Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di bawah sinar temaram, Hamlet menemui kekasihnya, Ophelia. Mereka bergandengan tangan, lalu menari-nari diiringi permainan gitar elektrik Charlotte Wilde. Dengan begitu memikat, seorang diri Michael Vogel memerankan Hamlet sekaligus memainkan boneka tokoh Ophelia. Dan dalam adegan itu, kedua sosok itu kemudian terlihat berpelukan dan berciuman mesra. Adegan tampak hidup dan sangat teatrikal.
Adegan lain yang juga menarik adalah ketika Vogel memainkan boneka tokoh Gertrude, ibunda Hamlet. Vogel seorang diri memerankan Hamlet sekaligus ibunya. Dalam adegan itu, terjadi tarik-menarik antara Vogel dan boneka Gertrude. Sebuah adegan yang melukiskan kerinduan Hamlet pada ibunya, dan ia berusaha merengkuh sang bunda ke dalam pelukannya.
Itulah dua penggalan yang menarik dari pementasan The Figurentheater, Teater Boneka Wilde & Vogel, di gedung Pusat Kebudayaan Jerman, Goethe-Haus, Jakarta, Ahad pekan lalu. Membawakan lakon Exit, Sebuah Fantasi Hamlet, pementasan teater boneka asal Jerman itu merupakan bagian dari pertunjukan Jakarta International Puppetry Festival 2006.
Exit, yang berdurasi sekitar satu setengah jam, terinspirasi oleh drama klasik karya William Shakespeare: The Tragedy of Hamlet. Seperti diketahui, lakon masyhur itu tampil dengan setting Kerajaan Denmark. Hamlet, sang putra mahkota, dirusak kebahagiaannya oleh pamannya yang merebut takhta dengan membunuh ayahnya dan kemudian mengawini ibunya. Hamlet mendapat ”tugas moral” dari arwah sang ayah untuk membalas dendam dengan menghukum si bapak tiri.
Sehari sebelumnya, Teater Boneka Wilde & Vogel juga mementaskan karya Shakespeare lainnya: A Midsummer Night’s Dream. Berbeda dengan lakon Exit yang bernuansa benar-benar kelam, Midsummer mengalir dalam balutan komedi romantis. Kisah utama yang diambil adalah keinginan para boneka untuk melakukan perjalanan ke bulan. Dalam pementasan yang cukup jenaka itu kelompok teater tersebut bekerja sama dengan seorang aktor dari Wina, Austria, Christoph Bochdansky.
Berdiri di Stuttgart, Jerman, pada 1997, teater boneka itu dibidani pasangan Michael Volge (aktor dan pencipta boneka) dan Charlotte Wilde (pemain musik). Sejak berdiri, teater tersebut memproduksi karya-karya yang ditujukan bagi anak-anak dan orang dewasa. Hingga kini Wilde & Vogel telah berpentas di berbagai festival di sejumlah negara Eropa, Asia, dan Amerika.
Kelompok teater Jerman lain yang tampil memikat adalah Daspapier Theater (Teater Kertas). Kelompok yang berdiri sejak 1995 itu membawakan lakon bertajuk Manusia Bundar.
Di panggung terdapat bentangan layar kertas putih sekitar 4 x 3 meter. Pertunjukan dibuka dengan gesekan cello. Lalu tiba-tiba di sisi kanan-kiri layar muncul pisau yang merobek dan memotong kertas, membentuk topeng. Adegan berikutnya, di kanan-kiri layar itu muncul Johannes Volkmann dan Kristina Feix yang mengenakan topeng kertas.
Kedua pelakon itu kemudian berinteraksi di sekujur bidang layar kertas itu. Dari belakang, mereka memercikkan cat minyak ke layar. Percikan itu membentuk bulatan dan kemudian berubah menjadi gambar sosok Manusia Bundar.
Ya, ini kisah kocak tentang makhluk-makhluk ciptaan para dewa, berbentuk bundar, tak berkelamin lelaki atau perempuan. Manusia Bundar berkepala dua, berkaki dan bertangan empat. Tujuan penciptaan mereka, mengisi piring-piring kosong di meja makan para dewa dengan aneka makanan nan lezat.
Manusia Bundar lalu perlahan-lahan terbelah menjadi dua, berubah menjadi serombongan makhluk kecil mirip manusia umumnya. Setelah itu, secara bergantian muncul gambar sosok binatang, makanan, dan buah-buahan.
Dalam menciptakan permainan bahasa visual itu, Volkmann dan Kristina menggunakan peralatan overhead projector (OHP). Mereka meletakkan sosok manusia, binatang, makanan, dan buah-buahan yang terbuat dari guntingan-guntingan kertas di atas OHP. Lalu berbagai obyek itu diproyeksikan ke bentangan layar kertas. Muncullah adegan demi adegan yang memikat tentang kisah Manusia Bundar.
Di ujung cerita, setelah sinar itu meredup, kedua pelakon itu kemudian menggunting gambar sosok Manusia Bundar tadi. Mereka merobek dan merenggutnya dari bentangan layar kertas. Sejurus kemudian, Volkmann dan Kristina muncul di bulatan yang bolong itu, menutup kisahnya.
Begitulah, inilah tontonan sederhana tapi sangat memikat. Penuh kejutan menggelikan. Menurut Johannes Volkmann, awalnya pertunjukan Teater Kertas hanya ditujukan bagi anak-anak. Lakon-lakon yang dibawakannya juga disesuaikan dengan tema cerita anak-anak. Tapi, dalam perkembangannya, pementasannya dipersembahkan untuk segala usia. ”Yang penting telah berusia di atas lima tahun,” katanya.
Boleh dibilang, kertas selalu menjadi aktor utama pertunjukan teater itu. Sedangkan tokoh pendukungnya adalah gunting, tangan, cahaya, dan bayang-bayang. Menurut Volkmann, di peta teater kontemporer Jerman, kelompoknya dikategorikan masuk teater boneka. Tak ada boneka dalam arti sesungguhnya di situ, tapi siasat cerdik yang mengundang fantasi riang kanak-kanak penonton.
Penonton tertawa terbahak-bahak, misalnya ketika Manusia Bundar membelah, lalu saling jatuh cinta—ada tanda gambar hati.
Nurdin Kalim
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo