Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Jurnalisme Investigasi Itu Mengasyikkan

Buku terbaru Susan Orlean, tentang kisah nyata gairah orang pada buku. Diselingi penyelidikan terhadap kebakaran hebat Perpustakaan Publik Los Angeles.

23 Februari 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
The Library Books

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BAGI Susan Orlean, informasi yang menarik bisa datang dari mana saja. Instingnya sebagai wartawan The New Yorker selalu terasa dalam tiap bukunya yang menghadirkan kisah-kisah nyata yang tak terungkap media massa. Sementara ia menelisik gairah orang pada anggrek dalam The Orchid Thief, dalam buku terbarunya ini ia mengulik hasrat terdalam manusia pada buku dan ilmu pengetahuan.

Orlean pencerita yang piawai. Ia paham tulang punggung cerita adalah manusia. Maka, meski pusat The Library Books adalah Perpustakaan Publik Los Angeles, Orlean berangkat dari kisah orang-orang yang terhubung dengan perpustakaan itu. Pengait pokoknya adalah kebakaran hebat yang menghancurkan lebih dari 1 juta koleksi pada 29 April 1986—hari ketika Presiden Ronald Reagan bertolak ke Indonesia untuk sebuah kunjungan kerja.

Dalam jurnalistik, kebakaran perpustakaan terbesar dalam sejarah Amerika Serikat itu disebut sebagai pasak berita (news peg). Ialah yang membuat informasi di sekitarnya membumi karena menjadi pengetahuan umum. Tugas wartawan menyelidiki cerita di balik peristiwa yang bercokol dalam ingatan publik itu. Story behind the news yang digali Orlean dalam buku ini adalah gairah orang pada buku, cerita para pustakawan yang menaruh hidup untuk ilmu pengetahuan, sejarah buku, dan perpustakaan.

Orlean tahu belaka bahwa sebuah cerita besar dan sejarah panjang memerlukan fokus. Maka ia menyajikan biografi Harry Peak, seseorang yang mengaku telah membakar perpustakaan itu di sebuah pagi yang tenang. Peak seorang pembual yang meyakinkan, seorang histrionik yang menjadi gay karena acap patah hati ditinggal kekasih-kekasih perempuannya. Ia hijrah ke Los Angeles untuk menjemput impiannya menjadi aktor terkenal.

Ide menulis buku ini datang secara kebetulan. Orlean mendatangi Perpustakaan Publik Los Angeles untuk mengantar anaknya mengerjakan tugas sekolah awal tahun lalu. Saat ia sedang membaca buku di sana, seorang petugas mengatakan asap sisa kebakaran 1986 masih tercium dari halaman-halaman buku lama.

Orlean terkejut dengan informasi itu. Ia lalu mencari berita seputar kebakaran yang “tak akan dilupakan orang Los Angeles” tersebut. Orlean memutuskan menyelidiki peristiwa itu karena berita-berita di sekitar hari kejadian tak mengungkap secara gamblang motif di balik pembakaran. Harry Peak hanya ditahan tiga hari, dan tak pernah jelas untuk apa ia membakar buku.

Pertanyaan sederhana ini membawa Orlean ke banyak informasi lain yang mengejutkan. Ia mendatangi keluarga Peak di Santa Fe, bertemu dengan adik dan kakaknya, yang bercerita dengan antusias tentang laki-laki yang meninggal pada 1993 di usia 34 tahun karena HIV/AIDS itu. Agaknya Peak termasuk orang pertama yang menjadi korban virus yang menyerang kekebalan tubuh ini.

Orlean dengan sengaja menyimpan kisah dan motif Peak membakar perpustakaan di seperempat buku. Cara ini sukses menunda klimaks dan menggeret pembacanya mengikuti apa yang ia lakukan dalam menginvestigasi sejarah perpustakaan itu. Ada banyak cerita menarik di dalamnya: bagaimana pustakawan pertama membangun jaringan buku hingga gairah orang Los Angeles mendirikan kembali perpustakaan yang hancur setelah kebakaran itu.

Tak lupa, Orlean memasukkan cerita pribadinya. Inilah alasan pokok ia menulis buku ini: berterima kasih kepada ibu yang mengenalkan ia sejak usia awal kepada buku dan perpustakaan. Berkat ibunyalah Orlean menjadi orang yang mencintai buku dan masygul hingga hari ini lantaran sejarah manusia penuh dengan cerita pembakaran buku. Toh, untuk memahami karakter Harry Peak, ia mencoba membakar buku Ray Bradbury, Fahrenheit 451. “Buku itu meledak,” katanya. Ia merasa jijik dengan realitas yang ia lihat.

Penasaran yang tertunda tentang motif Harry Peak membakar buku ia hidupkan lagi menjelang akhir cerita. Dengan mewawancarai ahli forensik serta memeriksa catatan medis dan kepolisian, Orlean tak secara jelas menemukannya. Peak terlalu banyak membuat alibi yang bertolak belakang dan membantah sendiri pengakuannya.

Dari cara Orlean menggali pelbagai informasi dan menuliskannya, jurnalisme investigasi terlihat sebagai ranah yang mengasyikkan karena menantang dan menggairahkan rasa penasaran dan ingin tahu. Buku ini adalah monumen Orlean sebagai wartawan dan penulis untuk para pencinta buku dan cerita.

BAGJA HIDAYAT


 

THE LIBRARY BOOKS

Penulis : Susan Orlean

Penerbit : Atlantic Books, 2018

Tebal : 336 halaman

Harga : Rp 305.882

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Bagja Hidayat

Bagja Hidayat

Bergabung dengan Tempo sejak 2001. Alumni IPB University dan Binus Business School. Mendapat penghargaan Mochtar Loebis Award untuk beberapa liputan investigasi. Bukunya yang terbit pada 2014: #kelaSelasa: Jurnalisme, Media, dan Teknik Menulis Berita.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus