Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Iklan mini 8,5 cm X 6 cm di pojok kiri harian Republika, halaman hukum, edisi 3 Mei 2005, itu nyaris luput dari perhatian. Berdampingan dengan advertorial kampus dan berita soal nasib guru, itulah ujung konflik dua penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), Jakarta, dan Sadasiva, Yogyakarta.
Ya, itulah pengumuman resmi permintaan maaf Sadasiva, yang ditandatangani direkturnya, Zulkarnaen Ishak, atas kesalahannya menerbitkan novel Veronica Decides to Die karya penulis asal Brasil, Paulo Coelho, tanpa mengantongi hak cipta.
Ini semua bermula dari informasi yang diterima KPG, penerbit yang sudah memiliki hak cipta penerjemahan novel itu sejak 2002. KPG yang berencana menerbitkannya pada pertengahan Maret 2005 itu mendapat kabar menohok: telah terbit buku terjemahan Veronika pada Januari 2005. KPG memang memegang hak cipta dari asosiasi penerbit karya Coelho, yakni Saint Jordi Asociados, Barcelona, Spanyol, tapi merasa kecolongan dan minta penjelasan dari Sadasiva.
Sadasiva ternyata tak punya izin. Kendati ini kasus pertama soal terbitan kembar, KPG tak main-main. Mereka mengirim seorang pengacara dari Jakarta, langsung mendatangi kantor Sadasiva di Jalan Taman Siswa, Gg Permadi, Yogyakarta.
Sadasivanama ini diambil dari nama rahib asal Indiaadalah penerbit kecil. "Dana awal menerbitkan buku pertama hanya sebelas jutaan," tutur Zulkarnaen. Sadasiva minim dana, tapi penerbit yang beranggotakan lima orang sarjana IAIN Sunan Kalijaga ini telah membuahkan delapan buku, dan Veronikaversi terjemahan dari Veronica Decides to Dieyang paling laris. Angka fantastis itu tak didapatkan dari buku yang pernah diterbitkan Sadasiva seperti The End of Modernity, Petualangan Don Quixote, dan Ilmu Makrifat Sunan Bonang.
Kini Sadasiva mesti memenuhi sejumlah tuntutan. Selain permohonan maaf di media nasional yang sudah dilunasi itu, ia harus menarik buku yang sudah diedarkan dan memusnahkannya. Penerbit ini telah mencetak 2.000 eksemplar, sekitar 800 eksemplar telah terjual dalam tiga bulan terakhir, dan sisanya (1.200 eksemplar) harus raib dari pasar. Dengan kata lain, Sadasiva merugi. Penerbit ini telah mengeluarkan biaya cetak Rp 58 juta, sedangkan uang hasil penjualan yang masuk Rp 23.200.000.
Mengapa Sadasiva sampai terjeblos? Zulkarnaen memang mengeluhkan mahalnya hak cipta, tapi mungkin bukan cuma itu soalnya. KPG hanya mengeluarkan US$ 400 dengan sistem pembayaran royalti 5 persen untuk 3.000 eksemplar cetakan pertama dan 7 persen cetakan berikutnya. Ongkos yang kalau dirupiahkan Rp 4 juta itu tampaknya masih terjangkausetara dengan biaya terbit satu buku.
Sadasiva digerakkan anak-anak muda pencinta filsafat dan sastra yang idealis, tapi Zulkarnaen merasa tidak berdaya. Apalagi pada 28 Februari dan 7 Maret lalu ia menerima surat dari Sant Jordi Acosiados, yang menegaskan bahwa KPG adalah pemegang hak cipta buku itu.
Veronica Decides to Die adalah buku yang istimewa. Sudah diterjemahkan ke dalam 44 bahasa, dan sejauh ini sudah terjual 26 juta eksemplar di 117 negara. Veronica Decides to Die berangkat dari pengalaman pribadi penulis ketika menghuni rumah asil, rumah sakit jiwa, di sanatorium Dr Eiras, Rio de Janeiro, Brasil, 1986. Coelho bercita-cita menjadi senimansosok yang di zaman kediktatoran militer dikaitkan dengan homoseksual, pemalas, pemadat, atau komunis.
Brasil sepanjang 1964_1989 di bawah kediktatoran militer yang menyamakan perbedaan pandang dengan pembangkangan, aneh atau gila. Dalam terjemahan pertama yang ditarik dari peredaran, ada beberapa transliterasi yang salah: a toast to my grandmother (hlm. 278) menjadi "satu roti panggang buat nenekku", atau holy ghost (hlm. 279) yang seharusnya "roh kudus" menjadi "hantu suci". Mungkin hal ini tidak akan muncul dalam Veronica Decides to Die versi KPG.
Evieta Fadjar P.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo