Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Kasus Ratna Sarumpaet, Seniman Yogya Larung 5 Wayang Antagonis

Sejumlah seniman di Yogyakarta punya cara sendiri untuk menyikapi kasus Ratna Sarumpaet dan berbagai kabar hoax yang beredar di masyarakat.

9 Oktober 2018 | 17.22 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Aktivis Ratna Sarumpaet mengenakan rompi tahanan setelah menjalani pemeriksaan di Ditreskrimum Polda Metro Jaya, Jakarta, Jumat, 5 Oktober 2018. Ratna Sarumpaet, tersangka penyebaran berita bohong atau <i>hoax</i> tentang penganiayaan dirinya, resmi menjadi tahanan Polda Metro Jaya hingga 20 hari. ANTARA FOTO/Reno Esnir

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Bantul - Kebohongan yang disampaikan Ratna Sarumpaet beberapa waktu lalu juga direspons para seniman di Yogyakarta. Sejumlah seniman, budayawan dan masyarakat yang bergabung dalam Gerakan Rakyat Anti Hoax (Gerah) menyikapinya dengan melarung atau menghanyutkan lima wayang lakon antagonis melalui ritual budaya ke Pantai Parangkusumo di Bantul, Senin, 8 Oktober 2018 sore.

Lima wayang yang dimaksud adalah Sengkuni, Dasamuka, Dursasana, Sarpokenoko, dan Tjitraksi. Kelima tokoh wayang itu dikenal mempunyai karakter buruk.

Sengkuni simbol sifat licik, jahat, angkara murka, dan suka berbohong. Dasamuka berwatak serakah. Dursasana suka hantam kromo. Sedangkan Sarpokenoko dan Tjitraksi melambangkan sifat tak baik dan pengecut.

“Biar watak pembohong atau penyebar berita bohong dan ujaran kebencian tidak ada lagi di Nusantara,” kata Penasehat Gerah Bondan Nusantara melalui pesan singkat kepada Tempo, Senin, 8 Oktober 2018 petang.Para seniman melarung lima wayang lakon antagonis melalui ritual budaya ke Pantai Parangkusumo di Bantul, Senin, 8 Oktober 2018 sore.. (Dok. Gerah)

Pantai Parangkusumo yang acapkali menjadi ajang ritual larungan dipilih menjadi lokasi pelarungan lima tokoh wayang. “Karena tempat samudera adalah symbol kebesaran jiwa untuk menerima segala macam kebaikan, keburukan, termasuk kotoran,” kata Bondan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Koordinator Gerah Anter Asmorotedjo menegaskan, pemilihan lima tokoh wayang berkarakter antagonis yang dilarung mengandung harapan agar masyarakat mendapat tuntunan untuk menghindari dari hal-hal yang tidak baik dan memilih menyebarkan kebaikan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Sengkuni dibuang ke laut itu simbol harapan agar perilaku elit politik lebih berbudaya,” kata seniman tari itu, seperti tertuang dalam siaran pers yang diterima Tempo.

Menurut Anter, ada banyak wajah Sengkuni hadir dalam politik elit saat ini. Laku budaya itu diharapkan bisa mengubah wajah Indonesia menjadi lebih bermartabat. “Apalagi tahun depan tahun politik. Biar watak licik, culas, suka bohong, dan jahat tak eksis di negeri ini,” kata Anter.Para seniman melarung lima wayang lakon antagonis melalui ritual budaya ke Pantai Parangkusumo di Bantul, Senin, 8 Oktober 2018 sore.. (Dok. Gerah)

Ritual larung wayang itu dilakukan tiga orang penari yang diikuti 20 orang seniman dan warga sekitar. Sebelumnya, ketiga penari itu menggelar pementasan Tari Larung Brahala di pantai tersebut. Nama tarian yang berarti membuang segala sifat buruk itu ditarikan tiga penari berkostum serba merah.

Mereka menari sembari membawa sejumlah ubarampe. Penari paling depan membawa keranjang berisi bunga tabur. Penari di tengah membawa nampan berisi batang-batang dupa. Sedangkan penari paling belakang membawa anak-anak wayang.

Baca: Ahmad Dhani Mengaku Bingung Atas Pengakuan Ratna Sarumpaet

Tarian itu diiringi syair tembang Macapat Dandanggula berjudul Tulak Bala atau menolak keburukan. “Tarian itu diciptakan Anter tiga hari lalu,” kata Bondan.

Pito Agustin Rudiana

Pito Agustin Rudiana

Koresponden Tempo di Yogyakarta

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus