Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Satu Rumah, Banyak Khazanah

Rumah jabu dari Karo unik karena tiap rumah dihuni delapan keluarga. Bisa jadi solusi kesulitan perumahan di kota besar.

11 Januari 2024 | 00.00 WIB

Maket rumah tradisional masyarakat Batak Karo, Siwaluh Jabu, dalam pameran ekskursi arsitektur Universitas Indonesia di galeri Emiria Soenassa, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 9 Januari 2023. TEMPO/ Jihan Ristiyanti
Perbesar
Maket rumah tradisional masyarakat Batak Karo, Siwaluh Jabu, dalam pameran ekskursi arsitektur Universitas Indonesia di galeri Emiria Soenassa, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 9 Januari 2023. TEMPO/ Jihan Ristiyanti

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Ringkasan Berita

  • Mahasiswa Arsitektur Universitas Indonesia memamerkan hasil studi ekskursi mereka tentang rumah tradisional masyarakat Karo di Taman Ismail Marzuki.

  • Siwaluh jabu, sebutan bagi rumah adat tersebut, unik karena dihuni bersama oleh delapan keluarga.

  • Guru besar Arsitektur UI, Kemas Ridwan Kurniawan, mengatakan konsep kebersamaan dalam arsitektur siwaluh jabu bisa diterapkan di rumah modern, khususnya di permukiman padat di kota besar.

DINDA tampak asyik memotret berbagai sudut maket rumah adat masyarakat Karo dengan kamera DSLR-nya. “Menarik. Bangunan rumahnya dibangun hanya dengan disambung antar-kayu. Saya baru tahu ini,” kata perempuan 27 tahun itu di pameran ekskursi arsitektur Universitas Indonesia di Galeri Emiria Soenassa, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Selasa, 9 Januari lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Dinda, warga Tangerang yang mengunjungi TIM untuk mencari obyek foto menarik, sebelumnya tidak mengenal siwaluh jabu—sebutan bagi rumah tradisional asal Sumatera Utara tersebut. Dalam bahasa Karo, siwaluh berarti delapan dan jabu berarti rumah. Artinya, di setiap rumah dihuni oleh delapan keluarga.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Selain memamerkan maket arsitektur, ekshibisi itu menampilkan potret-potret foto keseharian masyarakat Karo di sekitar rumah jabu. Terlihat tumpukan karung beras, helai pakaian yang menggantung, dan tirai penutup bilik tiap keluarga. Foto-foto itu diambil saat mahasiswa Arsitektur UI berkunjung ke Desa Dokan dan Desa Pangambatan di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, pada Juli 2023. Melihat foto dan teks keterangannya, Dinda, seperti kebanyakan pengunjung lain, heran, bagaimana delapan keluarga bisa hidup dalam satu atap.

Pengunjung memotret maket rumah tradisional masyarakat Batak Karo, siwaluh jabu, yang sudah mengalami modernisasi, dalam pameran ekskursi arsitektur Universitas Indonesia di Galeri Emiria Soenassa, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 9 Januari 2023. TEMPO/Jihan Ristiyanti

Menurut Kemas Ridwan Kurniawan, guru besar Arsitektur UI, itulah keunikan rumah tradisional tersebut. "Ini cerminan identitas masyarakat Karo, dengan nilai kebersamaan dan komunal sangat kuat terasa di jabu," tuturnya. 

Kemas mengatakan dalam satu jabu terdapat delapan bilik yang menjadi ruang privat bagi masing-masing keluarga. Mereka umumnya masih satu marga. Rumah adat Karo itu memiliki empat dapur. "Satu dapur digunakan untuk dua keluarga." 

Penghuni siwaluh jabu memasak menggunakan tungku. Di atas tungku, ada para, semacam rak dari kayu yang digantung secara vertikal. "Untuk meletakkan bahan baku makan dan lainnya," kata Kemas. 

Di miniatur rumah jabu yang dipamerkan di Galeri Emiria Soenassa, pengunjung bisa melihat tata letak dan struktur bangunan rumah panggung ini terbagi atas tiga lapisan. Paling bawah, alias kolong, dihuni hewan ternak. Lalu tingkatan tengah dihuni keluarga. Sementara itu, tingkat paling tinggi, atap, dipercaya merupakan tempat tinggal arwah leluhur.

Bentuk atap rumah jabu menyerupai trapesium yang disusun saling memunggungi, dengan bagian atas berukuran lebih kecil. Atap itu menjulang tinggi dan ditutupi  ijuk dengan kerangka yang terbuat dari bambu. Adapun lantai terbuat dari susunan kayu panjang yang diikatkan di tiang-tiang penyangga. 

Fondasi bangunan terbuat dari balok kayu utuh sonder paku. Dilihat dari dekat, tampak tiap balok kayu tersambung lewat lubang lalu diikat tali. “Teknik ikat dan pasak yang digunakan juga terbukti lebih tahan gempa," kata Kemas. "Kalau terjadi gempa, rumah memang ikut bergoyang, tapi tidak roboh.”

Di luar teknik bangunan, Kemas melanjutkan, nilai-nilai siwaluh jabo bisa diaplikasikan ke rumah modern. Wabilkhusus di kota besar dengan keterbatasan lahan, seperti Jakarta. Konsep tinggal bersama dalam satu atap ala masyarakat Karo berbeda dengan apartemen dan rumah kos. "Karena tidak memiliki ruang komunal, seperti dapur bersama. Tidak banyak ruang publik yang penghuni bisa pakai secara bersamaan," kata Kemas. 

Menurut Kemas, pengembang apartemen murah dan juragan kos-kosan bisa mengadopsi konsep siwaluh jabu dengan menyediakan dapur dan ruang kumpul bersama. "Ini positif untuk kehidupan masyarakat kota yang semakin individualis," ujarnya.

Maket rumah tradisional masyarakat Batak Karo, siwaluh jabu, dalam pameran ekskursi arsitektur Universitas Indonesia di Galeri Emiria Soenassa, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 9 Januari 2023. TEMPO/ ihan Ristiyanti

Adapun di Sumatera Utara, siwaluh jabu pun beradaptasi. Nadhira, mahasiswa Arsitektur UI sekaligus panitia pameran tersebut, menunjuk satu miniatur rumah jabu versi kekinian. "Ini seperti rumah kos," katanya.

Dari luar, fasadnya masih seperti siwaluh jabu tradisional, tapi konstruksinya lebih modern, yakni menggunakan paku sebagai pengikat antar-kayu. Atapnya pun beralih dari ijuk ke seng. Di dalam, delapan bilik disekat oleh papan, lengkap dengan pintu. Material ini berbeda dengan rumah jabu tradisional yang hanya bersekat tirai. 

JIHAN RISTIYANTI
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Jihan Ristiyanti

Jihan Ristiyanti

Lulusan Universitas Islam Negeri Surabaya pada 2021 dan bergabung dengan Tempo pada 2022. Kini meliput isu hukum dan kriminal.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus