KAWIN LARI
Ide cerita: Tennese Williams
Skenario: N. Riantiarno & Teguh Karya Sutradara: Teguh Karya
***
MEMBUAT "sebuah komedi pahit tentang seorang ibu yang sibuk
mencari menantu untuk anak gadisnya yang telah telanjur menjadi
perawan tua" adalah ide yang mendorong Teguh Karya membuat
film ini. Maunya sang sutradara, Willy (Herman Masduki) telah
menjadi jejaka tua, demikian pula adiknya, Anna (Christine
Hakim), ketika film dimulai. Tapi baik fisik maupun tingkah laku
serta cara dan teman bergaulnya si Willy, tidak bisa mendesak
kita untuk yakin bahwa ia jejaka tua. Dan Anna yang lewat dialog
ibunya diperkenalkan sebagai "gugup dan merasa tidak berharga
lagi sebagai seorang wanita", tingkah laku dan gerak polahnya
ternyata hanya mengingatkan kita pada orang-orang yang IQ-nya
sedikit di bawah normal.
Dan seorang Jaka, anak muda yang normal, tidak jelek -- meski
pun dipaksa berpakaian agak arkhaik oleh si pembuat film --
cukup terpelajar, jatuh cinta kepada si Anna. Ini kasus memang
istimewa, kendati sedikit sulit dimengerti. Cinta atau kasian,
itu kurang jelas, tapi Jaka (Slamet Raharjo) di sini digambarkan
betul-betul suka pada Anna.
Pada suatu hari, ibu (Tuti Indra Malaon) mengetahui bahwa "Jaka
adalah anak Rd. Tatang dari perkawinannya dengan Nyi Saodah:
seorang perempuan yang dalam kehidupan ibu merupakan duri semasa
suaminya masih hidup. Van Nijs yang dikiranya setia, beberapa
kali kedapatan nyeleweng dengan isteri Rd. Tatang ini". Ibu
menolak Jaka? Ada alasan, dong. Tapi berapa sebenarnya umur
kedua anak Van Nijs itu ketika film ini dibikin? Melihat
fashbacknya, jelas kedua anak itu lahir sebelum perang,
sementara kisah ini berlangsung di tahun 1975 (pehatikan moael
mobil Toyota yang ditumpangi Mike Wijaya dan Slamet Raharjo).
Umur mereka yang cukup gawat itu, ternyata tidak kompak dengan
penampilan dalam gambar hidup ini. Baik si Willy, Anna, Jaka
maupun ibu yang masih kelihatan amat lincah dan gesit.
Kisah yang disadur dari karya pengarang Amerika yang amat
terkenal ini sebenarnya bukan bahan baru bagi Teguh Karya.
Sekitar 10 tahun silam sandiwara Permainan Gelas karya Tennese
Williams ini telah dipentaskan pula oleh Teguh. Di sana cerita
itu bernada sayu. Kalau saja Teguh juga suka melihat Kawin Lari
sebagai melodrama dan tidak memaksa pemainnya untuk memancing
ketawa, karya terbaru Teguh Karya ini niscaya akan jaya lagi
macam yang dulu-dulu. Karena harus membuat komedi itu pulalah
rupanya maka permainan para bintangnya menjadi dibuat-buat. Akan
halnya Christine Hakim, nyata betul bahwa ia korban dan salah
tafsir sang sutradara terhadap peran Anna.
Apa boleh buat, memang. Ketelitian dan kecermatan Teguh Karya
yang mashur sejak lama itu, kali ini cuma terlihat pada dekor
dan set studionya tidak pada cerita maupun pemainnya. Tapi empu
sekali pun tidak selalu menciptakan masterpiece, bukan?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini