Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Hamida, Hamido, dan Nawal

4 Mei 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

THE CIRCLING SONG
Pengarang: Nawal el Saadawi
Penerjemah: A. Rahman Zainuddin
Penerbit: Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, Februari 2009
Tebal: 184 halaman

ADA banyak cara untuk membuka cerita. Nawal el Saadawi, novelis dan dokter paruh waktu di Mesir,memilih cara yang filmis untuk novelnya, The Circling Song (Lagu Berputar), yang baru diterbitkan di Indonesia. Awalnya dia menjadi orang pertama dalam ceritanya. Ketika ia hampir menjadi pemeran utamanya, cerita beralih kepada Hamida-Hamido-kembar identik yang kemudian menjadi pemeran utama dalam cerita ini. Nawal lalu hadir lagi di ujung cerita.

Novel berlatar kehidupan di Mesir pada awal 1970-an ini terilhami lagu yang biasa dimainkan anak-anak di negerinya, The Circling Song. Anak-anak menyanyikan lagu ini berulang-ulang sembari terus berputar, dan ketika lagu itu dimulai lagi dari awal, gema dari ujung lagu belum lagi hilang. Dari sebuah titik saat lagu itu dimainkan Nawal memulai ceritanya.

Seorang anak tiba-tiba terlepas dari lingkaran dan terhenti tepat di depannya. Nawal menemukan wajah anak itu mirip wajahnya. Namanya Hamida, nama yang diucapkan terus-menerus di lagu itu. Dari sini Nawal memindahkan pemeran utama cerita itu pada Hamida dan, saudara kembarnya, Hamido.

Hamida dan Hamido dibesarkan di rumah yang terpisah. Tapi keduanya biasa bertemu saat memainkan Lagu Berputar. Suatu hari mereka benar-benar dipisahkan, setelah ibunya menemukan pakaian sekolah Hamida tak muat lagi di bagian perutnya, setelah sebuah mimpi aneh. Suatu malam seorang lelaki yang wajahnya sangat ia kenal dan berbau tembakau menindihnya. Mimpi itu amat aneh, sehingga keesokan harinya beberapa bagian tubuhnya lebam, selangkangannya berdarah, perutnya membuncit, dan ibunya membuangnya ke atas kereta seperti sampah yang dinaikkan ke truk sampah.

Dari sini, Nawal membawa Hamida dan Hamido menelusuri kehidupan di negerinya yang korup dan brutal. Ini sesungguhnya potret pemerintahan di negerinya saat itu dan titik fokal karya-karyanya yang sudah dialihbahasakan ke dalam tak kurang 12 bahasa ini. Di antara karyanya yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah Perempuan di Titik Nol dan Jatuhnya Sang Imam. n

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus