Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Drama Korea When The Phone Rings masih menjadi sorotan tajam usai menayangkan episode terakhirnya pada 4 Januari 2025. Meskipun menuai kecaman karena dianggap menyinggung konflik sensitif Palestina-Israel, drama ini justru meraih empat penghargaan bergengsi di ajang MBC Drama Awards 2024 yang digelar sehari setelahnya, pada 5 Januari 2025.
When The Phone Rings Borong 4 Piala
Dilansir dari Soompi, aktor Yoo Yeon Seok dinobatkan sebagai pemenang Top Excellence Award untuk kategori miniseri. Rekannya, Chae Soo Bin, meraih Excellence Award dalam kategori yang sama. Sementara itu, Heo Nam Jun membawa pulang penghargaan Best New Actor, dan pasangan Yoo Yeon Seok serta Chae Soo Bin menyabet gelar Best Couple.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kingkong by Starship, agensi yang menaungi kedua aktor utama drama tersebut, bahkan merayakan kemenangan aktor mereka melalui unggahan di media sosial. “Best Male Actor Award di 2024 MBC Drama Awards, Best Female Performance Award, Best Couple Award, semuanya dimenangkan. Aktor Yoo Yeon Suk, Chae Soo Bin. Terima kasih atas cinta dan dukungan kalian,” tulis agensi itu pada Senin, 6 Januari 2025.
MBC Masih Bungkam dan Makin Ramai Dikecam
Namun, di balik gemerlap penghargaan yang diraih drama tersebut, MBC makin ramai dikecam. Dilansir dari Instagram resmi MBC per 6 Januari, sehari setelah pengumuman pemenang, gelombang protes langsung membanjiri kolom komentar unggahan terakhir di akun mereka. Tidak hanya netizen Indonesia, tapi juga netizen internasional. Hingga kini, baik MBC maupun tim produksi When The Phone Rings belum memberikan pernyataan resmi. Sikap diam ini justru semakin memperkeruh suasana.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ribuan komentar mengecam keras drama tersebut, menuntut pernyataan maaf, klarifikasi, bahkan menuntut agar MBC mempertanggungjawabkan langkahnya dengan menarik episode yang dinilai memuat propaganda tersebut. Seruan boikot MBC dan drama tersebut juga semakin ramai disampaikan lewat kolom komentar.
Di antaranya seperti ditulis akun @a*d*kn*w yang mempertanyakan integritas dari narasi dalam drama tersebut. “Saya sangat kecewa. Mengapa kalian memutarbalikkan fakta sebenarnya?” akun @*it*mi*uk* turut menambahkan, “RIP hati nurani.” Begitu pula netizen lain, banyak yang memenuhi komentar dengan tulisan “FREE PALESTINE,” salah satunya akun @*ar*wr**le*.
Tak sedikit pula yang menuntut klarifikasi dari MBC dan merujuk pada penurunan rating drama tersebut. “Tolong selesaikan situasi ini... Buat pernyataan atau semua kerja keras kalian akan sia-sia,” tulis @*ebl**uu*. Ada pula desakan dari @**lmki*ap*ve*y**in*, yang menulis, “Hapus adegan berita dan minta maaf.” Tudingan bahwa adegan tersebut sengaja dibuat juga mencuat, salah satunya komentar dari @b*tte*eve*y**ay, “Mereka pasti sudah memikirkan ini sebelumnya dan sengaja menunjukkannya di episode terakhir.”
Komentar @*e*sa*ta*p**ay juga menyebut para pelaku industri hiburan justru menjadi menjadi alat pembenaran bagi tindakan kejahatan kemanusiaan dan kekerasan. “Inilah yang terjadi ketika aktor atau pesohor memilih untuk diam, buta, tuli dan mengabaikan perang genosida yang sedang terjadi,” tulisnya.
Adegan dalam Episode Singgung Isu Israel-Palestina
Kontroversi drama garapan sutradara Park Sang Woo itu mencuat setelah banyak penonton menganggap cerita dalam episode ke-12 itu sebagai bentuk narasi yang tidak sensitif terhadap isu kemanusiaan yang tengah berlangsung di Palestina. Bermula dari adegan saat Hong Hee Joo (Chae Soo Bin) bertugas sebagai juru bahasa isyarat untuk sebuah siaran berita.
Ia menerjemahkan laporan tentang serangan udara Paltima ke Izmael yang menyebabkan korban sipil dan sandera. Adegan ini menampilkan Baek Sa Eon (Yoo Yeon Seok), mantan juru bicara Blue House yang kini menjadi negosiator, menyelamatkan sandera tersebut. Meski nama negara fiktif digunakan, banyak penonton merasa penggambaran ini mengarah pada konflik Palestina-Israel, dan Paltima (yang dianggap merepresentasikan Palestina) ditampilkan sebagai pihak agresor. Narasi ini dinilai tidak peka dan tak sesuai dengan kenyataan yang terjadi dalam konflik tersebut.
Adegan ini ada di enam menit terakhir. Sebenarnya, tanpa dibuatkan adegan ini dengan menggambarkan negosiasi kasus lain, drama ini sudah sangat menarik. Sayangnya, produser dan sutradara memilih blunder.
INSTAGRAM | SOOMPI