Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO, Jakarta - Sutradara sekaligus maestro seni, Garin Nugroho kembali menyiapkan karya terbarunya. Menggabungkan film, tari, teater dan choir dalam lagu-lagu Melanesia, Garin bakal mementaskan karya seni pertunjukan kontemporer berjudul Planet Sebuah Lament di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pada 17 dan 18 Januari 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pementasan tersebut menceritakan tentang bagaimana manusia harus menghadapi alam dan isinya yang berubah serta bagaimana mendapatkan energi dan pangan dengan cara yang baru. “Ini kisah fiksi pasca tsunami, kisah ini menunjukan bahwa alam telah berubah, dan kita harus menemukan cara-cara baru untuk mendapatkan energi dan ketahanan pangan” ujar Garin dalam wawancara lewat telepon dengan Tempo, Rabu, 8 Januari 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sutradra film Kucumbu Tubuh Indahku ini memilih lagu-lagu lament dari Melanesia, seperti Papua dan NTT. Lament, menurutnya adalah sebuah ratapan duka untuk kebangkitan bersama. “Lagu yang berkisah kalo ada orang mati, kota terkena bencana atau pasca perang. Itu akan menyanyikan lagu sedih untuk kebangkitan bersama” katanya.
Garin mengaku sengaja memilih isu lingkungan karena menurutnya pada 2019 saja tercatat terjadi 4000-an bencana. Belum lagi yang terjadi di Australia dan daerah-daerah Melanesia liannya seperti Papua sampai Hawaii. Hal tersebut terjadi karena ulah manusia juga. Garin berharap penonton bisa menyadari dan bisa berbuat sesuatu untuk menjaga lingkungan.
Pertunjukan seni ini juga akan menampilkan Arianto Manali, seorang seniman tari yang kisah hidupnya menginspirasi film Kucumbu Tubuh Indahku. Selain Arianto, terdapat juga beberapa seniman dari luar daerah antara lain, Mazmur Chorale, Boogie Papeda, Douglas D’Krumsper dan Bekham Dwaa dari Papua.
Ditengah kesibukannya mempersiapkan pentas ini, Garin Nugroho juga berencana membuat sebuah film baru bertema pengadilan. “Sedang dalam proses negosiasi dengan sponsor. Dan masih dalam proses penulisan sekenario,” tuturnya.
M RYAN HIDAYATULLAH