Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Serial Losmen yang populer era 1980-an kembali diangkat menjadi film.
Tetap menghadirkan suasana Jawa yang kental akan nuansa kekinian.
Film ini disutradari Ifa Ifansyah dan Eddie Cahyono
Ifa Ifansyah berduet dengan Eddie Cahyono meluncurkan Losmen Bu Broto. Film ini diangkat dari serial populer pada era 1980-an, Losmen. Ifa dan Eddie membuka film dengan adegan persiapan penyambutan tamu di sebuah rumah kuno besar yang apik dan luas. Hari itu, langganan istimewa akan datang menginap di losmen Bu Broto (Maudy Koesnaedi). Tamu dari Belanda itu ingin pelesiran di Yogyakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada pagi yang sibuk itu, para asisten menyiapkan kembang hiasan meja, makanan kecil, dan minuman penyambutan. Meja-meja diberi taplak. Pur (Putri Marino), yang biasanya agak dingin dan jutek, kini berhias senyum. Sementara itu, Sri (Maudy Ayunda) dengan sigap membantu mengecek segala sesuatu. Tentu saja, Pak Broto (Mathias Muchus) dan Atmo (Erik Estrada), sang pembantu umum, dengan cekatan menyiapkan segala yang dibutuhkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Semua bersiap di depan pintu, berbaris menyambut rombongan tamu. Eh, ternyata hanya seorang lelaki muda yang turun dari mobil. “Ibu sedianya akan langsung datang, tapi beliau sakit. Dirawat dulu di Semarang,” ujar si lelaki muda. Semburat kecewa tergambar di wajah Bu Broto, tapi suaminya menenangkan dengan kata-kata yang membuat adem hati.
Losmen Bu Broto mengisahkan kehidupan keluarga Jawa yang mengelola sebuah losmen. Mereka mengedepankan layanan dengan hati dan rasa kekeluargaan. Para tamu pun betah menginap berhari-hari, bahkan menjadi seperti tinggal di rumah sendiri. Seperti Pak Herman (Landung Simatupang), yang selalu makan di ruang makan belakang yang terpisah dari tamu lain. Menu soto menjadi teman setianya.
Putri Marino sebagai Mbak Pur dalam film "Losmen Bu Broto" (2021). Dok. Paragon Pictures
Pak Herman selalu meminta Pur menemaninya, menghabiskan semangkuk lain soto sambil sedikit membincangkan hidup mereka. Sekilas suasana film tampak serba sumringah dan sukses, tapi kemudian penonton akan melihat konflik-konflik yang muncul. “Di losmen ini hanya dua yang saya tunggu, istri saya dan masakan ikan Pur,” ujarnya sambil tersenyum kecil. Dari perbincangan kecil mereka, mulai terungkap mengapa Pur berhenti memasak ikan bumbu kecombrang. Mata sepuh si lelaki bijak ini juga jeli menangkap sesuatu yang membelit pikiran Sri.
Losmen Bu Broto menghadirkan kisah keluarga yang hangat dan mengurai cerita masing-masing karakter. Ada Sri yang cerdas dan bersuara merdu—terobsesi menjadi penyanyi sukses serta berani berargumentasi untuk sesuatu yang tak pas di hatinya. Penonton juga akan diajak menelusuri luka Mbak Pur dan Bu Broto yang tegas. Ada Pak Broto yang lembut, bijak, tapi juga tidak kalah tegas dibanding istrinya.
Ifa dan Eddie tetap mengentalkan suasana Jawa dan kekeluargaan di film ini sambil mencoba membawa penonton muda dalam suasana kekinian. Mereka juga menyisipkan adegan-adegan menyentuh.
Marthino Lio sebagai Jarot dan Maudy Ayunda sebagai Jeng Sri dalam film "Losmen Bu Broto" (2021). Dok. Paragon Pictures
Bagi penonton era 1980-an, kehadiran film ini bisa membuat sedikit bernostalgia dengan serial Losmen. Bedanya, dulu penginapan Bu Broto kecil, ditampilkan di studio dengan set panggung yang sederhana. Sekarang losmen itu cukup luas. Dulu Mathias Muchus menjadi Tarjo, si bungsu anak Pak dan Bu Broto. Kini dia berakting sebagai Pak Broto. Ifa dan Eddie menyebut film ini sebagai prekuel dengan sederet aktor dan aktris ternama.
Kala itu, serial Losmen yang ditayangkan di TVRI menjadi tontonan populer. Serial tersebut menghadirkan keluarga Broto yang mengelola losmen sederhana, yang hangat dan kental akan suasana Jawa. Bu Broto (Mieke Wijaya) dan Mbak Pur (Ida Leman), putri sulungnya, senantiasa tampil rapi dan anggun dengan kain, kebaya, dan sanggulnya. Mbak Pur memilih menjomblo, membantu mengurus losmen dengan bantuan Pak Atmo (Sutopo H.S.), yang juga berkain dan bersurjan lengkap dengan blangkon.
Adapun Pak Broto (Mang Udel), yang kadang menjadi pemandu wisata jika tak sedang bertugas, juga tampil dengan kain dan surjan, memainkan ukulele, dan sering menjadi tempat curhat. Yang tak ketinggalan, ada Jeng Sri (Dewi Yull) dan suaminya, Jarot (Eeng Saptahadi), si seniman yang tak pernah akur. Juga si bungsu Tarjo, yang tak kelar-kelar kuliahnya. Serial itu disutradarai oleh Tatiek Maliyati dan Wahyu Sihombing.
Setiap episode serial ini memperlihatkan kisah keseharian dengan persoalan berbeda-beda, tamu yang unik, lengkap dengan persoalan masing-masing. Biasanya cerita diakhiri dengan sesuatu yang menggembirakan dan masalahnya terpecahkan.
Serial itu pun pernah difilmkan dengan judul Penginapan Bu Broto pada 1987. Film yang disutradarai Tatiek Maliyati itu memusatkan cerita pada Mbak Pur (Ida Leman), yang didesak untuk menikah oleh orang tuanya. Darmanto (August Melasz) dan Nugroho (Zainal Abidin) pun berusaha mengambil hatinya. Saat Nugroho berusaha mendekati Mbak Pur, Tardjo (Mathias Muchus) mendekati anak gadis Nugroho, yang diperankan Cintami Atmanegara.
Maudy Koesnaedi sebagai Bu Broto dalam film "Losmen Bu Broto" (2021). Dok. Paragon Pictures
Losmen Bu Broto
Sutradara: Eddie Cahyono-Ifa Isfansyah
Penulis naskah: Alim Sudio
Pemain: Maudy Koesnaedi, Mathias Muchus, Maudy Ayunda, Putri Marino, Baskara Mahendra, Landung Simatupang, Marthino Lio, Karina Suwandi, Darius Sinathtrya, Danilla Riyadi, Erick Estrada.
Produksi: Ideosource Entertainment, Paragon Pictures, Fourcolours Film
Genre: drama
Durasi: 1 jam 49 menit
DIAN YULIASTUTI
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo