Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Kisah Jamal dari Mumbai

Sebuah film yang semula diramalkan bakal langsung masuk ke jalur DVD, tiba-tiba melejit dan meraih penghargaan di berbagai festival.

9 Februari 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SLUMDOG MILLIONAIRE
Sutradara: Danny Boyle
Skenario: Simon Beaufoy
Berdasarkan novel Q and A karya Vikas Swarup

DIBUKA dengan sebuah adegan mencekam: seorang lelaki muda dusun ditelanjangi, digantung di ruang siksa yang gelap yang hanya menyisakan segaris cahaya matahari. Lalu kita mendengar pertanyaan demi pertanyaan yang dilemparkan kepada lelaki muda itu. Setiap kali jawabannya dianggap ”sinting”, dia disetrum, digebuk, atau ditendang.

Sekilas, adegan ini seolah membawa kita pada sebuah permulaan adegan politik. Tetapi, ketika kita dibawa ke sebuah ruangan studio acara terkenal Who Wants to Be a Millionaire, kita memahami: tokoh kita, Jamal Malik (Dev Patel), tengah disiksa polisi karena dia seorang calon pemenang kuis itu yang dicurigai telah bermain curang. Jamal adalah gembel jalanan tak berpendidikan yang mampu menjawab semua pertanyaan yang tingkat kesulitannya luar biasa tinggi. Sang pembawa acara, Prem Kumar (Anil Kapoor), yang merasa ”show ini milik saya”, memanggil polisi agar Jamal diinterogasi. Dari interogasi itulah kita kemudian disuguhi serangkaian adegan kilas balik sejak Jamal kecil hingga dewasa, dan bagaimana ia akhirnya bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan tepat.

Dari kisah Jamal kepada polisi, kita mengetahui bahwa si kecil Jamal (diperankan oleh Ayush Mahesh, penduduk lokal dari Mumbai) berasal dari kampung kumuh, dan terpisah dari ibunya saat terjadi kerusuhan antara warga Hindu dan muslim. Bersama kakaknya, Salim (Azharuddin Mohammed Ismail), dan seorang anak jalanan perempuan bernama Latika (Rubina Ali), Jamal akhirnya terdampar ke dalam jaringan sindikasi pengemis pimpinan Maman (Ankur Vikal), yang semula mereka kira seorang ”malaikat” yang turun ke bumi. Ternyata ”malaikat” yang memberi atap, makan, dan minum itu memperlakukan mereka dengan brutal. Maman, yang merupakan perwujudan sosok Fagin dalam novel (dan film) Oliver Twist karya Charles Dickens, ternyata sering menyiksa ”pasukan gembel” peliharaannya hingga menjadi buta agar pekerjaan anak jalanan yang ”berprofesi” sebagai pengemis jadi lebih menghasilkan uang.

Singkat kata, Jamal dan Salim berhasil kabur dari kerangkeng Maman, tapi Lakita tak berhasil lari. Dengan adegan kilas balik di antara ruang studio kuis tempat Jamal dewasa duduk di kursi panas, kita melihat adegan masa lalu Jamal kecil dan remaja yang menyusuri hidup sebagai anak jalanan yang berjualan makanan, berpura-pura menjadi tour guide di Taj Mahal, dan akhirnya menjadi office boy di sebuah kantor telemarketing.

Sutradara Inggris, Danny Boyle (Trainspotting, Millions), merombak novel Q and A karya Vikas Swarup ini menjadi sebuah dongeng modern. Boyle menyelam dalam realisme: semua rekaman adegan, dialog, dan akting para pemain (para pemain anak-anak non-aktor itu menyajikan penampilan yang luar biasa). Meski Boyle menghapus beberapa adegan keji (dalam novel ada peristiwa sodomi), penulis skenario Simon Beaufoy membuat film ini terfokus pada karakter Jamal yang mencari cinta sejatinya, Latika. Keinginannya menjadi peserta kuis Who Wants to Be A Millionaire bukan soal duit, melainkan cinta. Lakita, sesama anak jalanan yang dicintainya sejak masa kanak-kanak, masih terpatri dalam ingatannya.

Memang ini sebuah dongeng fantasi yang sengaja ingin melodramatik. Tetapi unsur melodramatik dan serba kebetulan ala novel Inggris abad ke-19 ini adalah sebuah tekanan yang memiliki tujuan. Boyle, yang pernah membuat sebuah film keras dan kelam seperti Trainspotting, kini membuat sebuah gambaran kehidupan brutal anak-anak jalanan yang dibanting nasib. Tetapi dia juga ingin memberi harapan, meski harapan itu terdengar bombastik: meraih duit miliaran rupee. Jamal sudah melalui banyak hal dan sudah melihat kebrutalan yang bertubi-tubi yang belum tentu pernah dialami manusia dewasa mana pun. Itu memberinya sebuah kebahagiaan: hasrat bertemu dengan sang kekasih yang sulit untuk dicegah dan memenangi kuis itu bukan cuma keinginan penonton, tapi juga sebuah hukum dasar dongeng. Sepanjang dua jam, penonton sudah dipaksa berdebar dan duduk di pinggir kursi: pertama, khawatir Jamal tak bisa menjawab; kedua, khawatir Jamal kecil akan dihajar oleh begundal mana pun yang ditemuinya di jalan.

Film Slumdog Millionaire, yang meraih lima piala Golden Globe (termasuk penghargaan film drama terbaik dan sutradara terbaik), kini menjadi salah satu nomine yang kuat dalam Academy Awards yang akan diumumkan pemenangnya akhir bulan ini.

Leila S. Chudori

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus