Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Sensasi horor ciamik Siksa Kubur ala Joko Anwar.
Deretan aktor dan aktris senior bertabur di film Siksa Kubur.
Badarawuhi meluncur lagi, melanjutkan cerita KKN di Desa Penari.
MEMAKAI gamis dan kerudung putih, Sita, remaja perempuan yang diperankan Widuri Puteri, menjadi santriwati pemberontak di sebuah pondok pesantren di Jawa Barat. Bahkan Sita berani berdebat dengan pengasuh pondok bernama Ningsih, yang diperankan oleh aktris senior Jajang C. Noer.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat Ningsih memberikan materi pelajaran tentang kehidupan manusia di alam kubur sesuai dengan ajaran Islam, Sita malah muncul dengan pertanyaan kritis. Ia tak setuju dengan konsep hukuman siksa kubur bagi orang-orang jahat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Mengapa di neraka disiksa, tapi di alam kubur juga disiksa? Mengapa agama suka menakut-nakuti manusia?" tanya Sita.
Penjelasan Ustazah Ningsih yang menyertakan dalil Al-Quran dan hadis tidak mampu merobohkan fondasi pikiran Sita. Tetap saja ia menganggap agama, neraka, dan siksa kubur hanyalah omong kosong.
Sikap kritis dan skeptis Sita terbentuk setelah kedua orang tuanya tewas akibat serangan bom bunuh diri. Pelaku bom bunuh diri memilih jalan keliru demi syahid dan terhindar dari siksa kubur.
Saat dewasa, diperankan oleh Faradina Mufti, Sita terobsesi ingin membuktikan kebenaran siksa kubur. Bahkan, lebih ekstrem lagi, ia ingin membuktikan benar atau tidaknya sebuah agama.
Sutradara Joko Anwar dalam konfrensi pers film Siksa Kubur di Epicentrum XXI, Jakarta, 3 April 2024. TEMPO/M. Taufan Rengganis
Cerita Sita itu merupakan karya terbaru Joko Anwar, sutradara yang makin identik dengan film horor setelah meluncurkan film laris Pengabdi Setan, berjudul Siksa Kubur. Film ini tayang perdana untuk wartawan pada 3 April 2024 di bioskop XXI Epicentrum, Jakarta Selatan. Untuk umum, Siksa Kubur akan tayang serentak di semua bioskop di seluruh Indonesia pada 11 April.
Film berdurasi 117 menit itu menyuguhkan cerita horor yang punya kekuatan khusus khas Joko Anwar. Film ini menampilkan penokohan yang kuat dan alur cerita yang menekan psikologis penonton tanpa ampun. Sutradara 48 tahun itu memasukkan sejumlah unsur film horor dengan kadar yang pas.
Dari sosok hantu, lonjak takut atau jump scare tipis-tipis, unsur sadis berdarah-darah, sampai pesan kebaikan agama. Joko Anwar juga menghadirkan situasi seram dengan sempurna, dari lorong-lorong gelap, kamar pemandian jenazah, sampai liang kubur. Namun, lagi-lagi, situasi dan lokasi itu dibuat dengan kadar yang tak berlebihan. Meski begitu, kesan dingin, gelap, dan hampa bisa dirasakan hingga kursi penonton.
Dari segi tata suara, Siksa Kubur tak kalah bagus dari dua film Joko Anwar sebelumnya, yakni Pengabdi Setan dan Pengabdi Setan 2, yang mengandalkan suara lonceng, termasuk penggunaan lagu-lagu lawas dalam film. Kali ini Joko Anwar memasukkan lagu Bengawan Solo karya maestro keroncong Gesang. Lagu tenang dan mendayu rupanya sanggup menjadi pelengkap keheningan yang mencekam.
Joko Anwar juga menampilkan adegan siksa kubur yang menampar. Adegan itu pun dibikin tidak berlebihan dan tak dibuat-buat. Joko Anwar mengaku seminimal mungkin menggunakan efek visual dalam adegan tersebut. Ia ingin menghadirkan adegan penyiksaan yang senyata mungkin.
Selain itu, Joko tak mau main-main dalam proses riset adegan penyiksaan dalam kubur. Termasuk memunculkan wujud Sajaul Al-Aqra. "Semuanya dari hadis, enggak ada yang mengarang-ngarang," kata sutradara kelahiran Medan itu.
Ihwal adegan penyiksaan dalam kubur, Joko Anwar juga tak seperti menggurui penonton tentang agama. Ia justru memberikan akhir kisah yang cukup terbuka demi memberikan ruang berpikir dan diskusi penonton tentang siksa kubur.
"Jadi, di sepertiga akhir film, kami berusaha berinteraksi dengan penonton. Nanti hasilnya seperti apa, kami serahkan kepada penonton," kata Joko.
Reza Rahadian (kiri) dan Slamet Rahardjo Djarot dalam film Siksa Kubur. Dok.Come And See Pictures
Siksa Kubur juga menjadi kesempatan penonton menikmati kualitas peran aktor dan aktris papan atas Indonesia. Sebut saja Reza Rahadian, Slamet Rahardjo Djarot, Christine Hakim, Arswendy Beningswara, Niniek L. Karim, dan Jajang C. Noer.
Duet Reza Rahadian dan Faradina Mufti sebagai pemeran utama memang layak diberi dua jempol. Ikatan batin serta karakter kakak-adik Adil dan Sita sangat kuat. Namun pujian lebih tinggi sangat layak diberikan kepada Slamet Rahardjo yang memerankan tokoh antagonis utama.
Dalam film ini, aktor 75 tahun itu tampil cukup banyak dan dengan akting intensif. Salah satunya saat ia menampilkan monolog tentang hidup, kematian, dosa, dan siksa kubur. Sepertinya sangat layak jika Slamet Rahardjo masuk nominasi pemeran pendukung pria terbaik dalam Piala Citra 2024.
Menariknya, Siksa Kubur akan berduel dengan film horor lain yang sama-sama punya nama besar, yakni Badarawuhi di Desa Penari. Film ini juga diputar perdana pada 11 April mendatang. Badarawuhi menjadi penerus KKN di Desa Penari yang saat ini menjadi film terlaris sepanjang masa Indonesia dengan lebih dari 10 juta penonton.
Tak jauh berbeda dengan film pertama, Aulia Sarah masih dipercaya sebagai pemeran Badarawuhi dan Diding Boneng sebagai Mbah Buyut. Ada pula tokoh baru Mila, yang diperankan oleh Maudy Effrosina, yang berurusan dengan sosok Badarawuhi. Kimo Stamboel menjadi sutradara film ini.
Badarawuhi mengungkap asal-usul Badarawuhi, siluman ular yang menguasai Desa Penari, dan bagaimana dia mencari penerusnya dari waktu ke waktu. Diceritakan bahwa Mila adalah seorang anak yang sedang kesulitan merawat ibunya yang sakit keras. Dia sedih dan khawatir karena ibunya tidak bisa diobati secara medis. Mila pun memutuskan untuk menemui paranormal yang justru menyarankan dia mencari obat ke Desa Penari.
Maudy Effrosina (kanan) dalam film Badarawuhi di Desa Penari. Dok. MD Pictures
Sesampainya di sana, Mila mengalami banyak kejadian aneh dan mistis, termasuk serangan teror dari siluman ular. Tanpa diduga, Mila ternyata dipilih Badarawuhi untuk menjadi penari di alam lain. Arwah Mila pun terjebak di dunia lain, sementara tubuhnya kaku tak berdaya.
Film ini menampilkan gaya pengambilan gambar yang sinematis dengan desain suara menegangkan. Apalagi saat pengambilan gambar di pasar, hutan, dan jalan menuju Desa Penari. Mengambil latar era 1980-an yang persis film sebelumnya, film ini memasukkan imajinasi kuliah kerja nyata pada masa lampau dan sukses membuat penonton tegang.
Dengan suasana yang sama dan tempat yang tidak banyak berubah, alur cerita yang ditampilkan agak monoton dan mudah ditebak. Namun hal itu seperti membuka kembali ingatan penonton tentang kejadian-kejadian dalam film sebelumnya.
Pemeran utama Aulia Sarah mengatakan film KKN di Desa Penari akan menampilkan sensasi baru. Ia menjelaskan, sosok Badarawuhi akan tampil lebih menyeramkan sekaligus berkarisma. "Dari sini sudah terlihat tampilan Badarawuhi yang berbeda (dari KKN di Desa Penari). Dia akan lebih gelap," ujar Aulia.
Sementara itu, bos rumah produksi film MD Pictures, Manoj Punjabi, mengatakan perubahan sosok Badarawuhi menjadi lebih gelap merupakan strategi perusahaan untuk membuka persepsi penonton sekaligus mengenalkan gaya sinematografi baru. "Tapi yang pasti Anda bisa menilai segi penyutradaraan, sinematografi, tampilan, suara dari tingkat berbeda," kata Manoj.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo