Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Pelukis Sri Warso Wahono berpulang pada Rabu lalu, 4 Desember 2024
Ia kurang produktif, tapi berhasil menggelar pameran sepenuh hati pada 2018.
Warso menggunakan bentuk wayang kulit rampogan untuk menyampaikan hal-hal aktual.
PELUKIS Sri Warso Wahono merayakan 70 tahun usianya dengan berpameran tunggal di Bentara Budaya Jakarta, Agustus 2018. Pameran ini dibuka oleh Pramono Anung, calon Gubernur Jakarta 2024-2029 yang kala itu menjabat Sekretaris Kabinet. Pameran ini menunjukkan bahwa pelukis kelahiran Solo, Jawa Tengah itu mudah memasuki kalangan pemerintah, terutama yang berhubungan dengan kesenian. Semula dia di Dinas Kebudayaan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, kemudian di pemerintah pusat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam pembukaan pameran itu, Pramono bercerita, ia sempat bingung luar biasa beberapa hari sebelum pembukaan. Ia sudah kadung bersedia membuka pameran Warso tapi mendadak ada undangan rapat dengan Presiden Joko Widodo. Dua-duanya tidak bisa ia tinggalkan. Agak nekat, Pramono memberanikan diri mengusulkan kepada Presiden agar rapat diadakan pukul 16.00 supaya selesai sebelum malam. Alhamdulillah, Presiden setuju.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Warso hijrah ke Jakarta pada 1976 karena dilibatkan dalam tim persiapan peresmian Balai Seni Rupa Jakarta, yang kemudian dinamai Museum Seni Rupa dan Keramik (MSRK). Peresmian Balai itu disertai pameran bertajuk “Seabad Seni Lukis Indonesia”. Sebenarnya, tim pameran meminta Warso mengikutsertakan karyanya, antara lain karena ia pernah berpameran tunggal di Solo pada 1973. Namun, Warso menolak. Tidak etis, kata dia, karena dirinya ada dalam tim.
Pramono Anung dan pelukis Sri Warso dalam pembukaan pameran lukisan Sri Warso di Bentara Budaya, Jakarta, 9 Oktober 2018. Dok. Sekretaris Kabinet
Ketika menjabat anggota tim penyiapan Balai itulah pintu masuk menjadi pegawai Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terbuka. Walhasil, Warso pun berstatus pegawai negeri di Dinas Kebudayaan Pemprov Jakarta. Ia ditugasi menangani sisi seni rupa, dipindah-pindah ke beberapa museum: dari Balai Seni Rupa Jakarta, Museum Sejarah Jakarta, kemudian Museum Wayang, sampai akhirnya pada 2000 diangkat menjadi Kepala MSRK. Sebelum pensiun pada 2014, Warso ditugasi menjadi konsultan seni di Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki. TIM merupakan kawasan yang tidak asing bagi Warso karena dia menjadi anggota Dewan Kesenian Jakarta pada 1985-1988, 1990-1993, dan 1993-1995.
Tampaknya tugas sebagai pegawai Dinas Kebudayaan membuat Warso kurang produktif dan kurang konsentrasi melukis. Ia pernah berpameran dua kali di Solo pada 1973 dan 1975. Tapi, baru pada 1987 ia bisa berpameran tunggal di Jakarta sejak tinggal di Ibu Kota.
Di sisi lain, tugas Warso di Museum Wayang tampaknya memberi inspirasi. Di museum ini ia meyakini bentuk wayang kulit “rampogan” bisa mewadahi aspirasi melukis untuk menyampaikan hal-hal yang aktual: gegeran sosial. Tema rampogan muncul dalam beberapa pameran tunggal dan pameran bersama.
Rampogan adalah gambaran suatu bala tentara yang bergerak menuju peperangan. Bentuk wayang rampogan beragam. Satu bentuk hanya menyajikan sepasukan prajurit jalan kaki dengan tombak atau pedang serta perisai. Bentuk lain berupa barisan prajurit berkuda. Ada juga yang menambahkan sepucuk atau lebih meriam di antara prajurit-prajurit itu. Bentuk keseluruhan wayang rampogan persegi dengan sudut tidak tajam.
Lukisan karya Sri Warso Wahono dalam pameran tunggal Komposisi 50 di Galeri Cipta II, Taman Ismail Marzuki (TIM), 21 Juni 2012. Dok. TEMPO/Dasril Roszandi
Warso mengamati itu semua. Lalu, dengan aura rampogan Warso menggambar tema yang ia inginkan. Maka lahirlah berbagai rampogan. Di antaranya adalah Rampogan Bank Century, Rampogan Banggar, Rampogan Mintorogo, dan Rampogan Ibu Pertiwi. Tidak semua lukisan yang terinspirasi oleh bentuk rampogan diberi judul “rampogan”. Misalnya, ada Cermin Pecah e-KTP dan Alap-alap Jokowi-JK.
Menurut Efix Mulyadi, penulis katalog pameran Warso pada 2018, lukisan rampogan pertama Warso bertahun 1998. Dua puluh tahun kemudian, dalam pameran tunggal Warso pada 2018 tema “rampogan” mencapai titik kulminasi. Pameran itu bertajuk “Kidung Rampogan”.
Rupanya itu pameran tunggal sebelum pameran terakhir Warso di Balai Budaya pada 2019. Pada Rabu, 4 Desember 2024, Warso kembali kepada Yang Maha Pencipta. Pameran tunggal tersebut bisa terwujud antara lain karena Warso sudah tidak aktif sebagai konsultan artistik Taman Ismail Marzuki yang ia jabat sejak 2005 hingga 2015, ketika heboh masalah revitalisasi TIM dan Badan Pengelola Pusat Kesenian TIM pindah tangan ke Unit Pengelola Teknis, badan struktural Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo