Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Kisah Eros dan Patos Kahlo-Rivera

KISAH cinta Frida Kahlo dan Diego Rivera telah menjelma sebagai salah satu mitos kesenimanan yang romantis. Kisah cinta yang penuh eros dan patos. Penuh hasrat kegembiraan dan kesakitan.

Sebuah pameran yang menampilkan lukisan pasangan legendaris dunia Frida Kahlo dan Diego Rivera digelar di Art Gallery of New South Wales, Sydney, Australia. Sebuah pameran langka yang menampilkan koleksi Jacques dan Natasha Gelman, kolektor nomor wahid yang mengoleksi karya Kahlo dan Rivera sebelum nama mereka dikenal secara luas di dunia internasional. Ikuti reportase tentang pameran ini.

22 Agustus 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KISAH cinta Frida Kahlo (6 Juli 1907-13 Juli 1954) dan Diego Rivera (8 Desember 1886-24 November 1957) telah beredar luas dalam dunia seni hampir setengah abad lamanya. Kisah ini sudah menjadi bagian dari komoditas selebritas dalam dunia seni yang direproduksi melalui film populer, buku, artikel, dan sebagainya, yang menempatkannya kemudian sebagai salah satu mitos kesenimanan yang romantis. Tidak hanya berkait dengan percintaan mereka yang dipandang cukup "radikal" pada masanya, tapi juga menyangkut aktivitas mereka dalam kancah seni dan aktivisme, di mana keduanya merupakan anggota terdepan dari Partai Komunis di Meksiko.

Boleh dibilang Frida Kahlo merupakan salah satu perupa yang karya-karyanya menjadi inspirasi banyak seniman di mana pun. Hingga saat ini, Kahlo adalah perupa perempuan yang paling populer di dunia. Lahir dari keluarga yang dekat dengan dunia seni—ayahnya, Guillermo Kahlo, adalah fotografer profesional yang cukup terkenal—Frida Kahlo belajar di sekolah seni di Kota Meksiko. Tapi kemudian ia justru memulai aktivitasnya melukis, terutama sejak pertemuannya dengan Diego Rivera, dan semenjak ia mengalami kecelakaan maut.

Pada umur 18 tahun pada 1925, Kahlo mengalami kecelakaan. Bus yang ditumpanginya bertabrakan dengan mobil troli. Ia menderita luka serius akibat kecelakaan itu, termasuk patahnya tulang belakang, tulang leher, tulang rusuk, dan sebelas tulang di kaki kanannya; kaki kanan yang hancur dan terkilir; serta dislokasi bahu. Selain itu, sebuah pegangan besi menusuk perut dan rahimnya, yang merusak kemampuan reproduksinya. Kecelakaan itu meninggalkan luka seumur hidup yang tak tersembuhkan. Padahal sebelum itu pun Kahlo telah menderita cacat kaki. Pada usia 6 tahun, ia mengidap polio, yang menyebabkan kaki kanannya tampak lebih kecil.

Frida Kahlo menikah dengan Diego Rivera, pelukis terkenal Meksiko, pada 1929. Pernikahan mereka sering bermasalah dan keduanya terlibat banyak perselingkuhan. Kahlo, yang ternyata biseksual, memiliki hubungan dengan pria dan wanita. Rivera mengetahui hal ini dan menoleransi hubungannya dengan wanita, tapi cemburu bila mendapati Kahlo dekat dengan pria lain. Sebaliknya, Kahlo sangat marah ketika ia mengetahui bahwa Rivera berselingkuh dengan adik perempuannya, Cristina. Pasangan ini bercerai pada November 1939, tapi menikah kembali pada Desember 1940. Pernikahan kedua mereka bermasalah sama seperti yang pertama.

Melukis, bagi Kahlo, menjadi cara untuk menghayati rasa sakit. Rasa sakit yang disebabkan oleh kondisi tubuhnya dan rasa sakit dalam hati yang sebagian besar lahir dari hubungan cintanya dengan sang maestro. Di atas tempat tidurnyalah Kahlo melahirkan lukisan potret dirinya yang sangat terkenal, The Broken Column, di mana ia tampil dengan banyak penghilang rasa sakit di tubuhnya, seolah-olah pen-pen ini menjadi perisai, dan senapan yang mengarah ke wajahnya. Lukisan ini kemudian mengantarkan kariernya sebagai seniman perempuan terkemuka di Meksiko.

BETAPAPUN legendarisnya hubungan pasang-surut cinta Frida Kahlo dan Diego Rivera, peredaran karya lukisan Kahlo-Rivera yang bisa disajikan kepada publik tidak seheboh kisah cinta mereka. Tidak banyak karya mereka yang sempat dipajang bersama dalam skala besar di museum atau institusi publik di luar Meksiko. Tentu saja beberapa museum penting di dunia mempunyai koleksi karya dua seniman ini, tapi biasanya jumlahnya tidak terlalu banyak ketimbang koleksi maestro dunia lain, seperti Pablo Picasso, Wilfredo Lam, dan Joan Miro.

Karena itu, pameran karya Frida Kahlo dan Diego Rivera yang digelar di Art Gallery of New South Wales (AGNSW), Sydney, Australia, merupakan kesempatan cukup langka. Pameran ini menggelar koleksi Jacques dan Natasha Gelman, sahabat dan kolektor nomor wahid yang mengoleksi karya kedua seniman ini sebelum nama mereka dikenal secara luas di dunia internasional. Dibuka pada 25 Juni lalu, pameran yang akan berlangsung hingga September mendatang ini menempati tiga ruang utama dari AGNSW. Bukan pameran yang berskala besar memang, tapi, sekali lagi, penting dan relevan.

Memasuki ruang pameran, pengunjung disambut oleh lukisan Frida Kahlo yang paling legendaris, Diego on My Mind. Lukisan ini menggambarkan wajah Kahlo dalam jarak dekat, dengan tatanan rambutnya yang khas dengan hiasan bunga, dan di dahinya tergambar sosok Diego Riviera, pria yang ia sebut sebagai "dunia"-nya. Di dinding ruang itu terbaca teks bertulisan, "Diego was my everything: my child, my lover, my universe". Lukisan ini dikerjakan secara intensif dalam jangka waktu yang lama, sekitar tiga tahun. Dimulai setelah mereka bercerai dan diselesaikan ketika mereka memutuskan menikah kembali.

Frida Kahlo dikenal sebagai salah satu seniman yang tak kenal lelah menjelajahi dirinya sendiri sebagai subyek utama dalam lukisan-lukisannya. Foto-foto potret dirinya menunjukkan caranya yang sungguh-sungguh untuk memahami pemikiran, perasaan, tragedi, dan peristiwa yang terjadi dalam hidupnya. Pertemuan dan pernikahannya dengan seniman legendaris Meksiko ini pada akhirnya menjadi subyek peristiwa terpenting dalam hidup Kahlo, ketika ia terus-menerus ditantang untuk mempertanyakan dan menerima dirinya sekaligus.

Setelah itu, tampak lukisan dengan subyek Natasha Gelman yang dikerjakan bersama oleh Kahlo dan Rivera, yang selesai pada 1943. Dalam lukisan itu, Natasha ditampilkan sebagai perempuan sosialita yang penuh glamor dan selera seni. Ia perempuan yang beberapa kali muncul dalam karya Kahlo dan Rivera. Bersama suaminya, Jacques Gelman, Natasha adalah kolektor besar yang tidak hanya menjadi patron bagi seniman-seniman Meksiko pada 1940-1970-an, tapi juga telah mengoleksi karya maestro seperti Balthus, Bonnard, Braque, Derain, Juan Gris, Fernand Leger, Joan Miro, Matisse, Picasso, dan Ernst.

Mereka berdua pernah menyelenggarakan pameran besar-besaran dari karya koleksinya di Metropolitan Museum New York, Amerika Serikat, pada 1989. Karya lain yang menonjol dalam pameran ini adalah lukisan Frida Kahlo dengan monyet-monyet yang ia pelihara di Casa Azul, Self Portrait with Monkeys (1943), di mana ia menunjukkan bagaimana binatang-binatang ini menjadi teman bicara selama masa ia mengasingkan diri dari pergolakan emosi yang riuh dan penuh tumpang-tindih.

Semuanya ada kurang-lebih 30 lukisan koleksi Natasha dan Jacques Gelman. Selain memiliki lukisan-lukisan potret diri Kahlo dan beberapa lukisan ekspresionis Rivera, mereka mengumpulkan karya gambar Kahlo yang terutama merupakan sketsa atau tumpahan pemikiran terhadap situasi sosial-politik di Meksiko.

Kisah hidup Frida Kahlo memang terasa lebih dominan dalam pameran ini, terutama karena koleksi pasangan Gelman lebih banyak berfokus pada Kahlo ketimbang Diego Rivera. Pasangan Gelman menjadi bagian hidup Kahlo ketika ia menghadapi penderitaan tubuh yang tak berkesudahan, operasi demi operasi karena kecelakaan yang pernah menimpanya, dan ketika Rivera menjalin hubungan dengan perempuan-perempuan lain secara terang-terangan. Juga ketika Kahlo banyak mengasingkan diri di kediamannya di Casa Azul bersama beberapa binatang kesayangannya.

Di sebuah sudut ruang pamer bahkan dipajang beberapa surat pribadi Kahlo yang ia kirim kepada sang ibu selama petualangannya di Amerika dan Eropa. Meskipun surat ditulis dalam bahasa Spanyol, pembaca bisa langsung membaca terjemahannya melalui beberapa peranti teknologi layar sentuh yang disediakan di ruang tersebut.

FRIDA Kahlo dan Diego Rivera adalah anggota aktif Partai Komunis Meksiko. Rivera sempat dikeluarkan oleh partai karena keputusannya mengambil beberapa pekerjaan yang datang dari perusahaan-perusahaan kapitalis yang masuk daftar hitam partai. Sebut saja mural raksasa Rivera yang sangat terkenal di gedung Rockefeller yang dipesan Rockefeller, Man at the Crossroads, yang ia kerjakan sepanjang 1932. Juga karyanya yang dipesan oleh perusahaan General Motors di Chicago.

Menarik untuk membandingkan bagaimana mural-mural yang bergaya realisme sosial ini cukup berbeda dengan karya lukis Rivera pada periode sebelumnya. Pada pameran ini lebih banyak ditampilkan karya Rivera yang bercorak kubisme dengan subyek lanskap dan pemandangan alam atau still-life dari bunga atau tetumbuhan. Sebelum aktif dalam gerakan politik partai, Rivera banyak terpengaruh oleh kubisme, terutama oleh Paul Cezanne. Setelah terpengaruh oleh realisme sosial, ia banyak membuat lukisan yang menyiratkan pembelaannya terhadap suku-suku asli bangsa Meksiko yang terpinggirkan karena invasi kolonialisme dan industrialisasi.

Tinggal di Paris selama satu dekade sejak 1910-an, Rivera mulai merasa karya seninya seperti sedang melayani kepentingan borjuasi serta para orang kaya baru dan semakin jauh dari realitas hidup sesungguhnya. Setelah kembali ke Meksiko pada awal 1920-an, ia mendapatkan banyak pesanan mural untuk bangunan publik. Dari sana, ia mulai membangun gerakan yang sekarang dikenal sebagai Mexican Mural Movement. Karya mural Rivera banyak menimbulkan kontroversi karena ia sering memasukkan konten berbau komunisme, yang banyak ditolak oleh pemesan. Bagaimanapun, Rivera selalu membela gagasan dan kepercayaannya pada komunisme.

Sayangnya, kisah semacam itu tidak banyak muncul dalam pameran ini, seolah-olah kisah cinta Rivera dengan Frida Kahlo masih menjadi magnet utama untuk mendekati karya-karyanya. Memang ada beberapa keterangan yang terbaca dalam lini masa tentang bagaimana sikap politik Rivera yang kuat sebagai seniman. Tapi, barangkali karena keterbatasan koleksi pasangan Gelman sendiri, karya-karya Rivera yang menunjukkan ideologinya justru tidak ditampilkan.

Penampilan Frida Kahlo yang penuh gaya merupakan sorotan dalam lingkungan dunia seni saat itu. Rivera mengakui, selama mereka hidup di Amerika Serikat, sering kali orang-orang di jalan menengok ke arah Kahlo untuk mengagumi tata busana atau gaya rambutnya. Pesona inilah yang juga menarik perhatian banyak fotografer. Sebagian besar foto yang dipajang dalam pameran ini—total berjumlah 49 karya fotografi—beberapa di antaranya dikerjakan oleh fotografer kenamaan, seperti Edward Weston, Nickolas Muray, dan ayah Frida Kahlo sendiri, Guillermo.

Foto-foto menjelang masa hidup Kahlo berakhir menunjukkan kedalaman dimensi emosional pada seniman yang mati muda (47 tahun) ini. Ia sempat berfoto dengan dokter yang menanganinya. Rasa sakit yang dideritanya hampir selama 20 tahun hidupnya serta relasi dengan Diego Rivera yang acap menyakitkan dan mengombang-ambingkannya, semua tergambar dari ekspresi wajahnya: sebuah kompleksitas atas misteri, kedewasaan, kesakitan, kemarahan, tapi juga kekuatan dan kebahagiaan.

Alia Swastika, Pemerhati Seni

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus