Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Konser Musik Kontemporer Gratis Bagi Anak Muda

Komposer Tony Prabowo membuka ruang bagi musikus muda untuk menggelar konser musik kontemporer secara gratis.

6 Januari 2025 | 15.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pentas musik Ruang Tamu Tony, di Jakarta, 5 Januari 2025. TEMPO/Ilham Balindra

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Komposer Tony Prabowo membuka ruang bagi musikus muda menggelar konser musik kontemporer secara gratis.

  • Pentas bertajuk 'Ruang Tamu Tony' itu berlangsung di studio di Cilandak, Jakarta Selatan.

  • Ada konser hari ini, Senin, 6 Januari 2025.

KEHENINGAN menyelimuti konser ini. Sekitar 20 orang di studio seluas lapangan badminton terdiam saat suara perkusi menggelinding di kuping. Demikianlah suasana konser musik kontemporer bertajuk "Ruang Tamu Tony".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nama pergelaran itu diambil dari empunya hajat, Tony Prabowo. Tony, 68 tahun, adalah komponis Indonesia yang terkenal karena memadukan unsur musik tradisional dan modern. Dia menggelar pentas ini lewat Yayasan Rumah Musik Indonesia yang ia dirikan pada 2000 berikut gedung konser seluas 150 meter persegi itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ketua Yayasan Rumah Musik Indonesia Aditya Setiawan mengatakan pengurus yayasan terdiri atas para komposer musik kontemporer, seperti Michael Asmoro asal Yogyakarta. Aditya menyatakan konser Ruang Tamu Tony akan ditampilkan secara reguler.

Mereka telah menyiapkan pergelaran serupa pada Februari dan Maret 2025. "Paling tidak setiap bulan kami perform menampilkan musik modern dan musik kontemporer," ujar peneliti musik itu kepada Tempo di lokasi konser musik di Cilandak, Jakarta Selatan, Ahad malam, 5 Januari 2025. Konser ini berlangsung di studio yang menyimpan berbagai alat musik, seperti timpani, vibrafon, marimba, gong, dan piano.

Perkusionis asal Jerman Max Riefer tampil dalam pentas musik Ruang Tamu Tony, di Jakarta, 5 Januari 2025. TEMPO/Ilham Balindra

Menurut Aditya, "Ruang Tamu Tony" merupakan panggung bagi para seniman muda yang bergelut dalam musik kontemporer. Malam itu tampil pianis Vincent Wiguna dan Hazim Suhadi, serta perkusionis Gabriel Laufer asal Belgia dan Max Riefer dari Jerman.

Konser ini dibuka oleh Riefer yang membawakan musik Rebonds B ciptaan Iannis Xenakis dan For Raku karya Michael Asmara. "Dia sangat ingin membagi ilmunya dan kemampuan artistiknya kepada musikus-musikus muda Indonesia," kata Aditya.

Kombinasi dua pianis dan dua perkusionis itu kemudian memainkan Le Sacre du Printemps karya Igor Stravinsky (1882-1971). Kuartet itu bergulat dalam irama piano dan perkusi. Hazim mengungkapkan bahwa memainkan Le Sacre du Printemps adalah impian lamanya. Ia mengagumi karya komposer Rusia itu.

Hazim bercerita tentang latar belakang Le Sacre du Printemps. Stravinsky menciptakan lagu ini pada abad ke-20, saat dunia musik didominasi musik romantik. Sedangkan karya itu kebalikannya. "Ia melawan ekspektasi penonton pada zaman itu," ucap Hazim, 36 tahun.

Kala itu, dia melanjutkan, para penonton berharap akan menyaksikan tarian balet yang dibawakan dengan orkestra yang mengalun gemulai. Namun tidak demikian dengan Le Sacre du Printemps. "Terlalu kaku, terlalu kencang, berisik, tapi itulah maksud Igor Stravinsky," tuturnya.

Hazim mengatakan, saat lagu itu dipentaskan pertama kali pada 1913, selera pencinta musik di depan panggung terbelah. Ada yang bertepuk tangan, tapi tak sedikit pula yang mencibir. Keributan pun mencuat. Penonton meneriaki para musikus untuk turun dari panggung. Stravinsky, yang berada di balik panggung, hanya menyaksikan protes itu. "Show-nya hampir gagal," kata master pertunjukan seni piano di University of Wisconsin-Madison, Amerika Serikat, pada 2013 itu. Namun Stravinsky tak berhenti pada protes tersebut. Dia menuntaskan pentasnya.

Hazim membutuhkan dua bulan untuk bisa memainkan karya tersebut. Dia tak hanya mempelajari nada, tapi juga latar belakangnya. "Lagu ini sebenarnya lagu reduksi orkestra," ujarnya.

Dengan demikian, hal yang harus dipelajari dari musik ini, kata Hazim, adalah melodi mana yang diambil dari alat musik apa. "Bayangannya, melodi ini dimainkan dengan flute, jadi aku harus bisa bermain kayak flute. Oh, ini dimainkan dengan perkusi, maka saya harus menjiwainya seperti bermain dengan perkusi," ucapnya.

Para penampil dan penonton berfoto bersama dalam pentas musik Ruang Tamu Tony, di Jakarta, 5 Januari 2025. TEMPO/Ilham Balindra

Tahun lalu, Vincent dan Hazim memainkan Le Sacre du Printemps di Balai Resital Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Dalam pertunjukan itu, duo tersebut membawakan lagu itu dengan satu piano. "Ditulis untuk empat tangan, tapi satu piano," kata Hazim, co-founder Klassikhaus, komunitas musik yang ia sebut menjadi jembatan musik klasik dengan jangkauan penonton yang lebih luas.

Berbeda dengan penampilan tadi malam, Le Sacre du Printemps dimainkan dengan kombinasi dua pemain perkusi dan dua piano. "Biar suaranya lebih bergaung, full, dan lebih leluasa. Kalau main satu piano, biasa tabrakan, agak susah," ujar Hazim, yang bersama rekannya di Klassikhaus membawakan lagu-lagu Natal dengan musik klasik di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta Pusat, pada akhir tahun lalu.

Vincent, 29 tahun, mengatakan hal baru dalam konser semalam adalah penambahan dua pemain perkusi. Menurut dia, Laufer dan Riefer sangat piawai mengaransemen ulang serta memainkannya tanpa kehilangan roh karya tersebut. "Ini merupakan penampilan perdana The Rite of Spring versi dua piano dan dua perkusi," ucap pianis sekaligus konduktor itu. The Rite of Spring adalah terjemahan dari Le Sacre du Printemps.

Mantan drummer grup musik Gigi, Budhy Haryono, menjadi salah satu penonton konser Ruang Tamu Tony. Dia mengaku baru menggemari musik kontemporer setelah mendengarkan karya komposer Amerika Serikat dan Jerman. "Sejak itu, saya mulai suka," kata Budhy seusai konser.

Menurut Budhy, konser yang digelar Tony Prabowo itu membuka ruang bagi para pemusik yang menggeluti musik kontemporer. Dari pentas tersebut, ia yakin banyak orang Indonesia menyukai musik kontemporer. Karena itu, dia berharap pergelaran seperti ini didukung pemerintah dan digelar di tempat besar.

Komposer Tony Prabowo saat ditemui dalam pentas musik Ruang Tamu Tony, di Jakarta, 5 Januari 2025. TEMPO/Ilham Balindra

Tony Prabowo mengatakan para seniman tampil dalam konser itu tanpa bayaran. Pentas itu berlangsung dengan satu semangat, yaitu memperkenalkan musik kontemporer kepada masyarakat. "Hanya itu," tutur Tony di ruang studionya seusai konser.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Ihsan Reliubun

Ihsan Reliubun

Menjadi wartawan Tempo sejak 2022. Meliput isu seni dan budaya hingga kriminalitas. Lulusan jurnalistik di Institut Agama Islam Negeri Ambon. Alumni pers mahasiswa "Lintas" dan menyukai petualangan.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus