Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Intuisi dan Getaran Garis Sutjipto Adi

Sutjipto Adi menghadirkan vibrasi goresan tinta yang mencerminkan kekuatan alam. 

 

5 November 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Sejumlah pengunjung hadir di pameran tunggal Sutjipto Adi berjudul Force Avenue, di Galeri ZEN1, Jakarta, 27 Oktober 2023. Tempo/Indra Wijaya

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Pelukis senior asal Yogyakarta itu menggelar pameran tunggal bertajuk Force Avenue di Galeri ZEN1, Jakarta, hingga 11 November mendatang. 

  • Goresan dan getaran kuas Sutjipto Adi menghadirkan garis rapat dan berwarna. 

  • Permainan warna menjadi kekuatan garis Sutjipto Adi.

Lukisan besar berukuran 200 x 465 sentimeter itu menjadi penyambut tamu yang hadir di Galeri ZEN1 di kawasan Dukuh Atas, Menteng, Jakarta Pusat, 27 Oktober lalu. Jika dilihat, lukisan itu terdiri atas tiga panel kanvas. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sekilas mirip etalase toko kain batik semacam di Pasar Klewer, Surakarta, Jawa Tengah. Motif kotak-kotak dengan penataan warna yang beragam tampak nyaman di mata. Pada bagian tengah lukisan, terdapat warna merah muda yang melintang horizontal seakan-akan membagi kanvas menjadi dua bagian yang sama luas, atas dan bawah. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jika disimak lebih dekat, akan tampak pola pembuatan garis yang sangat rumit. Betapa tidak, garis tersebut tercipta seperti melalui proses vibrasi atau getaran tangan dengan media cat akrilik ke atas kanvas. 

Lukisan berjudul Membaca Intuisi merupakan salah satu karya andalan pelukis Sutjipto Adi dalam pameran tunggalnya bertajuk "Force Avenue", yang berlangsung pada 21 Oktober lalu hingga 11 November. 

Lukisan berjudul Membaca Intuisi I. Tempo/Indra Wijaya

Ada pula karya lukis Sutjipto Adi berjudul Irama Intuisi yang tak kalah memukau. Karya berukuran 100 x 240 sentimeter itu menampilkan vibrasi tangan dan cat akrilik ke seluruh permukaan kanvas. Hebatnya, goresan vibrasi ini menciptakan garis vertikal rapat berkelir cokelat. 

Selintas kanvas tersebut terlihat seperti kain batik atau kain yang memiliki serat dan rajutan benang yang besar. Selanjutnya, Sutjipto menambahkan titik-titik cat akrilik beragam warna, dari putih, merah, hitam, biru, hingga hijau yang membentuk pola segitiga. Kombinasi warna tak beraturan itu menciptakan pola mirip palet cat yang sudah tak terpakai. 

Lukisan berjudul Irama Intuisi. Tempo/Indra Wijaya

Ada pula lukisan berjudul Enerji Rasa 1 yang seolah-olah membagi kanvas berukuran 115 x 210 sentimeter menjadi tiga bagian. Lagi-lagi vibrasi tangan Sutjipto Adi sukses menghadirkan garis-garis vertikal yang konsisten dan tegak. 

Ketiga bagian terdiri atas warna berbeda, yakni garis-garis dengan dominasi warna biru tua, ada pula yang berwarna abu-abu tua, dan abu-abu muda. Kombinasi dan sapuan cat yang memukau membuat lukisan tersebut tampak seperti lembaran selimut. 

Kurator pameran Rizki A. Zaelani mengurai karya-karya Sutjipto Adi ke dalam tiga unsur. Pertama, unsur simbol spiritual, gambaran tentang ruang, dan penjelajah masalah batas. Menurut Rizki, karya-karya Sutjipto menyajikan perubahan signifikan dari cara pandang ataupun sikap seni yang dikembangkan sang seniman. 

Selain itu, Rizki menyebutkan simbol spiritual sudah mengalami perubahan. Saat ini simbol spiritual telah bertransformasi menjadi tindakan mencipta, seperti yang dilakukan Sutjipto Adi. "Dalam hal ini, ia tidak lagi menghadirkan dimensi persoalan spiritual dengan cara menunjukkan simbol, melainkan dengan cara memperagakannya," kata Rizki. 

Lukisan berjudul Membaca Intuisi. Tempo/Indra Wijaya

Ia juga mencatat bagian paling mengagumkan dari karya-karya Sutjipto Adi adalah permainan warna yang terasa sebagai efek optis, seperti kilauan atau permainan dampak gelap-terang yang hidup. Menurut dia, efek permainan warna itu tak selalu dinyatakan dengan jelas dan tegas karena terkadang juga tersamar dalam jalinan penumpukan jenis-jenis garis berwarna. 

Keseluruhan permainan warna ini dinyatakan dalam diagram yang terdiri atas komposisi garis unik yang membentuk aliran jalur mengandung daya kekuatan hidup. Sutjipto Adi menyebutnya sebagai force avenue. "Ia memahami force sebagai daya kekuatan hidup yang dikandung semesta alam," tutur Rizki. 

Nama Sutjipto Adi sejatinya sudah kondang di kancah seni Tanah Air sejak 1980-an. Ia mampu menciptakan karya realis dan surealis sama baiknya. Beberapa tahun terakhir, ia dikenal dengan karya vibrasi dalam pola garis. 

Saat membuka pameran tunggalnya, "Force Avenue", Sutjipto Adi berbicara tentang pentingnya membawa energi positif dalam membuat karya. Tujuannya agar karya yang dibuat punya nilai lebih tinggi. "Saya bikin lukisan dalam keadaan senang, jadi rasa senang itu bisa tersampaikan ke orang yang melihat," kata dia. 

Sebaliknya, jika sedang marah atau susah hati, ada baiknya dia rehat sejenak. Sebab, ia percaya, jika vibrasi dan garis dibuat dengan kemarahan, energi negatif itu akan menempel pada karya, dan itu tidak akan membawa efek yang baik bagi orang lain. 

Sutjipto, menurut Rizki, juga berbicara tentang makna abstrak yang menurut dia punya esensi sendiri. Dengan kata lain, membuat karya abstrak tak semudah melempar cat dan kuas ke atas kanvas. "Bukan corat-coret, melainkan harus belajar dulu esensinya. Untuk saya belajar esensi abstrak itu bisa satu tahun untuk paham." 

INDRA WIJAYA

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus