Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Dunia di Balik Plastik

Pulau Plastik menampilkan tiga tokoh yang intens bergelut dengan isu sampah plastik. Film dokumenter berdurasi 1,5 jam itu menyampaikan data dan fakta dari berbagai kota.

18 April 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Poster film Pulau Plastik. Dok pulauplastik.org

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Pulau Plastik menampilkan tiga tokoh yang intens bergelut dengan isu sampah plastik.

  • Mereka menjanjikan film ini serius tapi menghibur dan diiringi musik.

  • Film ini dimulai dari serial dokumenter di stasiun televisi lokal di Bali.

“Tidak sampai lima menit saya sudah mengumpulkan sedotan sebanyak ini,” ujar Gede Robi, vokalis band rock Navicula asal Bali, sambil memamerkan dua gepok sedotan di kedua tangannya. Robi memunguti sedotan sebanyak itu di sebuah pantai di Bali. Dalam kesempatan lain, dengan gitar yang siap dimainkan, Robi berteriak kepada ribuan penggemarnya di depan panggung bahwa Indonesia adalah negara dengan sampah plastik terbesar kedua di dunia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tampak pula Prigi Arisandi, ahli biologi dan penjaga sungai asal Jawa Timur, sedang membedah seekor ikan untuk menemukan sesuatu. Sementara itu, seorang pengacara muda lulusan Universitas Harvard, Tiza Mafira, memperlihatkan perjalanan selembar plastik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tiga orang ini adalah tokoh utama yang mewarnai film dokumenter berjudul Pulau Plastik, yang teaser-nya dirilis di kanal YouTube baru-baru ini. Film produksi Visinema Pictures itu akan diputar dalam waktu dekat. Berdurasi 1,5 jam, film Pulau Plastik disutradarai Dandhy Laksono dan Rahung Nasution serta diproduseri Lakota Moiradan dan Angga Dwimas Sasongko, dengan Ewa Wojkowska sebagai produser eksekutif.

Cuplikan film Pulau Plastik. Dok pulauplastik.org

Mereka menjanjikan film bergaya dokumenter ini serius tapi menghibur, juga diiringi musik pergerakan. Menurut Angga, film ini merupakan proyek penting. Dua sutradara yang menggarap film ini, kata Angga, memiliki visi dan kedalaman menggarap isu tersebut. "Dedikasi Robi dalam kampanye juga merupakan faktor penting yang perlu diperjuangkan. Sisanya, ini kegelisahan pribadi saya dan kehormatan bagi kami di Visinema  bergabung,” ujar Angga dalam siaran pers yang diterima Tempo belum lama ini.

Film Pulau Plastik merupakan hasil kolaborasi aksi antara Visinema Pictures, Kopernik, Akarumput, dan Watchdoc dalam menyikapi pencemaran sampah plastik di Pulau Bali dan sekitarnya. Plastik yang semula merupakan solusi untuk menekan laju deforestasi, kini menjadi masalah global baru, yang diperparah oleh pola perilaku dan gaya hidup konsumtif masyarakat.

Sebelum diputar di bioskop, film ini dibuat sebagai serial dokumenter untuk stasiun televisi lokal di Bali dan komunitas. Serial ini dibuat untuk mendorong dan memperbesar tekanan terhadap masalah sampah di Bali. “Media kampanye film dengan pendekatan lokal,” ujar Dandhy kepada Tempo, Jumat, 16 April 2021. Pendiri Watchdoc ini memulai proses produksi serial dokumenter untuk stasiun televisi itu sejak 2018.

Cuplikan film Pulau Plastik. Dok pulauplastik.org

Ternyata film ini mendapat sambutan positif dan Visinema Pictures tertarik berkolaborasi sampai akhirnya diputuskan untuk membuat dokumenter versi layar lebar. Mereka memperluas skala film, lokasi syuting, dan tokohnya. Kolaborasi Dandhy dan Rahung pun dimulai.Adapun proses produksi film dilakukan pada 2019 hingga 2021. Gambar diambil di beberapa kota di Bali dan Jawa.

 Tiga tokoh dalam film itu saling melengkapi, dari saintis, ekstraparlementer, seniman, hingga pelobi kebijakan. “Kami rasa tiga tokoh ini sangat kuat. Bukan sekadar tempelan, tapi sudah bergelut dengan isu sampah plastik ini,” ujar Dandhy.

Selama dua tahun produksi film ini, mereka mengumpulkan materi syuting dari hasil riset terhadap sejumlah sampel, yakni ikan, air minum, garam, plastik, dan feses. Mereka melakukan proses syuting seperti melakukan investigasi. Masalahnya, saat itu isu impor plastik di media massa sedang naik. Jadi, pengambilan gambar di beberapa lokasi industri yang semula longgar menjadi lebih sulit karena diperketat. Dalam penyutradaraan, kata Dandhy, ia dan Rahung sangat fleksibel. Mereka mengikuti naskah, cerita yang berkembang berdasarkan riset, dan tiga karakter yang sudah melebur dengan isu tersebut.

Penonton akan diajak mengikuti jejak ketiga tokoh itu. Film ini juga mengajak masyarakat mengenal bahaya sampah plastik dan melakukan perubahan dari hal terkecil sekaligus menerapkan kearifan lokal. “Sudah banyak inisiatif dan ragam solusi. Mari bersama menjadi bagian dari solusi ini,” ujar Ewa Wojkowska, Chief Operating Officer Kopernik.

DIAN YULIASTUTI
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus