi artistik itu tak akan berhasil tanpa penampilan cemerlang dari Ni Kadek Thaly Titi Kasih. Kadek tak hanya berakting, tapi juga muncul sebagai penari dan penembang. Ia menampilkan kepolosan seorang anak sekaligus kedewasaan saat berhadapan dengan duka. Adegannya menari di kamar rumah sakit hingga menggaruk-garuk dinding dan mengempaskan tubuh membekas begitu kuat dan menjadi klimaks pelepasan emosinya.

Film ini pertama kali ditayangkan di Toronto International Film Festival (TIFF) pada September lalu dan disebut sebagai film terpanas oleh CEO TIFF Piers Handling. Ini adalah film kedua Kamila Andini yang turut serta dalam festival itu setelah Sendiri Diana Sendiri (2015). Di Indonesia, The Seen and Unseen direncanakan rilis mulai tahun depan.

Moyang Kasih Dewimerdeka

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus