Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SETELAH menikah pada 1929, Frida Kahlo banyak mendampingi aktivitas Diego Rivera membuat mural di Amerika Serikat. Berada di negeri jauh yang terasa asing, Kahlo sering merasakan kerinduan pada kota dan keluarganya. Apalagi, pada saat itu, Rivera sering kali menunjukkan hubungan cinta yang cukup terbuka dengan beberapa perempuan. Kahlo pun kemudian mempunyai relasi khusus dengan salah satu fotografer yang banyak mengabadikan sosoknya. Bahkan ia disebut pula mencoba hubungan dengan beberapa perempuan.
Kahlo-Rivera pada 1939 memutuskan bercerai. Menariknya, pada 1940, mereka merasa tak bisa benar-benar hidup terpisah. Mereka memutuskan menikah kembali dan menjalani satu bentuk pernikahan berbasis keterbukaan. Mereka membangun sebuah rumah terdiri atas dua bangunan, di mana keduanya mempunyai kebebasan untuk tinggal sendiri tapi tetap terhubung dan berkesempatan melewatkan waktu bersama.
Cerita hidup Kahlo lain yang dikenal luas oleh publik adalah kisah cintanya dengan beberapa perempuan. Kahlo di titik ini sering kedapatan menampilkan diri di publik mengenakan pakaian laki-laki. Hal ini diyakini merupakan refleksi dari sisi homoseksual dalam dirinya.
Salah satu perempuan yang sempat menjalin hubungan dengan Kahlo adalah Josephine Baker, warga Amerika yang tinggal di Paris dan bekerja sebagai pemain opera. Beberapa literatur menyebutkan bahwa pertemuan Kahlo dengan Josephine Baker merupakan pertemuan dua perempuan dengan karakter tak biasa, dua jiwa kreatif yang penuh imajinasi, dengan pengalaman hidup yang penuh ketegangan. Cerita cinta mereka sempat muncul di beberapa buku atau film yang mengambil inspirasi dari kisah hidup Kahlo.
Kahlo juga menyatakan pernah menjalin hubungan dengan Georgia O'Keeffe, aktris film Meksiko, Dolores Del Rio; dan beberapa nama lain yang merupakan figur cukup dikenal. Kehidupan Kahlo yang tidak mudah sebagai seniman, menempa diri dengan relasi yang tak stabil dengan Diego Rivera, dan keputusan untuk mengafirmasi identitas dirinya yang biseksual menjadi magnet daya tarik bagi ratusan kisah yang terdistribusi tentang dirinya.
Surat dan catatan pribadi yang ditulis oleh Kahlo banyak merekam kepedihan hatinya untuk bertahan dalam cintanya kepada Rivera. Meski sering merasakan kelelahan, kesakitan tak terkira, dan kepahitan akibat pengkhianatan, Kahlo sendiri menyebut Rivera sebagai "semesta hidup"-nya. Pada Riveralah ia menggantungkan semua asa dan masa depan.
Sementara itu, selama 20 tahun Kahlo menjalani puluhan kali operasi dan menghabiskan bertahun waktu di rumah sakit. Situasi seperti ini membawa Kahlo selalu merefleksikan keadaan dirinya, dan ini menjadi inspirasi besar dalam proses penciptaannya. Kahlo dengan tekun dan setia menjadikan dirinya sebagai subyek dalam penciptaannya. Puluhan potret diri telah ia lahirkan selama karier kesenimanannya. Sebagian besar lukisan itu adalah refleksi atas dirinya sendiri, sementara sebagian yang lain merujuk pada relasinya dengan Rivera, relasinya dengan sang adik, relasinya dengan binatang-binatang yang ia pelihara, atau relasinya dengan beberapa sahabat dekat.
Kahlo menyebutkan bahwa ia melukis potret diri karena sering kali merasa sendiri, dan dirinya sendiri adalah subyek yang paling bisa ia selami. Pengaruh surealisme yang besar dalam karya-karyanya membuat citra visual dalam potret diri ini menjadi gambaran yang menggabungkan kepahitan, kenaifan, realitas, imajinasi, dan harapan. Dalam karya Kahlo, setiap sapuan kanvas dan munculnya gagasan bentuk selalu menunjukkan sebuah kekuatan "dalam" (inner) yang membuat lukisan-lukisan ini terasa bercerita.
Alia Swastika
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo