Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Hanya maut

Sutradara: hasmanan produksi: pt rapi film pemain: leni marlina, marlia hardy resensi oleh: salim said. (fl)

3 April 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SELALU DI HATIKU Sutradara: Hasmanan Skenario: Arifin C. Noor & Hasmanan Ide Cerita: Rudi Lukito *** INI cerita seorang mahasiswi pintar dan cantik dan ketemu pengusaha muda dan ganteng. Seperti kisah dalam dongeng-dongeng lama, mereka saling jatuh cinta setelah bertemu mata dan saling berkenalan. Tidak dari keluarga, bukan lantaran saingan, tidak lantaran kesulitan hidup di kota Jakarta cinta mereka sempat tersendat. Cinta merela lancar bagai air sungai yang mengalirkan air ke hilir selepas hujan. Dan kalau dari kedua pasangan sukses ini lahir bayi mungil yang segera jadi gadis kecil yang cerdas dan tidak kurang manis, memang sudah harus demikian -- kata sahibul hikayat. Sang pemuda, Arif Budiman (Hendra Cipta) adalah pemilik perusahaan periklanan. Kongsinya, Kus Subroto (Kusno Sudjarwadi), adalah teman kerja yang baik. Dan perusahaan yang bermula dengan modal warisan ayal Arif tentu saja berkembang pesat, sehingga sang direktur tidak saja mendapatkan rumah mewah setelah kawin tapi juga kantor baru bagi perusahaannya. Nampaknya Lily Atmaja (Lenny Marlina) adalah puteri tunggal dari seorang berada di Garut. Dan ambisinya untuk jadi ahli ilmu jiwa tidak padam meski telah jadi ibu. Sebenarnya konflik bagi film ini bisa muncul di sini. Ketika baru saja melahirkan, Lily sudah merisaukan -- dengan air mata, bahkan -- perpisahannya dengan Santi (Santi Sardi) jika ia harus kuliah. Dan ketika pada suatu kali Arif risau, Kus Subroto tanpa dengan nasehat yang mendakwa suami isteri itu sama-sama ambisius. Tapi di layar putih, konflik yang bisa menarik ini sama sekali dilupakan oleh sutradara Hasmanan. Kus Subroto sebenarnya juga bisa jadi sumber konflik. Cara Hasmanan menampilkan tokoh ini agak mencurigakan di awal film. Saya menduga tokoh ini punya bakat licik, yang kemudian bisa berkembang jadi tokoh curang dalam usaha bersama. Tapi makin lama makin jadi orang baik saja Kus yang satu ini. Ada juga konflik yang bisa ditumbuhkan dari fihak keluarga Lily Atmaja di Garut, ketika sang ibu (Marlia Hardy) didesak pulang oleh anaknya yang tidak suka terlalu memberatkan suami. Tapi ini pun dibiarkan berlalu. Sedikit Berlebihan Walhasil, satu-satunya ketegangan dalam film ini muncul ketika maut mulai menyeringai lewat penyakit tipus. Keluarga yang aman damai dan penuh bahagia itu tiba-tiba berhadapan dengan kemungkinan pahit. Dan hal itu tidak bisa dielakkan, meskipun datangnya sangat lambat -- sebab justru di situlah saat-saat kritis bagi tontonan ini. Ada pun tingkah laku Arif selepas kematian Lily, seeara akal sehat memang bisa diperhitungkan. Meskipun penggambarannya boleh dianggap sedikit berlebihan. Dan jika Santi pada akhirnya memerankan tokoh penyadar dan pemberi harapan bagi ayahnya yang pedih, dari semula bintang kecil puteri Idris Sardi itu sudah dipersiapkan oleh Hasmanan. Jadi film ini memang tidak mengandung kejutan. Tapi justru dalam keadaannya yang dingin macam itu ia tidak kurang menarik. Meskipun belum mencapai tingkat Rio Anakku (karya Hasmanan yang mendapat hadiah di Festival Film Surabaya), tapi suasana yang diinginkan si pembuatnya dicapai oleh film ini. Dari sebuah cerita yang memang tidak dilengkapi dengan tanda seru, Hasmanan berhasil menyelesaikan filmnya. Dengan bantuan para pemain, kerja kamera Haji Syamsudin dan pemaduan gambar (editing) oleh Yanis Badar, film yang skenarionya ditulis nleh Arifin dan Hasmanan ini pantas menjadi tontonan yang menarik. Sepanjang kita bersedia mengikuti keinginan sutradara untuk hanya mempersoalkan konflik manusia dengan kematian -- sambil menyisihkan konflik manusia dengan sesamanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus